Chapter 22 : Hukuman berat..?

31 20 3
                                    

Beberapa jam kemudian, Antara terlihat sudah pulang dari rumah sakit. Ia menolehkan kepalanya menghadap jam di atas dinding kamarnya.

"Udah jam 3 pagi?" Gumamnya sebelum kemudian ia menghembuskan napas lelah.

Mereka bertiga memang sudah pulang dari rumah sakit, dokter mengatakan bahwa Avazia harus di rawat inap selama beberapa minggu. Jadi mungkin Antara akan menghabiskan waktunya untuk merawat Avazia sampai dia sembuh.

Tak berselang lama, terdapat suara ketukan pintu dari luar kamarnya diiringi dengan suara berat milik seorang pria, yang diketahui adalah ayahnya.

Tok tok tok

Antara beranjak dari ranjangnya. Ia berdiri dan berjalan pelan untuk membuka pintu, namun setelah pintu dibuka....

PLAK/

Antara tertoleh ke samping dengan pipi yang terlihat memerah karena sebuah tamparan keras dari tangan berotot milik seseorang.

Dirinya terdiam dengan tangan yang masih menempel memegang sebelah pipinya. Ia akhirnya menoleh kembali menghadap ke arah pintu. "Papa..?" Gumamnya.

Antara melepaskan pegangan tangannya dari wajahnya. Ia menatap wajah Adnan dengan perasaan sendu. "Papa kenapa nampar Ara?" Tanya Antara membuat suasana semakin memanas di sana.

"APA KAMU BODOH HAH?! KAMU PIKIR PAPA TIDAK TAHU APA YANG KAMU LAKUKAN?!!" Adnan mencengkeram kuat rahang bawah milik Antara, sehingga Antara kembali terdongak ke atas menghadap wajah Adnan di hadapannya.

"A-ahk.. Ara, ngelakuin apa Pa? Ara nggak ngelakuin hal, apapun.." Antara membalas masih dengan tatapan sendu dihadapan Adnan.

"JANGAN BOHONG ANTARA! PAPA NGGAK PERNAH NGAJARIN KAMU BERBOHONG KAYA GINI!!" Adnan masih membentak Antara di kala tangannya mencengkram kuat rahang milik anaknya.

Gadis muda itu terlihat menahan rasa sakit yang dia rasakan ketika Adnan membentaknya. Ditambah dengan tubuh yang semakin bergetar membuatnya ingin menangis sekarang.

Cengkeraman itu semakin kuat, membuat mata Antara menjadi berkaca-kaca. Adnan melepaskan cengkeramannya dari rahang Antara, lalu dia membalasnya dengan mendorong kuat tubuh Antara hingga terjatuh ke lantai.

Brukk

"MAKSUD PAPA APA?! KENAPA PAPA TIBA-TIBA BENTAK ARA DAN DORONG ARA?!!" Antara bertanya dengan nada bicara yang tinggi.

"KAMU YANG APA! TEGA TEGANYA KAMU NYAKITIN ADEK KAMU SENDIRI!! SALAH DIA APA?! SALAH ZIA APA SAMA KAMU ARA?!!"

Deg.

Antara terdiam sejenak mencerna apa yang dikatakan Adnan barusan. Apa tadi? Dia berkata bahwa dirinya yang melukai Zia? Padahal Antara tak melakukannya sama sekali..

Jantungnya berdetak kencang saat ini, dia merasakan rasa sesak yang mulai menggerogoti hatinya. "Bukan Ara yang ngelakuin itu, Pa.." Antara kembali berbicara mencari pembelaan untuk dirinya.

Plakk/

"JANGAN TERUS BERBOHONG KAMU!!" Adnan kembali menyambarnya dengan tamparan keras di wajah Antara yang membuatnya kembali tertoleh ke samping dengan tangan menempel memegangi wajahnya.

Antara sontak berdiri dan mendongak sedikit menatap wajah kasar milik pria tua di depannya. Ia mengepalkan tangan di sisi tubuhnya.

"ARA NGGAK NGELAKUIN APAPUN PA! JUSTRU DIA YANG BIKIN ZIA CELAKA!" Seru Antara menunjuk-nunjuk ke arah Zealova yang berada di ambang pintu kamar bersama dengan Valin di dekatnya.

Adnan spontan memelototi Antara, urat-urat lehernya mulai menegang. Tangannya-pun kembali terangkat ingin menampar Antara lagi, untuk ke sekian kalinya.

-Aqueenza [✓]-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang