11. Masih Ingin Berjuang

441 113 24
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم.

Assalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarakatuh

Gimana kabarnya semua?

Contoh hal-hal positif dalam cerita ini dan jangan ditiru bila ada hal buruknya, jadikan cerita ini sebagai pembelajaran yaa🙏

Baca cerita ini saat kalian senggang, jangan sampai meninggalkan kewajiban seperti shalat dan membaca Al-Qur'an.

Tinggalin jejak yaa dengan cara vote dan komen, jangan jadi pembaca gelap nanti gak berkah!

Semoga kalian suka ya sama chapter ini, Aamiin♡

Suasana siang menjelang sore itu terasa sedikit berbeda, apalagi saat berada di rumah sakit seperti Maven dan Clara sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana siang menjelang sore itu terasa sedikit berbeda, apalagi saat berada di rumah sakit seperti Maven dan Clara sekarang. Bau obat-obatan begitu menyengat.

Clara terdiam menunduk tak berani menatap sorot mata Maven yang terlihat sendu. Clara tau, pasti lelaki di hadapannya yang sedang diatas brankar itu bukan hanya sakit fisik tapi juga sakit hati.

"Aku tau, kamu dan Bang Tristan udah lamaran." Suara Maven sedikit bergetar.

"Tapi aku gak peduli, kamu punya aku. Dan aku akan memperjuangkan hak aku," lanjut Maven tegas. "Aku gak akan biarin kamu jatuh ke tangan cowok lain!"

Clara semakin bungkam, mendadak lidahnya terasa kelu dan sulit untuk bersuara. Clara bingung, sedih, dan pastinya juga sakit dengan semua yang terjadi pada hidupnya.

Clara sangat mencintai Maven, begitupun sebaliknya. Maven telah menemani Clara sejak kelas sepuluh SMA hingga kini gadis itu sudah kuliah semester enam.

Maven menyentuh pipi Clara. "Lihat mata aku, Clara. Aku tau kamu masih cinta sama aku, tolong kasih aku kesempatan untuk berjuang sekali lagi."

Clara yang semula menunduk, perlahan mendongakkan kepalanya untuk menatap Maven. Maven benar, ia masih menyayangi Maven. Bahkan, sangat.
Namun, ia sudah berjanji pada orang tuanya untuk berpisah dengan Maven jika Maven tidak melamarnya pada waktu yang ditentukan.

Maven menggenggam tangan Clara. "Aku cuma punya kamu, Cla. Bagi aku, kamu adalah rumah aku, tempat ternyaman aku. Aku gak bisa ngebayangin apa jadinya aku kalo gak sama kamu."

Clara terenyuh melihat buliran air mata yang jatuh dari mata Maven. Clara yakin ucapan Maven sungguh-sungguh, karena selama lima tahun mereka menjalin hubungan, Clara merasa sangat dipentingkan.

Tanpa sadar, Clara menangis. "Tapi gimana caranya untuk pertahanin hubungan kita? Sedangkan aku udah lamaran sama bang Tristan dan seminggu lagi aku akan menikah."

Maven tertegun mendengar pernyataan Clara. Seminggu lagi acara pernikahan kekasihnya dengan pria lain akan digelar, kenapa secepat itu? Namun, Maven tidak peduli, ia pastikan pernikahan itu tidak akan pernah terjadi.

Menggenggam Dalam TahajudTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang