Kanaya mendesis sepanjang jalan, ia dicemooh oleh semua orang yang dilewatinya. Sejak kejadian kemarin, sebagian besar opini tentang kepolosan dan kebaikan seorang Kanaya diragukan. Benarkah dia polos atau hanya topeng belaka? Pikir semua orang.
Kanaya masih kembali mendesis kemudian mengangkat wajahnya angkuh, diam-diam menyeringai melihat gerombolan gadis yang saling melempar candaan.
Dari arah kanan dilihatnya Fandi, kekasihnya berjalan ke arahnya tepatnya berada di belakang para gadis yang menyita perhatian tadi. Ia berlari menuju Fandi dan lagi ia mencari perkara dengan terjatuh seperti cicak, hidungnya terkena lantai sampai berdarah. Sepertinya aksi bunuh dirinya kurang memuaskan, ia langsung menangis.
Sandra dan sahabatnya malas meladeni dan pergi begitu saja melewati dirinya. Aneh saja masih ada yang menatapnya iba dan menjadikan Sandra yang mereka lihat dari jauh berdiri tak jauh dari tempat Kanaya terjatuh sebagai penyebabnya.
Bisik-bisikan setan terdengar. Fandi mengambil tindakan dengan menolong pacarnya.
Suara bentakan menghentikan langkahnya seorang Cassandra yang sejak beberapa hari lalu sensitif.
"Cassandra!"
"Diam babi!" Umpat Sandra langsung.
Fandi berjalan mendekat dan melayangkan tamparan keras di pipi Sandra tak berhenti juga ia menjambak rambut Sandra dengan kuat. Sandra meronta dilepaskan, tak mau kalah ia meninju perut rata Fandi dengan kuat sampai lelaki itu melepas jambakannya.
Sandra sudah masuk ke mode singa betina. Dengan keras ia menendang pusaka Fandi yang berada di selangkangan tak ayal membuat Fandi urung menyakiti mantannya yang sudah sering ia tangkap basah merundung kekasihnya.
Sandra menghajar dengan brutal bahkan sahabatnya tak perduli jika anak satu itu melukai anak orang. Kayra menepuk dada bangga melihat kebrutalan tersebut dan yang lain malah asik menonton beda dengan Kareen yang memijat pelipisnya.
Setelah kepala Fandi dibanting keras ke lantai Sandra berjalan pada Kanaya. Mimpinya semalam membuat ia semakin membenci Kanaya entah dengan alasan apa? Mimpi tak berdasar itu terus menghantuinya seakan mengatakan bahwa kasih sayang dan perhatian yang ia dapatkan hanyalah sebuah angan semata.
"Arggh!" Teriak Kanaya kencang ketika lehernya dicekik dan diangkat dengan begitu entengnya.
"Iblis!" Pekik Fandi berusaha memperjuangkan kesadarannya.
Grep
Pelukan hangat itu membawa Sandra kembali sadar dan melempar tubuh Kanaya begitu saja mengabaikan rintihan yang keluar dari mulut munafik gadis setan itu.
"Kita bicara dulu ya, sayang," pinta Dipta lembut.
Kejadian ini tak akan membuat Sandra dikeluarkan. Taulah backingan gadis itu yang merupakan penerus dari keluarga Altezza.
Sandra tanpa sadar menangis dan memeluk tubuh Dipta. Seakan hanya Diptalah yang mengerti dirinya, kejanggalan mulai terasa di hati Cassandra sejak munculnya mimpi sialan itu.
"Badip," belum pula menyelesaikan ucapannya, Dipta sudah menggendong Sandra pergi dari sana.
Kayra ingin mengikuti tapi ditahan Suki.
"Biar dia sama pacarnya dulu. Kita makan dulu," begitu ucapnya.
Di taman belakang sekolah. Dipta mendudukan gadisnya di sampingnya sesekali mengelus surai gadis itu. Masih terdengar isakan kecil, Dipta bingung. Sebenarnya ada apa dengan pacarnya?
Lama nian Sandra kembali tenang walau masih tersisa cegukan kecil. Matanya sembab.
"Ada masalah apa?" Tanya Dipta, nadanya begitu lembut menghanyutkan Sandra.
"Bangunin aku ya kalau waktunya pulang," pinta Sandra yang matanya sudah memberat.
Dipta memang selalu memprioritaskan pendidikan kekasihnya. Walau zaman sudah berubah tapi stigma mengenai perempuan masih saja jauh dari harapan makanya Dipta ingin Sandra lebih maju dan menunjukan kemampuannya, ia dukung hal ini dengan mewajibkan Sandra untuk terus masuk kelas tapi untuk saat ini ia membiarkan kekasih manisnya itu menenangkan hatinya lalu saling berbagi cerita.
***
Kanaya melihat Sandra yang baru saja memasuki kediaman Xavier. Di ruang keluarga bisa terlihat langsung ke pintu utama, Sandra berjalan menunduk tak mau memperhatikan keluarganya yang asik bercanda tanpa dirinya.
Di tangan gadis setan itu terdapat nampan berisi beberapa cangkir kopi panas yang diperuntukan untuk pria-pria parubaya di ruang keluarga.
Brugh
Prang
Atensi mengarah pada dua gadis yang berada di ruang tamu. Sandra yang terkejut dan masih dalam posisi berdiri sedangkan Kanaya yang sudah terjatuh dengan kaki dan tangan yang melepuh.
Semua oranng lantas berlari. Sandra mengangkat kepala melihat mamanya, Raespati menghampirinya. Seulas senyum terbit memikirkan mamanya akan bertanya khawatir padanya.
Sedetik kemudian ia tersadar jika itu semua hanyalah angan belaka. Ya, tamparan keras mengenai pipinya tidak hanya satu kali tapi dua kali di pipi yang sama membuat Sandra meringis sakit.
"Apa-apaan kamu, Cassandra! Kamu apakan Kanaya?" Kembali lagi bentaka itu ia terima tanpa tahu apa-apa.
Kakak kandungnya membantu Kanaya berdiri dan menggendongnya. Arka menatap tajam sang adik, ah sejak kapan Sandra menjadi adiknya. Itu tidak lagi sejak ia selalu mencari perkara dengan Kanaya.
"Cukup sudah kelakuanmu selama ini Cassandra, tidak puas kamu merundung dia? Apakah kamu tidak mengasihani dia jika mentalnya terganggu akan sikap kurang ajarmu?" Kali ini Raefan sebagai ayah kandung bertanya sarkas.
Sandra meremas ujung bajunya. Tak mampu dengan semua perlakuan yang ia terima selama bertahun-tahun. Kasih sayang orang tua? Kesayangan abang? Perempuan satu-satunya? Semua itu omong kosong.
Sandra mengangkat wajahnya, matanya menilai satu persatu raut wajah keluarganya. Adeline beserta putra-putra paman dan bibinya menatapnya sinis, tak ada seberkas rasa sayang dalam pandangan mata mereka. Kebencianlah yang nampak menyayat hati Sandra yang sudah terluka begitu dalam.
Paman bibinya tak ada yang mau menolong. Mereka menatap datar dirinya, menghakiminya atas perbuatan yang tak pernah ia lakukan sama sekali. Ia kesusahan mencari keadilan untuknya.
"Jawab Cassandra! Apakah tindakanmu selama ini bisa dimaafkan!" Bentakan seorang ibu menyapa gendang telinganya.
"Apa tindakan kalian semua bisa dimaafkan?! Menuduhku tanpa bukti, tak mencari kebenaran! Apakah tindakan kalian bisa dimaafkan?! Kalian membela orang asing, orang asing itu datang baru-baru ini saja tapi semua orang langsung menyambutnya dengan sukacita sedangkan aku. Aku adalag putri keluarga ini diperlakukan layaknya orang asing, yang menyambutku selama ini hanya duka! Kalian tidak tau saja setebal apa topeng yang ia pakai!" Tertegun mendengar semua perkataan Sandra.
"Cassandra!" Sergah Adeline cepat.
"Cukup sudah perlakuan kalian selama ini. Selama dua puluh empat tahun lamanya aku diabaikan, kehadiranku bagai angin yang tak terlihat. Di mana orang yang pantas aku sebut mama dan papa? Di mana aku bisa menemukan seorang nenek? Dan di mana rasa kasihan kakak-kakakku. Kalian brengsek!" Maki Sandra keras.
"Cassandra!" Suara Laskar meninggi.
"Apa? Mau menampar atau memukulku silakan! Andai aku bisa memilih aku ingin pergi saja dari dunia ini agar tak perlu bertemu dengan kalian lagi. Arggh! Aku benci kalian! Benci benci benci benci!" Sandra meraung keras. "Jangan temui aku lagi, cukup rasa sakit yang kuterima."
Mereka kemudian tersadar ketika Sandra sudah pergi entah kemana. Arka terdiam di anak tangga dua dari bawah mendengar keluhan Sandra selama ini.
***
Penasaran gak?
KAMU SEDANG MEMBACA
Cassandra!
Teen Fiction"Lo berdua kenapa sih?" "Kita mau deket sama lo?!" "Seharusnya kalian deketin kak Razka bukan gue!" *** "Sayang!" "Sape lo?" "Calon suamimu di masa depan!" "Satu kata buat lo, ANJIRRR!" *** Gadis yatim piatu yang meninggal karena jatuh dari tingkat...