18

934 62 1
                                    

Up lagi dong, lagi bersemangat nih guys

****

Pagi sudah menyambut dan Sandra sudah tampil lebih segar dan cantik. Hari ini, Sandra memutuskan untuk mengganti gaya rambutnya untuk sekedar memperbaiki suasana hatinya yang masih anjlok.

Sebenarnya ia tak tega pada awalnya sebab ia hanya menumpang di tubuh ini. Namun, oleh sebab itu ia kembali memikirkan. Ia hanya menumpang tapi ia harus bersikap layaknya dirinya sendiri.

Sandra tak banyak kata mengambil tempat dan langsung duduk membiarkan para pekerja salon melakukan perubahan pada rambutnya setelah bertanya keinginan gadis itu.

Sandra melihat penampilannya di cermin dan waw sangat memukau. Potongan rambut yang seperti lelaki membuat ia terlihat cantik dan tampan secara bersamaan.

"Bisa ngalahin si Meimei nih," gadis itu berdecak kagum sambil memainkan rambutnya.

Gadis berambut pendek itu segera melakukan pembayaran dan lanjut makan ke restoran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gadis berambut pendek itu segera melakukan pembayaran dan lanjut makan ke restoran. Sedari tadi perutnya minta diisi.

"Aduh anak-anak mama pasti udah lapar ya," celetuk gadis itu sembari mengelus perut datarnya. Respon cacing di dalam perut ialah bunyi perut yang semakin membesar.

***

Sandra menatap semangkuk bakso beranak porsi besar di depannya. Tanpa banyak kata ia melahap sambil menahan sisa rambut yang sedikit mengganggu penglihatannya. Menyugar rambutnya.

Tiba-tiba sebuah tangan membantunya menahan rambutnya sehingga gadis itu bisa melanjutkan acara makannya tanpa gangguan. Hembusan angin yang tadinya menerbangkan rambut pendeknya juga terasa menyegarkan.

Sentuhan terakhir ia menikmati jus alpukat yang baru dipesannya. Akhirnya ia bisa memberi nafkah pada anak-anak cacing di dalam perut. Menyenderkan tubuh ke sandaran kursi sambil memejamkan matanya.

Tapi, tak lama mata itu terbuka dan melihat ke samping. Ia baru mengingat jika tadi ada yang membantunya menahan rambutnya.

Melotot sempurna sudah netra biru sibur lautan itu melihat orang di sampingnya.

Dipta Thaddeus Deverauxn Altezza, orang yang sangat Sandra hindari ada di sampingnya. Ingin sekali Sandra melipat bumi ini agar pemuda brengsek itu terhimpit lalu mati.

Sandra beringsut menjauh segera membuat Dipta terkekeh dengan reaksi gadisnya.

"Ngapain lo di sini?!" Sudah tak ada kesopanan dalam kata-katanya.

"Jemput calon bini," jawab Dipta enteng meminum bekas jus alpukat milik Sandra.

"Bini pala lo! Pulang sono, gue jampi juga methong lo," usir Sandra sarkas.

Dipta memggeleng kemudian menatap sayu gadis yang maasih ingin menjauh darinya. Akan tetapi ia tidak akan mundur sekalipun sebab sisi liarnya sudah terungkap, dari pada rugi lebih baik ia ambil saja Sandra.

"Pulang gak lo?! Gue eneg liat tampang monyet lo," ancam Sandra mengangkat sepatu yang entah sejak kapan sudah dilepasnya.

Seorang pekerja rumah makan itu melihat kebar-baran seorabg Sandra lantas berlari mendekat apalagi mereka sudah menjadi pusat perhatian.

"Mbak! Haduuh, kalo lagi pacaran terus berantem di tengah jalan aja biar afdhol kalo methong," saran yang begitu enak di dengar.

"Masnya diam ya atau saya sunat nih," sebuah fakta terkuak, hati ini adalah jari pertama Sandra datang bulan makanya lagi sensitif.

"Saya salah apa, mbak? Mas ini pacarnya dibawa ke mana kek yang penting jangan kumat di sini," ujarnya pada Dipta yang sedari tadi diam menyimak.

"Saya?" Dengan polosnya pemuda itu menunjuk dirinya.

"BUKAN SETAN NOH DI POJOKAN!" teriak Sandra kesal sendiri.

Pelayan itu mengelus dada sabar mendengar suara melengking gadis manis itu.

"Berarti kamu ngaku jadi pacar aju dong," skakmat. Sandra mengacak rambutnya kesal, tanpa sadar ia kelepasan berteriak.

Meraba kantong di celana kulotnya, Sandra membayar belanjaannya di sini lalu pergi meninggalkan Dipta bersama mas pelayan.

"Udah disusul aja mas biar gak ngambek lagi pusing saya ngelihat gaya pacaran anak zaman sekarang, pada gak normal terlalu esktrim. Padahal zaman dulu mah pacaran kagak kaya gini," omel pelayan itu.

Dipta langsung berpamitan dan menyusul Sandra.

Sandra menghentakan kaki kesal. Apakah Dipta terobsesi padanya?! Padahal dalam novel hanya untukmu, tokoh Dipta tak tercantum hanya tertulis perannya sebagai sahabat Razka si tokoh utama pria dan kakak dari tokoh antagonis. Namanya saja tak disebutkan sebab sahabat Razka satu itu di dalam novel dibilang sangat misterius.

"Arggh!! Anj!" Umpat Sandra kesal.

Pikirannya tengah rumit, "Kenapa sih otak itu harus diciptakan? Padahal mah diajak berpikir aja susah, heh otak lo mau dipanggang hah?! Gue pusing lo gak ngebantu sama sekali."

Dipta mengekori gadisnya tanpa mau menghentikan omelan gadis itu. Tapi, melihat gadis itu hendak menyebrang tanpa melihat kanan kiri apalagi ada banyak kendaraan yang melaju.

Dipta segera memeluk pinggang gadis itu sebelum ia melangkah terlalu jauh dan berakhir di akhirat. Kan tidak lucu, Dipta kehilangan Sandra sebelum berkeluarga dengannya.

"Eh?!"

Sandra masih hah hoh hah hoh. Belum paham, namun merasa pelukan di pinggangnya membuat ia merontak di lepaskan.

Dipta dasarnya kepala batu tak mau lepas dan menggendong Sandra seperti kaarung besar. Dengan tangan satunya dimasukan ke saku mengambil kunci mobil.

Sandra diletakan di samping Dipta yang menyetir. Mengabaikan segala macam umpatan dan omelan yang keluar dari gadisnya, ia bahkan menyetel lagu Iwab Fals yang berisi mengenai sindiran-sindiran dengan volume full membuat Sandra semakin naik pitam.

"THADDEUS BODOH! DENGERIN GAK SIH?!"

"Denger sayang makanya aku putar lagunya," jawab Dipta masih tenang.

"GUE LAGI BADMOOD JANGAN SAMPE GUE POTONG ANU LO BIAR GAK USAH BERKEMBANG BIAK SEKALIAN!"

"Nanti kamu gak bisa punya anak," masih dallam keadaan tenang dan tak terpancing emosi.

"TAI!"

"Love you too."

"NGELUNJAK JUGA NIH OM-OM PEDO!"

"Beda satu tahun sayang gak sampai jadi om-om."

"Kenapa Kakay punya abang kek monyet sih?"

"Kayra ngerengek," ucapan Dipta barusan menyita atensi Sandra.

Sandra segera menyampingkan tubuhnya menghadap ke arah Dipta. Menopang dagu dan menatap intens pemuda yang menyetir itu saja.

Dipta memang liar dan manipulatif tapi jika ditatap seintens ini oleh pujaan hatinya ya pastilah dia gugup sendiri. Mengingat gadisnya bereaksi hanya pada sang adik sekaligus sahabatnya membuat Dipta mendengus kesal.

"Dia tadi datang ke rumah kamu tapi gak dapat kami. Pas tanya ke tetangga katanya kamu lagi nyusul keluarga ke Surabaya, jadi pas pulang langsung nangis ngadu sama mommy daddy kalo kamu kabur dari dia padahal kan kamu kabur dari abangnya, memang gak bener nih adik aku," Dipta menjelaskan panjang lebar berusaha menetralkan deyak jantungnya yang semakin berpacu dalam melodi.

"Dih! Sok kegantengan lo, jijik pak sayanya," Sandra mendelik ingin sekali mencekik leher pemuda itu. "Udah narsis, mesum, bodoh, brengsek, tukang ngintip, tukang masuk ke kamar orang. Amit-amit cabang perusahaan."

Dipta masih berusaha menahan amarah yang membuncah mendengar ia dijelek-jelekan oleh sang gadis.

****

Huhuhu ada yang kangen gak?

Cassandra! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang