11

1.5K 85 3
                                    

Hayyy!!!! Maaf updatenya lama, kadang mood kadang gak mood. Butuh ayang tapi gak mau pacaran.

***

Masih di waktu yang sama dan keheningan yang melanda. Mommynya Dipta dan Kayra atau kita sebut saja tante Viona menatap intens Sandra yang asik mengunyah cemilan yang disajikan di depannya.

"Mom, matanya mau jatuh," peringat Dipta.

Viona berdehem memperbaiki raut wajahnya yang tadinya berbinar kini kalem. Caper ke calon mantu bisalah, batin wanita dewasa itu.

"Sandra kakaknya Rey, cucu perempuan satu-satunya keluarga Xavier itu ya?"

Sandra menghentikan aksi makannya dan mengangguk lalu meminum jus kemudian mengatur cara duduknya agar lebih sopan.

"Sekarang udah kelas berapa?"

"Kelas sebelas, tante. Sekelas sama Kayra," jawab Sandra.

"Nah kalo gitu Sandra ceritain dong kenapa itu anak sulung tante udah kayak gembel. Perasaan pas pergi tadi kayak sultan, mana bolos lagi. Ini anak maunya apa?" Cerocos Viona tanpa henti.

Tanpa basa-basi Sandra menceritakan semuanya terkecuali beberapa bagian yang sengaja ia sembunyikan karena itu adegan dewasa, dewasa?

Dipta menatap wajah serius mommy dan Sandra yang asik bercerita. Satu frekuensi mereka, ia bersandar ke sandaran sofa lalu menatap Reygan yang wajahnya sudah kusut baru turun.

"Kenapa, Rey?" Tanya Dipta.

"Itu adiknya. Nakal banget, masa pipi Rey dicium?" Gerutu Reygan pada abangnya Kayra itu.

'Berbakat nyosor juga tuh bocil,' batin Dipta.

"Ye, makanya dekat cewek juga," celetuk Dipta.

Reygan mendelik mengambil jus lalu meminumnya hingga kandas, "Itu kak Sandra cewek. Sadar diri ya kalo mau nyinyir."

Dipta menggeleng malu.

"Makasih ya tante. Aku sama Rey pulang dulu nanti dicari," pamit Sandra salim pada Viona.

"Tante Rey pamit," tambah Reygan.

"Aduh iya juga, bisa apes kalo rumah ini dibombardir sama kakek nenekmu itu, lain kali main ke sini ya," ucapan Viona diangguki oleh dua bersaudara Xavier tersebut.

Sandra dan Reygan tak lupa berpamitan pada Dipta. Keduanya segera menuju ke kediaman Xavier sebelum para penghuninya berubah menjadi maung ganas.

***

Pagi-pagi sekali Sandra sudah terbangun, efek tidur pukul 10.00 malam tepat. Ia berjalan gontai ke kamar mandi dan mencuci muka lalu kembali duduk di meja belajar.

Membuka catatan kimia, di mana sebentar di sekolah nanti ada ulangan. Hanya sekedar persiapan agar tak pusing memikirkan soal.

Menyadari ponselnya tak berada di samping. Gadis itu berbalik dan terkejut akan sesuatu di kasurnya. Seonggok manusia yang terlelap, apalagi manusia itu berjenis kelamin laki-laki.

"Semalam gue ditidurin laki-laki?!" Pekik Sandra tertahan, ia menggeleng menyadari perkataannya terlalu ambigu. "Kurang ajar!"

Ia mendekat lalu menarik selimut yang menyelimuti hampir semua tubuh lelaki itu. Merasa terganggu, lelaki itu bangun dengan wajah bantal dan mata yang dipaksa terbuka.

Sandra mengingat bahwa kamarnya didesain kedap suara seperti kamar saudara yang lain.

"Kak Dipta? Ngapain di kamar gue? Tidur di kasur gue lagi? Jangan jangan...," Sandra menutup mulutnya tak percaya dan segera mengecek seluruh tubuhnya memastikan bahwa tidak ada yang salah.

Brugh

Sandra berkedip pelan dan belum menyadari bahwa ia tengah duduk di pangkuan Dipta yang tangannya melilit pinggang Sandra. Apalagi dagu Dipta diletakan di bahu Sandra.

"Kak Dipta jangan macam-macam ya," ancam Sandra dan berusaha keluar dari lilitan ular sanca itu.

"Satu macam boleh dong ya," tanyanya dengan nada serak.

"Diam deh kak. Aku benturin kepalanya ke tembok kalo gak lepasin aku," Sandra masih kekeuh keluar dari ular sanca tersebut.

