Chapter 14: Kejutan Horor (!?)

67 47 38
                                    

"Devin..?" Guman Antara menghentikan langkahnya ketika sudah melihat Devin berdiri di samping mobil untuk menunggunya.

"Duh.. gue canggung banget anjir"

Antara menghela nafas panjang, ia mengatur nafasnya dan memberanikan diri berjalan ke arah Devin yang terlihat sudah menunggu lama karena-nya

"E.. Dev─" Antara memanggil Devin dari belakang dengan suara yang cukup rendah namun masih bisa di dengar oleh Devin. Ia menoleh ke belakang tempat antara berada.

"Lo lama banget"

"Ee.. itu─gu-gue tadi cuma habis beresin buku dulu hehehehhe"

"Ohh yaudah ayo masuk" Devin tersenyum lalu membukakan pintu mobilnya untuk Antara.

"Mau kemana kita malem malem gini? Lo mau culik gue?!"

"Mulutnya kalo ngomong ngajak cipokan"

"HEH?!!" Antara membulatkan matanya saat melihat Devin yang cengengesan karena perkataannya tadi. Ohh apa ini? Antara nge-blush lagi karena Devin sialan.

***

"Dev, kita mau kemana sih?" Antara menoleh ke arah Devin yang masih sibuk menyetir mobilnya.

"Kepo lo, udah diem aja kalo bibir mulus lo itu nggak mau kena cium!" Devin membalas datar pertanyaan Antara tadi.

Antara yang mendengar itu mendengus geli, ia memalingkan wajahnya menghadap kaca jendela yang tertutup rapat.

Malam semakin larut, mereka sudah berjalan kurang lebi setengah jam tapi Devin belum mencapai tujuan, sepertinya ia sengaja melambatkan laju mobilnya agar bisa berduaan dengan Antara, wkwk.

***

01.58

Antara melirik jam di layar ponselnya. Mengapa belum sampai juga? Sudah satu jam kita berjalan seperti ini.

Tiba-tiba, Antara mendapat panggilan alam. Perutnya terasa seperti terbakar, mungkin pasokan gas alamnya akan keluar. "Duhh perut gue.. kenapa harus sekarang, mana mules lagi" Antara memegangi perutnya yang terasa sakit.

"Dev, bisa berhenti di SPBU gak? Gue kebelet nih"

"Oke"

Setelah sampai di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum, mereka akhirnya berhenti disana. Devin memarkirkan mobilnya di tempat pengantrian bahan bakar.

Antara turun dari mobil membawa ponselnya, ia berlari kencang ke arah kamar mandi yang berada di dekat Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum.

Tanpa basa-basi, dirinya menghampiri penjaga kamar mandi dan membayar dengan uang lima puluhan.

"Eh mbak uangnya--" belum selesai berbicara, bapak itu terlihat heran saat Antara sudah tak ada di depannya. Ia berlari secepat kilat karena perutnya sudah semakin tak terkontrol.

Bapak itu hanya menggelengkan kepalanya lalu kembali duduk di kursi penjaga, ia melihat di sekelilingnya yang tampak sangat sepi. Bahkan satu mobil-pun ia belum melihatnya.

Tunggu─ jika bapak itu tak melihat mobil sama sekali, lalu.. bagaimana dengan mobil Devin? Bukankah Devin memarkirkan mobilnya di parkiran tempat pengantrian bahan bakar?

-Aqueenza [✓]-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang