16. Fakta Tentang Tristan

448 98 2
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم.

Pukul tiga lewat lima pagi, Clara dan Tristan berjalan menyusuri lorong rumah sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pukul tiga lewat lima pagi, Clara dan Tristan berjalan menyusuri lorong rumah sakit. Mereka berencana pergi ke dapur yang ada dirumah sakit tersebut.

Mereka melewati beberapa lorong yang ada dirumah sakit itu, karena letak dapur di bagian belakang. Lorong yang saat ini mereka lewati adalah lorong yang mengarah langsung ke arah taman, sebab itu langsung tampak langit dan dapat merasakan dinginnya suasana saat itu.

"Abang... Jalannya jangan cepet-cepet!!" teriak Clara.

Tristan menghentikan langkahnya, "Saya jalan biasa aja."

Clara mendengus, "Biasa aja gimana? Jalan abang cepet banget karena kaki abang panjang."

"Berarti kamu aja yang kependekan," celetuk Tristan santai.

"Ih! Abang tuh yang ketinggian..." protes Clara sembari menunjuk Tristan yang kini disampingnya.

Tristan menahan senyumnya. "Iya deh saya yang ketinggian, maaf yaa..."

Clara yang sebelumnya mengoceh panjang lebar mendadak tersenyum saat dengan mudahnya Tristan meminta maaf meski karena masalah sepele yang sebenarnya bukan salah nya.

"Iya deh Cla maafin, tapi kalo lagi bicara sama orang tuh tatap orangnya bukan malah nunduk terus!" ujar Clara. "Abang suka sama lantai kah sampe liat ke bawah mulu..."

Meski telah mendengar ucapan Clara itu, Tristan masih enggan menatap Clara. Bahkan ekspresi pria berkemeja hitam itu tetap datar.

"Jadi istri saya dulu, setelah itu tanpa kamu pinta pun, saya akan selalu menatap kamu ketika kita sedang berbicara. Bahkan saya bisa berikan kamu lebih dari sekedar tatapan," ungkap Tristan.

"Dan satu lagi, saya tidak suka sama lantai. Saya cuma suka sama kamu," sambung Tristan dengan suara berat ciri khas nya.

BLUSH!

Seketika Clara mematung, wajahnya terasa panas. Pria bergelar dokter di sampingnya itu pasti akan tertawa jika melihat pipi Clara yang kini memerah bagai kepiting rebus akibat salting.

▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎

Diruangan Shella, Hadi terbangun dari tidurnya saat mendengar alarm yang berasal dari ponselnya, ia berdiri dan menuju toilet untuk berwudhu. Namun, Hadi teringat tadi malam Tristan juga menemani nya disana. Lalu, dimana Tristan sekarang? Mungkin putra angkatnya itu sudah pulang, pikir Hadi.

Setelah selesai berwudhu, ia langsung bersiap untuk menunaikan salat tahajud. Hadi mengambil Al-Qur'an dan membaca nya sembari menggenggam jari-jemari istrinya yang belum juga sadarkan diri.

Menggenggam Dalam TahajudTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang