Vote dulu yuk^^
***
"M-maafin Devin pa.."
"Puas kamu buat papa malu terus terusan gini?!" Bentak salah satu pria tua yang sedang duduk di sofa bersama istrinya.
"Kamu itu anak seorang CEO Devin! Kamu seharusnya bikin papa bangga! Bukannya malu!!" Bentaknya lagi.
Devin hanya bisa diam tertunduk sambil mendengarkan celotehan nyaring dari salah satu orang tuanya yang bernama Alexan Monnav.
Alexan adalah seorang CEO di negara Amerika. Sedang ibu Devin yang bernama Vinan Atasya itu bekerja sebagai seorang desainer di Bandung.
"Udahlah pah, toh juga cuma turun sepuluh nilainya, sembilan puluh itu masih bagus, Devin kan udah berusaha semaksimal mungkin" sahut Vinan mengelus pundak Alexan.
"NGGAK BISA MAH! NILAI DEVIN ITU HARUS SEPENUHNYA SEMPURNA! PAPA DULU WAKTU SEUMURAN DIA AJA BISA DAPET SERATUS TIAP MATA PELAJARAN!! MASA DEVIN YANG ANAK PAPA NGGAK BISA?!!" Bentak Alexan yang spontan berdiri menatap tajam Vinan dan Devin.
Devin mengangkat kepalanya yang sedari tadi tertunduk mengarah lantai. "Tapi Devin udah besar pa! Devin nggak perlu dituntut keras buat jadi sempurna kaya papa!!" Ucapnya.
"Devin juga cape pa, harus belajar siang malam tampa berhenti demi papa! Devin pengen sedikit bebas!" Tambahnya.
"DEVIN!! BERANI KAMU--" Tangan Alexan melayang di atas untuk menampar Devin, ia geram karena Devin sudah berani-beraninya membantah perkataannya. Padahal Devin juga berhak menyuarakan isi hatinya.
Alexan menghentikan aksinya untuk menampar anak tunggalnya, ia berusaha menahan amarah untuknya.
"Kenapa? Papa nggak jadi nampar Devin?"
Alexan menurunkan tangannya dari atas, ia membalikkan tubuhnya membelakangi Devin.
"Papa nggak mau berdebat denganmu Devin! Turuti saja perintah papa agar kamu bisa bahagia nantinya!" Ucap Alexan sebelum ia berjalan menjauhi Devin dan juga Vinan.
'Papa terlalu menuntut Devin secara keras, bukan bahagia yang Devin dapatkan. Tapi rasa sakit yang selalu datang' Batin Devin kembali menundukkan kepalanya.
Vinan berjalan pelan ke arah Devin yang masih tertunduk, sementara Alexan sudah menghilang dari pandangan mereka.
"Devin, semangat terus ya" ucap Vinan mengelus pundak Devin dengan tersenyum tipis.
"Iya ma" balas Devin.
"Mama mau pergi ke Jakarta dulu beberapa minggu ini, dan papa-mu akan pergi ke Amerika untuk mengurus bisnisnya, papa pulang kurang lebih 1 bulan lagi, kamu sendirian di rumah nggak apa-apa kan?" Jelas Vinan panjang lebar.
"Iya ma, nggak apa-apa".
Vinan mengecup kening Devin, dan langsung pergi meninggalkannya sendiri di ruang tamu yang terlihat sangat sepi.
Devin melihat kepergian Vinan dari pandangannya sampai akhirnya dia merasa sedikit lelah dengan dunianya.
"Gue kangen lo, Shinan". Gumam Devin menghamburkan dirinya di sofa dengan memijat kepalanya yang terasa terbebani.

KAMU SEDANG MEMBACA
-Aqueenza [✓]-
DiversosCERITA INI BELUM MASUK KE TAHAP REVISI YA! KARENA AUTHOR LAGI FOKUS TAMATIN DULU, JADI KALAU ADA TYPO BISA DI KOMEN LANGSUNG^^ "Ternyata gini rasanya mati-matian nahan luka di dada." Antara Queen Aliza. Panggil saja ia Antara. Wanita berusia 16 tah...