21

814 55 2
                                    

Kring

Suki memandang seorang gadis yang datang dengan mata bengkak. Ia segera melepas pekerjaannya dan memapah gadis itu ke ruangan pribadi miliknya.

"Sandra kenapa? Kok nangis?? Siapa yang buat?"

Sandra tersenyum, setidaknya masih ada yang perduli padanya disaat semua otang terdekatnya menganggap kehadirannya sama sekali tidak ada.

"Suki, boleh gak ya aku menyerah? Aku capek seperti ini, andai aku gak percaya Tuhan dan ketentuan-Nya pasti nama seorang Cassandra Esclovazka sudah menghilang dari dunia ini," mata birunya menatap ke depan kosong, tak ada binar sama sekali.

Suki tak tahu harus berucap apa, ia tak pernah merasakan apa yang dirasakan rekan kerjanya. Sandra menceritakan sedikit kehidupan pahitnya dan berhasil mendobrak pertahanan gadis kelahiran Jepang itu sampai begitu memerhatikan Sandra.

"Sandra," suara Suki melirih.

"Haah, Tuhan sebenarnya udah nentuin takdir aku kan?" Sandra menoleh sekilas pada Suki.

Suki terdiam. Tuhan yang Sandra maksud berbeda dengan Tuhan yang Suki tahu. Tentu saja Suki tak tahu banyak hal mengenai agama yang diimani oleh temannya, Islam. Seperti apakah agama itu. Suki terlahir dari pasangan penganut agama Budha.

Walau begitu sikap tenggang rasa yang dimilikinya membuat Sandra nyaman dan berkeluh kesah sedikit padanya.

"Tuhanmu menyayangimu Sandra, jika tidak mengapa kau bisa bertahan sampai sini? Bukankah kau pernah mengatakan padaku bahwa Allah, Tuhanmu memberi cobaan sesuai dengan kemampuan hamba-Nya."

Sandra menggeleng kuat dengan derai air mata kemudian mengangguk.

"Terima kasih dengan sikap tenggang rasamu, toleransimu begitu kuat sampai mau menerimaku yang berbeda keyakinan denganmu," Sandra memeluk Suki.

Suki menepuk punggung gadis itu pelan berharap Sandra menjadi lebih baik kedepannya walau masalah tiap hari mengganggu.

"Bisakah aku meminta izin sebentar, sepertinya aku harus pulang terlebih dahulu," gadis itu memohon.

Suki bergerak menghapus sisa air mata temannya kemudian menepuk kembali kepala gadis itu begitu pelan.

"Pulanglah. Besok kembali bekerja aku akan kesepian jika tak ada kamu Sandra," Suki mendorong punggung Sandra pelan menuju pintu keluar ruangan pribadi miliknya.

Sandra terpaku di tempat melihat dua sejoli yang sedang saling menyuapkan makanan. Salah satu dari mereka melihat keberadaan Sandra lalu tersenyum penuh kemenangan.

"Ada apa sayang?" Tanya Reygan melihat Kayra yang menatap seseorang.

"Hanya melihat pengkhianat di antara kita, sayang," jawab Kayra enteng.

Reygan akhirnya menyadari eksistensi kakak perempuannya yang kini tersenyum. Semenjak kejadian kemarin, kakaknya tak terlihat lagi di rumah seakan sudah jenuh dengan pengabaian dan ketidakperdulian yang ia terima selama dua puluh empat tahun lamanya.

"Kak--" Kayra melotot garang ketika Reygan akan menghampiri kakaknya.

Gadis itu masih belum mengetahui hubungan keduanya. Ia hanya asik menyimpulkan dan mengatakan pernyataan tak berdasar.

Sandra melambai ringan kemudian keluar dari sana. Reygan merasakan firasat buruk ketika melihat kakaknya menatap kosong ke jalan raya.

Menyentak tangan Kayra yang menahannya kemudian berlari. Kayra tentu saja tak mau kalah dan segera menyusul. Ia kembali menggenggam erat lengan Reygan.

Cassandra! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang