17. Memantapkan Hati

445 102 2
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم.

Cuaca siang ini terlihat cukup stabil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cuaca siang ini terlihat cukup stabil. Tidak terlalupanas, dan tidak mendung. Clara memasuki mobil miliknya yang berwarna merah muda, lalu ia membuka tas selempgnya dan mengambil salah satu barang ciri khas wanita; Kaca. Gadis itu merapikan poni rambutnya yang sedikit berantakan. Setelah dirasa sudah siap, ia pim melajukan mobilnya.

Mobil Clara tepat terparkir didepan rumah sakit yang selama ini selalu ia kunjungi. Clara langsung bergegas masuk ke dalam rumah sakit tersebut. Ia memasuki ruangan ICU, dimana tempat Maven dirawat.

Seperti sebelumnya, meski Clara akhir-akhir ini di sibukkan oleh banyaknya tugas kuliah dan harus memerhatikan bundanya yang sudah pulang dari rumah sakit sejak sembilan hari yang lalu, Clara tetap menyempatkan menjenguk Maven setiap harinya.

Satu hal yang Clara syukuri, bundanya telah pulih dan dapat kembali berkumpul dirumah. Semenjak peristiwa itu Clara mengalami banyak perubahan, mulai dari semakin rajin beribadah, cara berpakaian gadis itu yang kini semakin tertutup meski belum berhijab dan sifatnya yang perlahan menjadi lebih baik.

"Loh Clara? Ternyata lo disini." Zio yang tiba-tiba masuk ke ruangan Maven membuat Clara sedikit terkejut.

"Eh, iya, Zio. Lo baru pulang?" sahut Clara sambil berbasa-basi.

Zio lantas mengangguk. "Bisa keluar sebentar gak, Ra? Ada yang mau gue bicarain."

Clara tampak bingung. Namun, ia tetap mengiakan permintaan Zio yang merupakan sahabat mantan pacarnya itu.

"Ada apa Zi?" tanya Clara begitu mereka sudah berada diluar ruangan Maven.

Tanpa mereka sedari ada seseorang yang tak sengaja melihat keduanya yang sedang berbincang serius. Orang itu adalah Tristan yang kebetulan baru saja selesai memeriksa pasien yang ruangannya bersebelahan dengan ruangan Maven.

"Gue tau selama ini lo selalu nyempetin waktu buat jenguk Maven setiap hari, kan?" ucap Zio, sementara hanya terdiam.

"Ra, Lo masih cinta kan sama Maven?" tanya Zio memastikan.

Clara mengangguk pelan, "Gue emang masih cinta sama Maven, Zi."

Tristan yang masih mendengarkan pembicaraan mereka dibalik dinding putih itu pun termenung, entah mengapa harapannya sekejap runtuh setelah mendengar gadis yang ia cintai masih mencintai pria lain. Sebegitu sulitnya kah meluluhkan hati Clara?
Tristan segera berlalu dari sana, ia tidak ingin terluka lebih dalam lagi.

"Udah gue duga, gak mungkin lo secepat itu ngelupain Maven yang udah nemenin lo empat tahun lebih," balas Zio.

"Tapi sekarang keadaan nya udah berubah, Zi. Gue gak bisa terus mencintai Maven karena sebentar lagi gue akan terikat hubungan sama Bang Tristan," ungkap Clara.

Menggenggam Dalam TahajudTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang