Sudah sepuluh menit lamanya mereka menindas habis tubuh Antara. Zealova tersenyum gembira melihat betapa tersiksanya wanita yang dia benci.
"Huh! Ayo pulang girls! Tugas kita udah selesai!" Ia menghela napas lega, menyaksikan banyaknya darah yang keluar dari mulut Antara. Tangan yang memar, kaki yang lecet, itu semua memberi kesan sempurna bagi Zealova. Dirinya bertepuk tangan beberapa kali.
Lo pantas mendapatkan ini, Antara.
Alih-alih Zealova dan Chika pergi, Tania masih ada di situ. Entah apa yang merasuki dirinya, dia mau menolong Antara sekarang.
Tania menjulurkan tangannya, mengkode Antara untuk menjamah tangan itu. Antara mendongak menatap Tania beberapa detik,
"Mau apa lo sekarang? Nggak puas nyakitin gue sampai kaya gini?" Antara menatap datar wajah Tania, tangisnya seolah sirna setelah ia berhasil membuang semuanya.
"Jangan ge'er, gue cuma kasihan sama lo."
"Gue nggak butuh belas kasihan dari lo." Ketus Antara, mencoba berdiri sendiri dan tak menggubris tangan yang masih terulur sempurna mengarahnya.
"Oke, jangan salahin gue kalau lo nyesel nantinya." Tania menatap nanar seragam antara yang terlihat lusuh dengan bercak darah di sekitarnya.
Antara membalikkan tubuhnya membelakangi Tania, menggendong tas ranselnya dan mencoba mengimbangi dirinya. "Jangan mimpi gue bakal nyesel." Antara berjalan pincang meninggalkan Tania yang berdiri di depan gerbang sendirian.
Lenguhan demi lenguhan ia keluarkan demi menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya. Ia harus bekerja! Bekerja dan bekerja! Untuk dapat menghidupi dirinya.
***
Antara merebahkan tubuhnya di kasur empuk kos-kosannya. Sungguh, ini adalah hari yang melelahkan untuknya. Ia menetralkan napasnya yang masih tersengal-sengal,
Meraih ponsel diatas nakas, ia memutuskan untuk menelpon Nara.
Hallo, Nar?
Hallo, kenapa Ra?
Gue ke sana jam setengah 3 bisa nggak?
Bisa kok! Yang penting kamu ke sini aja, nanti biar aku yang ngomong ke atasannya
Oke makasih
Tutt~
Antara mematikan sambungan telepon mereka, ia beranjak dari kasurnya tuk mengambil kotak P3K miliknya."Enghh.." Antara melenguh lagi, ketika ia mencoba mengobati luka di wajahnya, menatap kaca yang memantulkan dirinya, membuat dia tidak yakin untuk bekerja di Cafe'starzs hari ini.
"Gimana cara nutupin lukanya ya, ini kan masih basah, kalaupun gue pakai foundation juga nggak bakalan ketutup kan?" Gumamnya, ia menghela napas panjang. Meratapi seluruh insan yang terluka termasuk dirinya.
Antara menoleh ke samping, melihat ada sekotak masker di sana. "Emang boleh pakai masker?"
...
Setelah lama terdiam di sana, Antara menyadarkan diri dari lamunan-nya,
"Gue mandi dulu aja deh" ujarnya.
"Eh, di kos-kosan ini kamar mandinya dimana ya..?"
Antara beranjak dari duduknya, ia berjalan untuk mencari letak kamar mandi di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
-Aqueenza [✓]-
De TodoCERITA INI BELUM MASUK KE TAHAP REVISI YA! KARENA AUTHOR LAGI FOKUS TAMATIN DULU, JADI KALAU ADA TYPO BISA DI KOMEN LANGSUNG^^ "Ternyata gini rasanya mati-matian nahan luka di dada." Antara Queen Aliza. Panggil saja ia Antara. Wanita berusia 16 tah...