"Mama!" Zealova berteriak memengingkan telinga ibunya,
"Ya ampun Lova! Kamu kenapa teriak-teriak kaya gitu? Bikin telinga mama budeg aja!" Valin berjalan mendekati putrinya, dengan raut wajah kesal.
"Bikinin aku makan! Aku laperr maa!" Zealova merengek pada ibunya.
"Bikin sendiri lah! Yakali mama mau bikinin! Kamu itu udah gede juga, manja-nya selangit!" Gerutu Valin.
"Ihh! Aku kan nggak bisa masak ma!"
"Astagaa Lovaaa!"
"Ada apa ini ribut-ribut?" Adnan datang menyela pembicaraan.
"Ini loh mas, Lova manja banget, udah gede nggak bisa masak!"
"Hmm, Lova.. belajar masak aja ya, jangan keluar mulu.. kamu kan sudah besar, malu kalau nggak bisa masak." Adnan kembali menasehati Zealova.
"Nggak! Lova nggak mau masak! Lova nggak suka pa.. lova maunya dimasakin, titik! Nggak pakai koma!"
Setelah mengatakan kata-kata itu, Zealova langsung pergi meninggalkan orang tuanya. Ia menghentakkan kaki sekeras mungkin tanda amarahnya mulai membara.
Benar-benar kacau rumah tanpa Antara, bumi seakan ingin memberi balasan pada mereka.
"Susah juga kalau nggak ada Antara.. biasanya dia yang selalu masakin kita," Adnan bergumam namun dapat didengar oleh Valin. Ia menundukkan pandangannya, mengelus pelan rahang bawahnya.
"Sudahlah mas, dia nggak penting. Biar aku aja yang masak" pungkasnya.
────────────────────────────────────
Sementara itu, Zealova masih berada di kamarnya, bermain ponsel, melihat tiktok, itulah kesehariannya. Memang aneh, dirinya jarang belajar namun bisa pintar. Sunguh, tak ada yang tak mungkin jikalau bukan kehendak tuhan.
"Males bangett, kaya nggak ada kerjaan apapun." gumamnya meletakkan handphone-nya di kasur.
"Eh.." dirinya mukai mencoba memikirkan suatu hal yang mungkin akan menjadi pokok pemikiran-nya.
Tiba-tiba terdapat secuil ingatan mengenai kejadian dimana dirinya menusuk tubuh adik tirinya dengan pisau.
"Kenapa gue kepikiran anak itu lagi," gumamnya, ia mengacak rambutnya frustasi. Perasaan khawatirnya mulai datang tanpa disadari.
"Arghh!" Pekik gadis tersebut yang tengah menjambak rambutnya sendiri.
"Masalah bocah itu, gue nggak boleh ketahuan!"
"Kalau sampai gue ketahuan, gue bisa dipenjara.."
Dirinya mulai berfikir sejenak untuk menghilangkan rasa cemasnya, berjalan memondar-mandirkan dirinya dengan tangan mengelus kasar rahangnya.
Setelah lama berfikir, ia memutuskan untuk berusaha mendekati Devin agar Antara semakin tersiksa. Rencana demi rencana ia susun sebaik mungkin, se-detail mungkin hanya untuk menghancurkan kehidupan kakak tirinya.
"Gue bakal buat lo mati secara perlahan-" ia menjeda kalimatnya,
"Dan gue bakal ambil semua kebahagiaan lo." Sambungnya menekankan kalimat yang tercetak tebal.
Disela perkataannya, muncul-lah seorang pria paruh baya yang sempat mengejutkan dirinya, pasalnya pria itu masuk tanpa permisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
-Aqueenza [✓]-
RandomCERITA INI BELUM MASUK KE TAHAP REVISI YA! KARENA AUTHOR LAGI FOKUS TAMATIN DULU, JADI KALAU ADA TYPO BISA DI KOMEN LANGSUNG^^ "Ternyata gini rasanya mati-matian nahan luka di dada." Antara Queen Aliza. Panggil saja ia Antara. Wanita berusia 16 tah...