Sudah sekian lama Devin dan Antara menghabiskan waktu bersama untuk menemani Avazia di sana, tak terasa jam mulai menunjukkan pukul tujuh malam. Antara harus bergegas ke Cafe'starzs untuk bekerja.
"Udah jam tujuh," Antara melirik jam di layar ponselnya.
"Dev, gue mau pergi dulu ya" Antara berdiri dan berpamitan kepada Devin.
"Mau kemana?"
"Gue harus ke Cafe'starzs malam ini, gue kerja di sana."
"Gue anter." Devin beranjak dari duduknya.
"Nggak ngerepotin?"
"Enggak sama sekali."
Antara tersenyum, Devin benar-benar sangat manis disaat seperti ini.
Antara mengecup singkat kening Avazia dan mengucap beberapa patah kata untuknya. "Kakak pergi dulu ya, Zia harus sembuh." Ujarnya,
Devin merasa iba pada gadisnya ini, semoga tuhan dapat memberikannya kemudahan.
***
Devin memberhentikan mobilnya di parkiran Cafe, "makasih ya Dev, gue pasti udah ditunggu" Antara buru-buru melepas sabuk pengaman yang menempel pada dirinya tadi.Beberapa kali Antara memencet-mencet tombol di sana, mencopot paksa, bahkan menggigitnya, namun sabuk itu tak kunjung terlepas dari tautannya.
"Ih? Kok nggak bisa sih!" Ia menggerutu kesal.
"Kenapa hm?" Devin menatap aneh gadis di sampingnya ini.
"Sabuknya, mm nggak bisa dilepasin," Antara tak menyerah, ia berusaha semaksimal mungkin agar sabuk itu dapat terlepas dari tubuhnya.
"Sini gue lepasin" Devin bergerak mendekati Antara, dia mencoba melepas sabuk pengaman tersebut. Sedikit susah, apakah rusak?
Antara merasa jarak dirinya dan pria itu sangat dekat, benar-benar dekat sehingga ia bisa merasakan hangat dari napas Devin.
"Mmhh" Antara melenguh, ia merasakan rasa tak nyaman karena jarak mereka terlalu dekat.
"Nah! Akhirnya lepas juga," Devin berhasil melepaskan tautan sabuk pengaman yang tadinya sangat sulit terlepas, ia sedikit menjauhkan wajahnya dari lengan kanan milik Antara.
Devin tak sepenuhnya menjauh, ia berhenti di satu titik terfavorit untuknya. Yah, titik dimana wajah Antara bertatapan dekat dengan wajahnya.
"Dev, gu-gue mau keluar" Antara kembali bersikap gugup ketika sedang berada di posisi canggung ini, dimana Devin terus menatapnya lekat dengan tubuh yang hampir menempel ke badan Antara.
"Kenapa buru-buru hm? Nggak mau nemenin dulu?" Pria ini tersenyum miring mengangkat satu alisnya menggoda.
"Enghh, enggak Dev.. gu-gue udah telat!" Ujar Antara.
"Beneran? Nggak mau dicium dulu nih?" Devin semakin menggodanya.
Antara berusaha meneguk ludahnya, "Nggak dulu deh, gue masih mau suci!" Dia mendorong kasar tubuh besar pria itu dan langsung keluar dari mobil.
"Thanks, Dev!"
Devin menatap kepergian Antara dengan perasaan gemas, "lucu."
***
Di suatu kamar, terdapat seorang gadis yang tengah duduk di jendela. Ia menikmati langit malam dengan taburan bintang di sana, apa yang ia pikirkan?
"Kenndra,"
"Gimana caranya kak Askar bisa nerima Kenndra hmmh!"

KAMU SEDANG MEMBACA
-Aqueenza [✓]-
RandomCERITA INI BELUM MASUK KE TAHAP REVISI YA! KARENA AUTHOR LAGI FOKUS TAMATIN DULU, JADI KALAU ADA TYPO BISA DI KOMEN LANGSUNG^^ "Ternyata gini rasanya mati-matian nahan luka di dada." Antara Queen Aliza. Panggil saja ia Antara. Wanita berusia 16 tah...