25

1K 52 8
                                    

Kayra dan Zahra lantas memeluk Sandra. Tak bertemu selama sehari saja sudah membuat mereka rindu.

"Sandra!" Panggil Meiling melihat gadis itu melamun.

Tersadar dengan spontan Sandra mendorong Kayra dan Zahra menjauh. Vashti yang mendekat juga ia lambaikan tangan tak mau didekati.

"Jangan dekat sama gue! Kalian palsu!" Raung gadis itu keras.

"Maksud kamu apa, Sasan?" Tanya Zahra mengusap sikutnya.

"Jelasin sama kita kenapa beberapa hari ini lo aneh, selalu melamun dan sekarang lo seakan kita jahatin lo," Darcy bersuara.

Air mata Sandra menetes beranak sungai di pipinya. Ia menggenggam erat tangannya tak mau menatap para sahabatnya membuat mereka terluka.

"Kalian mimpi! Kalian palsu! Ini mimpi!" Teriak Sandra lagi.

"Sandra, ceritain masalah lo ke kita," Kareen berusaha merengkuh tubuh yang bergetar dengan tangisan itu.

Sandra menolak setiap sentuhan yang sahabatnya berikan. Tapi, para gadis itu juga sama keras kepala seperti dirinya, lantas mereka memeluk Sandra yang sudah menangis histeris.

"Kalian palsu! Kalian itu hanya mimpi, ilusi! Gue suka kalian yang saat ini tapi gue benci sikap kalian ke gue di sana! Kenapa?! Gue bosan hidup! Gue mau hidup di sini aja, di sini gue bisa dapatin semua yang gue mau. Gue rapuh," gadis itu mengeluarkan segala keresahannnya.

Kareen membubarkan pelukan mereka, ia menyeka air mata Sandra. Membawa tatapan Sandra yanng sendu hanya kepadanya.

"Mau kita mimpi atau apapun itu. Kita mau tetap jadi seperti ini, selamanya Sasan," ucapan dari Kareen berhasil meruntuhkan pertahanan Sandra kembali.

Gadis itu kembali menangis dengan menyedihkan. Ia terduduk mengabaikan kekhawatiran sahabatnya, ia memukul kepalanya kuat.

"Kenapa kalian palsu?!"

Seseorang menghentikan pergerakan Sandra yang menyiksa dirinya sendiri. Orang itu memeluk erat Sandra, Sandra terdiam dan menoleh.

"Ka Dipta...," suaranya melirih.

"Iya sayang, kenapa, hmm?"

Sandra membalikan tubuhnya dan memeluk Dipta erat. Dipta merasa aneh, apakah masalah gadisnya begitu berat sampai ia semanja ini. Tapi, ini baru pertama kali Sandra memeluknya tanpa diminta.

"Badip," Kayra mendekat ingin menggapai Sandra namun dihentikan oleh elusan di kepalanya oleh Reygan.

"Tunggu kakak tenang dulu baru kita tanyain apa masalahnya," ujar Reygan.

"Kita ke UKS ya," Dipta tak menunggu balasan kekasihnya. Ia lantas menggendong Sandra dan melangkah menuju UKS.

***

Bel berdering sedari tadi namun Dipta tak melangkah jauh sedikitpun dari brankar tempat Sandra tertidur. Ia menatap lamat wajah yang bengkak dan jejak air mata yang masih tertempel.

"Kamu kenapa sih sayang, jangan buat aku khawatir," gumam Dipta menckumi punggung tangan Sandra berulang kali dengan pelan.

"Bro, noh makan siangnya adek gue," Razka muncul tiba-tiba tapi tak membuat Dipta terganggu sedikitpun.

"Taro aja, lo keluar aja. Mau berduaan gue sama bidadari," usir Dipta memeperagakan tangannya seperti mengusir ayam.

Razka sempatlan memukul kepala sahabatnya itu kemudian berteriak kesal sebelum pergi, "Yang ketiganya setan!"

"Iya itu lo!" Balas Dipta tak suka.

Dipta memukul mulutnya pelan bahwa ia melupakkan bahwa bidadari yang ia sebut tadi sedang tidur. Ia mengalihkan tatapannya pada gadisnya dan ya gadis itu sudah terbangun dan menatapnya penuh senyuman.

"Maaf ya gara-gara aku kamu kebangun. Awas aja itu di Razka sialan," Dipta menggerutu dii akhirnya.

Sandra hanya diam dengan wajah sumringah menatap wajah kekasihnya yang cemberut karena Sandra seperti tak meresponnya.

Sandra mengusap pipi Dipta dengan mata mulai menggenang. Netra biru itu siap menumpahkan hujan kembali, tapi langsung dicegah oleh Dipta yang menutup mata Sandra.

"Jangan nangis lagi, aku salah ya?"

Sandra terkekeh kemudian melepas tangan Dipta, ia ambil tangan itu dan dikecupnya begitu lama. Dipta terpaku, tak lama kemudian ia menatap ke arah lain. Sandra melirik sebentar ternyata kekasihnya ini sedang salting. Lihat bahkan wajahnya memerah sampai ke telinga.

"Sayang," panggil Sandra.

Dipta yang mati kutu tak tau berekasi bagaimana sehingga banyak bergerak akibatnya kursi yang ia duduki ikut bergoyang dan akhirnya Dipta terjatuh ke lantai.

Sandra terkejut kemudian tertawa lebar melihat wajah kekasihnya masih memerah itu meringis kesakitan. Padahal biasanya Sandra yang bertingkah seperti ini, namun Dipta kebalikannya.

"Ihh sayang kamu imut deh," puji Sandra.

Dipta cemberut. Ia berdiri dan menepuk celananya beberapa kali, ia menutup pintu UKS rapat kemudian naik ke brankar. Memeluk erat pinggang Sandra. Sandra tak menolak, ia mengelus sayang rambut hitam legam Dipta.

"Masih belum mau cerita?" Tanya Dipta.

Sandra mengangguk. "Tadi itu iklan doang. Sahabat aku mana?"

"Aku usir. Mau manja sama kamu, kan jarang kamu manja begini."

Sandra mendelik dan ikut berbaring bersama Dipta. Wajahnya menghadap ke dada bidang milik pemuda tampan itu sedangkan tangannya memeluk erat punggung Dipta.

"Sayang, makasih udah bertahan sama aku," ucap Sandra.

"Sama-sama sayang. Selamanya akan begitu, gak ada cewek selain kamu yang bisa meluluh lantahkan hatiku selain kamu," Dipta berujar tulus.

Keduanya saling mencurahkan isi hati mereka di UKS itu mengabaikan setan yang memojok di pinggir yang iri karena keromantisan mereka.

Setan bi like: Anjirr gue yang rayu lo berdua malah gue yang jadi nyamuk

Nyamu bi like: Gak usah nyamain diri sama gue ya setann!

***

Seorang gadis duduk menatap langit malam di taman belakang rumahnya. Tersedia ayunan, ia duduk sendirian tanpa takut diganggu.

"Bulan begitu indah tapi tak seindah hidupku, bintang bersinar terang tapi tidak dengan sinar keberadaanku, apakah hanya langit hitam itu yang menggambarkanku?"

"Cassandra Esclovazka, nama yang tersemat pada diriku ini? Tidak ada nama lainkah? Tapi, nama ini yang diberikan kakek padaku."

Sandra berkeluh kesah psda serangga yang lewat ataupun singgah di dedaunan ataupun bunga. Ia mengeluarkan isi pikirannya ke alam.

"Kenapa di sini sayang?" Raefan dan Raespati duduk mengapit putri mereka.

Sandra menjatuhkan kepalanya ke lengan ayahnya. Kemudian kedua tangannya ia genggam tangan papa dan mamanya.

"Sandra lebih suka di sini, Sandra suka papa sama mama yang ini," ucap gadis itu.

"Apa sih? Kan mama sama papanya Sandra cuman kita, emang mau orang tua yang lain?" Tanya Raespati menjawil hidung anaknya.

"Kan ada tuh ma, anak yang ditelantarkan sama orang tuanya. Padahal anak itu gak tau apa salahnya dia."

Raefan merangkul dua permata hatinya itu, "Putri papa kenapa sih? Berapa hari ini banyak pikiran ya?"

"Mama setuju sama papa, kamu sering melamun dan kadang ngurung diri di kamar," timpal Raespati merasakan kejanggalan putrinya.

"Gak ada. Sandra hanya pusing sama tugas yang menumpuk aja, guru-gurunya suka membunuh tanpa menyentuh sih," bohong Sandra dengan wajah yang dibuat cemberut.

"Aduh gemesnaaaa," Raespati menghujami pipi anaknya dengan ciuman.

"Hahaha mama, Sandra udah gede. Cium papa aja sana," gadis itu berlari kabur dari kejaran mamanya.

Raefan mengikuti mereka dari belakang sambil tertawa melihat kelakuan istri dan anaknya.

***

Cassandra! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang