6. Keputusan Tristan

656 160 77
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم.

Assalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarakatuh

Gimana kabarnya semua?

Contoh hal-hal positif dalam cerita ini dan jangan ditiru bila ada hal yang buruknya, jadikan cerita ini sebagai pembelajaran yaa🙏

Baca cerita ini saat kalian senggang, jangan sampai meninggalkan kewajiban seperti shalat dan membaca Al-Qur'an.

Tinggalin jejak yaa dengan cara vote dan komen, jangan jadi pembaca gelap nanti gak berkah!

Semoga kalian suka sama cerita ini, Aamiin♡

Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi, tapi Clara masih berdiam diri di kamarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi, tapi Clara masih berdiam diri di kamarnya. Gadis itu keluar hanya untuk sarapan, itupun karena dipaksa sang bunda. Bahkan ia tidak masuk kuliah pagi ini, padahal ada kelas teori. Pikiran Clara berkecamuk setelah kejadian kemarin. Bukan karena rencana jahilnya, tapi karena melihat reaksi Tristan yang menurutnya sangat berlebihan. Mengapa Tristan merasa sebersalah itu hingga berkali-kali memohon ampunan dan meminta maaf padanya. Yang lebih mengherankan lagi, Clara tak sengaja mengintip saat Tristan dan orang tuanya yang sedang bicara. Tristan berlutut di kaki Hadi dan Shella sambil terus minta maaf karena telah memeluk Clara.

Bukannya wajar seorang abang memeluk adiknya sendiri? pikir Clara. Gadis yang masih mengenakan piyama itu jadi merasa ada sesuatu yang tidak ia ketahui kebenarannya.

Tiba-tiba ponsel Clara berdering, ada sebuah panggilan membuat Clara tersadar dari pikiran nya. Ternyata panggilan tersebut dari pacarnya, Maven. Clara lupa bahwa pagi ini ia ada kursus memasak dan sudah janjian dengan Maven. Cowok itu mengatakan ia sudah didepan rumahnya, sontak Clara langsung bersiap-siap.

"Maven!" panggil Hadi yang melihat pacar putrinya.

"Eh om, apa kabar?" tanya Maven basa-basi.

"Mau apa kamu kesini?" Bukan menjawab pertanyaan Maven, Hadi justru balik bertanya dengan ketus.

"Saya mau jemput Clara kursus, om."

Hadi mengerutkan keningnya, "Kamu masih berhubungan dengan anak saya?" Maven mengangguk.

Hadi menatap maven tajam. "Saya sudah bilang berkali-kali, putuskan anak saya!"

"Maaf, om. Saya gak bisa. Saya sangat mencintai Clara dan serius dengannya."

"Kamu sudah lama dengan anak saya dan selalu bilang serius, tapi mana buktinya? Saya sebagai ayah, butuh kepastian. Saya ingin yang terbaik untuk Clara!"

"Iya, om. Saya paham, tapi maaf saat ini saya sedang berusaha."

"Ayah, Maven!" panggil Clara sedikit berteriak di depan pintu dan berlari menghampiri mereka.

▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎

Suasana terasa sedikit menegangkan karena menunggu jawaban dari Tristan dan Asiyah. Tristan masih terus berpikir, ia bingung harus menjawab apa. Jika ia menolak, ia merasa tak enak hati dengan semua orang yang sedang berkumpul sekarang. Mulai dari abah, umma, adik perempuan Tristan, Asiyah dan orang tuanya.

Menggenggam Dalam TahajudTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang