Garis yang bergelombang itu sedikit berubah. Pria paruh baya yang baru saja memeriksa keadaan pasiennya terkejut namun langsung bertindak dengan memberikan penanganan pasca koma.
Keadaan mulai kondusif. Pria berseragam dokter itu keluar menghadapi kerusuhan yang dibuat oleh keluarga pasien apalagi sang pemilik rumah sakit yang sudah seperti tubuh tanpa jiwa.
"Bagaimana keadaan dia?" baru saja ia menutup pintu ruangan, tubuhnya tertabrak gagang pintu sebab didorong oleh para ibu-ibu.
"Tolong tenang," menghela napas sebentar mengabaikan tatapan menghunus tajam dari sang pemilik tempat ia bekerja. "Pasien atas nama Cassandra Esclovazka dinyatakan berhasil melewati masa komanya, namun butuh waktu lama untuk pulih."
Usai menjelaskan ia pergi begitu saja meninggalkan seruan bahagia dari keluarga pasien.
Dante mendekati tubuh kaku cucunya yang bagaikan putri tidur sejak dua bulan lalu, merindukan binar matanya yang cerah dan senyuman penuh ketulusan di tengah badai gulita sepanjang hidupnya. Mengelus dahinya dan mengecupnya penuh kasih.
"Ayah apakah aku bisa mendekati putriku?" seorang wanita yang merupakan menantu Dante, Raespati. Ia bertanya ragu, tapi kian langkah mendekat. Sayu matanya terpaku pada wajah pucat tak berekspresi milik putri yang ia telantarkan selama 24 tahun tanpa mencurahkan kasih sayang seorang ibu.
Dante menatap sinis Raespati yang dipeluk oleh sang suami, Raefan. "Sejak kapan cucuku menjadi putrimu, Raespati?"
Menusuk!
"Ayah!" Raefan menyentak tak terima.
"Mengapa? Baru hari ini papa menganggap kakak sebagai putri papa?" pertanyaan yang dilontarkan Reygan membuat keadaan sunyi.
"Aku menganggapnya putri bukan hari ini Rey, sudah sejak beberapa hari lalu," tersirat kemarahan dalam setiap perkataan Raefan, ia tak suka disudutkan seperti ini.
"Hah!" Wajah Reygan seakan mengejek. "Sangat lucu!" lelaki itu menutup wajahnya menahan tawa pedih.
"Rey, bersikaplah yang sopan pada papa!" Radian menatap tajam adik bungsunya.
"Mami tidak mengajarimu seperti ini Rey!" Oniria ikut angkat bicara.
Reygan menatap wajah mereka satu-persatu lalu mendekat dan menggenggam tangan Sandra yang belum sadarkan diri, diletakan tangan itu ke pipinya sampai air matanya mengalir.
"Haha, keluarga yang munafik! Ketika kakak sakit barulah kalian tersentuh, jika Tuhan tak berbaik hati mungkin saja kakak akan meninggal dan kalian tidak akan pernah dimaafkan," ucapan Reygan agak keterlaluan, ia tau tapi ia tak tahan dengan penderitaan kakaknya selama ini, ingin bersuara tapi ia akan tak didengarkan. Kesal, kesal terhadap dirinya yang tak bisa membantu sang kakak.
"Reygan! Perkataanmu keterlaluan. Sandra adalah cucuku dan anak mereka, apa maksudmu dengan keluarga munafik," kali ini Adeline merasa marah dengan cucunya.
Nafas nenek tua itu tak beraturan membuat gadis di belakangnya segera menahan bobot tubuhnya, matanya masih menatap tajam Reygan yang tak menggubris ucapannya.
Suasana di dalam ruang rawat Sandra berkecamuk, Raespati tersedu-sedu di pelukan suaminya.
"Biarkan aku mendekat," Raespati tetap kukuh dengan keinginannya.
Reygan dan Dante tak memberikan kesempatan sekalipun untuk mereka mendekati Sandra yang masih belum sadarkan diri walau dinyatakan kondisinya stabil, Kanaya di belakang Adeline maju dan berjalan mendekat pada calon ibu mertuanya.
"Rey, mau bagaimanapun mama adalah mama kandung Sandra, ibu mana yang tega melihat anaknya sakit?" suaranya penuh kasih sayang yang tersirat ejekan.
Reygan tak lagi menggubris membiarkan gadis itu berbicara semaunya.
Arka mendorong tubuh Rey kuat sampai terpentok tembok, ia menatap penuh amarah pada Reygan yang menguasai adiknya. Sandra adalah adiknya, ia lebih berhak berada di dekat adiknya itu bukan Reygan yang merupakan sepupunya. Semua orang terkejut dengan tindakan tiba-tiba Arka, Reygan terkekeh sinis melihat Arka yang berlutut sambil mencium punggung tangan Sandra, Dante bahkan tak mempedulikan.
"Cassandra, ayo bangun. Kakak akan belikan semua yang kamu mau, ya ayo bangun," suaranya parau dengan air mata berderai.
"Bahkan lo baru pertama kali manggil nama kakak, bang. Lo itu abang terburuk, kalian semua adalah keluarga terburuk," kelakar Reygan.
Dante masih diam membiarkan cucu bungsunya mengamuk sebab perkataan si empu benar adanya. Di mana mereka dari dulu?
Gelengan kecil di kepalanya terhenti ketika melihat mata yang terpejam selama dua bulan itu menyesuaikan cahaya yang masuk sampai terbuka sempurna.
"Sandra, sayang akhirnya kamu bangun!" raut kebahagiaan Dante tunjukan membuat ruangan sunyi kembali.
Sandra melihat ke semua sudut sampai ia terkejut melihat wajah penuh air mata milik sang kakak, tanpa berekspresi dan lemah ia menepis tangan kakaknya.
"Kakek... air," suaranya tersendat-sendat dan parau, bibir pucatnya bergerak pelan.
Reygan bergerak cepat menyingkirkan Arka dari samping brankar Sandra, lalu membantu sang kakak untuk minum air. Sandra memberikan senyuman manisnta pada Reygan.
"Aku bersyukur kakak akhirnya sadar."
Lantas memberikan kecupan singkat di pipi tirus itu diikuti Dante membuat kekehan kecil keluar dari mulut Sandra. Sandra bahkan tak repot-repot kembali menatap mereka yang ada di sana selain adik dan kakeknya membuat ibu yang melahirkannya merasa sakit sebab enggan di tatap putrinya sendiri begitu pula Raefan.
"Sandra, gue senang lo bangun," Kanaya perlahan mendekat.
"Kakek, bisa usir hama ini?" Sandra malas menatap hama yang ia maksud.
Kanaya tau itu ditujukan untuk dirinya. Dengan pura-pura ia mulai melakukan drama seakan tersakiti membuat Raespati kembali terpancing amarahnya.
"Cassandra, dia sudah rela menjengukmu!"
Adeline menahan tangan Raespati agar tak meluapkan amarahnya kembali, wanita rapuh itu membawa Kanaya yang entah sejak kapan sudah mulai menangis ke pelukannya.
Sandra berdecih sinis melihat mereka semua.
"Aku muak melihat mereka kakek, ayo usir mereka," rengek Sandra pada akhirnya.
Saudara Sandra ingin menentang tapi saat ini kekuasaan tertinggi adalah milik Dante, dengan tatapan sinisnya mereka mulai melangkah keluar.
"Lagian kenapa datang sih? Kita gak ada hubungan apapun, keluargaku kan hanya Rey dan kakek," ucapan Sandra tadi membuat mereka terkejut dan ingin menjelaskan tapi pintu ditutup dan dikunci dari dalam oleh Reygan.
Menyisakan tiga orang di sana. Reygan mengecup berulang kali punggung tangan kakaknya dengan derai air mata membuat Sandra ikut menangis. Dante menepuk dahinya lupa, segera menekan tombol di samping brankar dan tak lama dokter datang lalu memeriksa perkembangan kondisi Sandra.
"Setelah keluar dari sini, Sandra akan tinggal sendiri," Dante mengernyit tak suka.
"Mengapa?"
"Sandra gak mau lagi masuk ke rumah itu, semuanya kenangan buruk," jelasnya menautkan jarinya.
"Tentu, sayang. Kakek akan menyiapkan satu unit apartemen untukmu, tapi kau harus pulih dulu."
Senyum merekah di bibir Sandra dengan wajah berbinar, menyuruh kakeknya mendekat lalu dikecuplah pelipis kakeknya itu.
"Kakak, Rey juga!" Seru Reygan semangat.
Sandra tertawa, ia berharap selanjutnya hidup yang ia dambakan akan tenang dimulai.
°°°°

KAMU SEDANG MEMBACA
Cassandra!
Novela Juvenil"Lo berdua kenapa sih?" "Kita mau deket sama lo?!" "Seharusnya kalian deketin kak Razka bukan gue!" *** "Sayang!" "Sape lo?" "Calon suamimu di masa depan!" "Satu kata buat lo, ANJIRRR!" *** Gadis yatim piatu yang meninggal karena jatuh dari tingkat...