Chapter 31

20 7 2
                                    

***

"Anak-anak, dalam ujian kali ini, ibu nggak mau ada yang menyontek ya. Paham?"

"Iya bu!" Semua murid di kelas XI IPA 1 bersorak menjawab Bu Kayla yang sedang bertugas menjadi pengawas ujian mereka.

Mereka menata rapi kertas ujian di clipboard mereka, mengambil peralatan menulis seperti polpen dan tipe-x.

Perlahan waktu mulai berjalan, seorang wanita terlihat kesusahan menjawab beberapa soal ujiannya.

"Kenapa sesulit ini sih?!" Gerutunya kesal.

Biasanya Antara yang bantu gue kalau gue lagi kesusahan gini,

Wanita itu membatin jauh dalam benaknya. Melihat punggung berbalut seragam milik mantan sahabatnya, Antara.

Yap! Itu adalah Elora, wanita malang yang begitu bodohnya percaya fitnah mengenai Antara, sahabatnya sendiri.

Ia memijat pelipisnya, mencoba melupakan banyak hal yang tak seharusnya ia pikirkan.

Tenang, El. Tenang.. fokus ke ujian, lo nggak pantas nangisin sahabat bajingan kaya dia. Ia terus membatin, mengumpati Antara dengan kata kasarnya.

Baru pertama kali ini dia berani menyebut sahabatnya itu bajingan, setelah bertahun-tahun mereka menjadi sahabat. Bahkan lebih dari sahabat, atau bisa dikenal saudara. Elora tak berani menyamakan sahabatnya guna nama-nama hewan atau umpatan lainnya.

Ia tak mau sahabatnya kecewa hanya karena dirinya. Namun sekarang, semua itu berubah. Hilang bak sirna ditelan bulan.

"Cuih! Nggak ada yang mau punya sahabat pembunuh kaya dia!" Gumamnya menggerutu lirih, namun dapat didengar oleh Antara.

Antara tak menoleh, tak menggubrisnya. Sakit hati? Tentu saja! Manusia mana yang tak sakit hati difitnah seperti itu? Antara bukan pembunuh!

Elora salah mengenainya, apa Antara harus bersujud di kakinya agar dia dapat percaya bahwa Antara bukanlah dalangnya?

Ia adalah korban, namun dilirik sebagai pelaku.

"Shtt, Faisal!" Elora mendesis memanggil nama Faisal yang sedang serius mengerjakan soal di sebelahnya. Tumben sekali anak itu serius dalam ujiannya, apa karena amarah Tante Kania padanya? Sehingga lemparan panci dan wajan pun tak dapat terhindar dari dirinya.

"Faisaalll!" Ia menggertakkan giginya kuat kuat, sebab Faisal tak cepat menoleh untuknya.

"Ck! Sialan, terpaksa gue harus pakai cara itu." Gumamnya,

"Sayang," ujarnya kemudian.

Faisal menoleh sekarang, itu adalah cara jitu memanggil monyet yang sedang belajar memakan kentang.

Elora kesal dengan hal itu, betapa jijiknya dia saat harus meng-cosplay genit pada Faisal.

"Apa cantik?" Jawab Faisal, ia mengulas senyum tipisnya membuat Elora bergidik geli melihatnya.

"Dih!" Elora mendengus kesal, ia benci, benci, dan benci pada Faisal. Ingin sekali menendang kelaminnya agar terbang ke alam baka.

-Aqueenza [✓]-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang