21. A Day With Tristan

591 98 2
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Alunan merdu ayat suci Al-Qur'an yang dilantunkan Tristan terdengar dikamar itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alunan merdu ayat suci Al-Qur'an yang dilantunkan Tristan terdengar dikamar itu. Dikamar dimana hanya ada Tristan dan Clara yang tertidur pulas diatas paha pria yang sedari tadi sedang mengaji.

Tanpa terasa suara adzan berkumang, menandakan masuknya waktu salat subuh. Dengan penuh kasih Tristan mengusap-usap lembut pipi Clara sembari berucap, "Bangun, istriku."

Tristan menahan kekehannya, ia lupa sejak kecil Clara bukanlah tipe orang yang mudah dibangunkan saat tidur. Makanya tak heran, jika Shella selalu membangunkan putrinya dengan segala macam ocehan.

"Sayang, bangun. Udah subuh," ujar Tristan tepat disamping telinga perempuan yang masih terlelap itu.

Tiba-tiba Tristan mendapat ide bagus untuk membangunkan istri kecilnya itu. Tristan akan membangunkan perempuannya dengan caranya sendiri.

Tristan menundukkan wajahnya ke arah wajah Clara yang berada dipangkuannya, kemudian ia mencium semua bagian wajah Clara. Mulai dari hidung, kedua pipi, dagu, kedua kelopak mata dan terakhir kening. Semua tak luput dari kecupan Tristan, kecuali bibir.

Clara yang merasakan benda kenyal yang menyerang bagian-bagian wajahnya pun menggeliat, ia merasa geli hingga perlahan membuka matanya dan melihat wajah tampan tepat di atasnya.

"Assalamu'alaikum, istriku sayang." Tristan menyapa Clara dengan senyuman manis yang memperlihatkan deretan gigi putihnya yang rapi.

Clara tertegun, kesadarannya belum terkumpul. Perempuan yang masih mengenakan mukena itu malah memandang Tristan tanpa berkedip. Baginya setiap inci wajah dari pria yang sedang ia pandangi sangatlah sempurna.

"Pangeran dari mana ini?" Tanpa sadar Clara bergumam dan mengangkat kedua tangannya, menangkup wajah Tristan.

Baru kali ini Tristan merasa gugup dan jantungnya berdetak lebih cepat, bahkan pria berbaju koko itu berkali-kali menelan salivanya.

Tidak ingin hasratya terpancing, Tristan pun buru-buru melepaskan tangan istrinya itu. "Clara, ini saya, Tristan. Suami kamu."

Seketika itu juga Clara tersadar dan terbelalak saat menyadari sosok pria di atasnya itu adalah Tristan. Clara langsung bangkit dari posisinya yang semula tertidur dipangkuan Tristan.

Clara menunduk dan menggigit bibir bawahnya sendiri akibat merasa malu. "Maaf Bang, Cla kira lagi di dalam mimpi."

Tristan berusaha menetralkan perasaannya yang penuh kesaltingan. "Apa saya setampan itu, sampai kamu menganggap sedang mimpi bertemu pangeran?"

Menggenggam Dalam TahajudTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang