Masih di waktu yang sama. Cafe milik Suki dibuat ricuh oleh sahabat-sahabatnya sendiri, Suki ingin sekali melempar mereka ke planet pluto tapi nanti siapa yang akan ia jahili. Apalagi Vashti kesayangannya, gadis itu sangat polos dan sangat mudah Suki bodohi. Hal itu berlaku bagi Suki dan sahabatnya asalkan jangan orang lain.
"Gue udah punya pacar lho guys," Darcy senyum bak seekor kambing sambil menunjukan chatnya dengan sang pacar.
"Cih ayang-ayangan! noh sama ayam aja dah," Meiling mendelik.
"Ck, sirik aja lo Meimei. Makanya pacaran dong," Darcy membalas dengan pedas.
"Siapa?" Kareen mulai menunjukan sikap protektifnya.
"Janda kembang anak delapan, mau daftar ayo." --Kareen.
Sandra mengabaikan perbincangan mereka. Malam ini ia takut didatangi oleh si mesum, siapa lagi kalau bukan Dipta. Alasan apa yang harus ia berikan untuk pindah ke kamar tamu di lantai satu?
"...Dra."
"Sandra...."
"Cassandra Esclovazka Xavier!"
Sandra tersentak dan menatap bingung Kareen yang menatapnya garang.
"Mikir apa, San? Tumben otaknya mau diajak kerja sama?" Zahra berucap enteng.
Mereka cengo dengan perkataan Zahra. Sandra melotot tajam pada Zahra yang masih memasang wajah polosnya, memang polos sih sama seperti Vashti.
"Lola orangnya tapi pedas mulutnya," Kayra menggetok kepala Zahra.
"Apaan sih? Kan emang bener? Tumben ini lho, si Sasan make otaknya buat berpikir. Biasanya kan ngelakuin sesuatu asal-asalan gak mikir akibatnya," Zahra mengelus bekas pukulan Kayra.
Sandra menggeleng kemudian mengangguk. Antara setuju dan tidak akan pendapat Zahra. Mengabaikan ocehan tak penting mereka lalu kembali menikmati makanannya.
Waktu terus berlalu sampai waktu sudah menunjukan pukul 21.50 WIB. Para gadis-gadis muda itu saling berpamitan dan pulang ke rumah masing-masing.
***
Sandra menatap langit kamar tamu yang untuk sementara ia tempati dengan alasan membutuhkan suasan baru. Berjaga-jaga saja jika si Dipta menyelinap masuk seperti malam itu.
Terlalu banyak berpikir akhirnya waktu pagi tiba dan Sandra yang memabg selama empat jam saja terpaksa harus bangun dan berangkat sekolah. Sudah cukup masa skorsnya dan kembali bersekolah.
Berjalan gontai menuju ke kamar mandi selama dua puluh menit lamanya ia menghabiskan waktu di kamar mandi.
Sandra meraih seragamnya dan memakai dengan malas. Menyisir rambut lalu menguncir asal-asalan, menyimpan tas di bahu kanannya. Menuju ke ruang makan, mengapa waktu skorsnya begitu pendek?! Seharusnya sebulan kek!
"Kenapa itu muka?" Tanya Laskar menjawil hidung adiknya.
Sandra menepis kasar tangan sang kakak lalu pergi begitu saja.
"Paling malas sekolah tuh bocah," sahut Arka yang memang sedari tadi berada di samping kakak keduanya.
Beralih pada Sandra yang ogah-ogahan menyantap sarapannya. Keluarganya menggelengkan kepala memaklumi sifat pemalas Sandra yang pernah hilang malah kembali lagi.
"Sandra berangkat ya," ia menyalimi mereka satu persatu.
"Abang antar," Shaidan merangkul bahunya.
Tak ada balasan yang pemuda itu dapat dari adiknya. Mereka berangkat menggunakan mobil sport berwarna navy. Shaidan begitu tau bahwa adiknya yang manis ini sednag tidak mood jadi memilih diam saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cassandra!
Teen Fiction"Lo berdua kenapa sih?" "Kita mau deket sama lo?!" "Seharusnya kalian deketin kak Razka bukan gue!" *** "Sayang!" "Sape lo?" "Calon suamimu di masa depan!" "Satu kata buat lo, ANJIRRR!" *** Gadis yatim piatu yang meninggal karena jatuh dari tingkat...