Dipta terkekeh gemas dan tak perduli usaha Sandra yang ingin lepas darinya. Memilih menyerah saat usahanya tidak ada hasil.

"Kakak kenapa ada di kamar gue? Mau perkaos ya?"

"Gak."

"Terus kenapa? Sejak kapan kakak ada di kamar gue? Kakak gak berniat jahat sama gue kan?" Kembali bertanya dengan pertanyaan beruntun.

Dipta mendaratkan ciuman ke pipi Sandra membuat alis gadis itu menukik tak senang.

"Gue udah tidur sama lo lima kali ini lho Sandra. Lo-nya aja yang gak sadar ada cowok di samping lo, untung itu gue bukan cowok lain. Kalo ada sampe begitu gue patahin kepalanya," lelaki itu mendesis di akhirnya.

"Hiks... kak... jadi...," gadis yang tadinya pemberani sudah menciut mengetahui bahwa selama lima kali ia tidur bersama laki-laki. Apakah ia masih bisa disebut gadis yang masih suci?

Dipta tersadar dan membalikan tubuh Sandra yang membelakanginya kini menghadapnya. Ia usap air mata Sandra dan menepuk punggung gadis itu agar tenang.

"Gue gak jahatin lo. Gue udah tertarik sama lo makanya gue nekat. Gue bukan tipe cowok yang ngerusakin cewek dia suka biar jadi milik dia. Gue bukan mereka," ucap Dipta memeluk Sandra.

"Kakak beneran gak ngapa-ngapain gue kan?" Gadis itu masih sesunggukan.

"Iya sayang. Bener kok, cuman tidur sambil meluk lo," jawab Dipta jujur.

Dipta memang tertarik pada sahabat adiknya semenjak pertemuan pertama mereka setelah gadis itu memutuskan mengungkap siapa dirinya. Gadis yang dengan berani menatap dan mengejeknya.

Tiap malam ia tak bisa tertidur sebab insomnia yang ia derita, kadang ia tidak tidur selama tiga hari berturut-turut dan pada suatu malam ia berpikir untuk menyelinap masuk ke kamar gadisnya, yup gadisnya. Itu berhasil! Ia berhasil tidur nyenyak sambil memeluk tubuh Sandra, selama dua hari ia bisa tertidur pulas setelah dari kamar Sandra. Setelah itu ia rutin datang dua kali selama seminggu agar bisa tidur nyenyak.

Dibalik alasan itu, ia juga ingin selalu dekat dengan gadisnya.

"Penjagaan diluar ketat, kenapa bisa masuk?" Sandra sudah lebih tenang.

Hanya perasaan saja atau bagaimana, ia nyaman berada di dekapan lelaki itu. Sejak kapan?

"Itu urusan gue, udah tenang aja. Gue gak ngapa-ngapain lo kok," jawab Dipta mengelus punggung gadisnya.

"Yaudah kakak pergi sana!" Ekspresinya yang tadi ciut langsung galak dan berusaha bangkit dari pangkuan Dipta.

Laki-laki itu menatap gemas ekspresi galak Sandra yang jatuhnya gemas. Ingin sekali Dipta mengarungi Sandra agar hanya dia yang melihat wajah cantik Sandra. Tapi, itu hanya angan-angan sebab ia tak mau Sandra menjauh darinya.

Sebelum pergi Dipta mendaratkan ciuman singkat di dahi Sandra lalu pamit pergi dengan melompat balkon kamar Sandra yang berada di lantai tiga. Gila!

"Kayaknya sebentar malam pindah kamar dulu deh, bisa diperkaos sayanya," gumam gadis itu berlalu ke kamar mandi.

Pukul 06.50, Sandra telah siap dengan seragam sekolahnya. Ia menggapai tas lalu keluar dari kamar menuju ke lantai dasar di mana keluarga yang lain sudah berkumpul melakukan sarapan bersama.

Ia masih memikirkan bagaimana Dipta bisa leluasa masuk ke kamarnya sedangkan penjagaan begitu ketat?! Memikrikannya membuat Sandra pusing dan segera menyapa keluarganya dengan senyum cerianya.

Ia hari ini sudah bisa sekolah setelah masa skors berakhir. Berangkat bersama Reygan menjadi salah satu pilihannya. Malas menyetir dan malas mengendarai mobil.

Reygan menautkan alis bingung melihat keanehan kakaknya hari ini. Biasanya ia selalu cerewet di pagi hari, tapi kakaknya kali ini menatap keluar jendela seakan banyak pikiran.

'Nanti aja tanyain kalo udah mendingan,' batin lelaki itu kemudian fokus menyetir.

***

Holaaaa




Cassandra! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang