بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم.
Assalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarakatuh
Gimana kabarnya semua?
Contoh hal-hal positif dalam cerita ini dan jangan ditiru bila ada hal yang buruknya, jadikan cerita ini sebagai pembelajaran yaa🙏
Baca cerita ini saat kalian senggang, jangan sampai meninggalkan kewajiban seperti shalat dan membaca Al-Qur'an.
Tinggalin jejak yaa dengan cara vote dan komen, jangan jadi pembaca gelap nanti gak berkah!
Semoga kalian suka sama chapter ini, Aamiin♡
Hari semakin sore, Tristan dan Rey baru saja keluar dari ruang operasi dan telah bicara dengan orang tua Adam. Rey mengajak Tristan untuk ke cafe yang ada di rumah sakit tersebut untuk merilekskan pikiran mereka setelah melakukan operasi selama 2 jam lebih. Saat mereka sedang berjalan sambil berbincang ringan, tiba-tiba seorang suster menghampiri mereka dan mengatakan bahwa ada seorang wanita yang menungggu Tristan di lobby. Sesampainya di lobby, terlihat seorang wanita berhijab duduk sendirian di sofa yang ada disana.
"Wah, siapa tuh yang nunggu kamu Tris, pacar kamu ya?" celetuk Rey.
"Saya tidak punya pacar."
"Iya tah? Terus itu siapa? Istri kamu?" sambung Rey.
"Saya kan pernah bilang, saya belum menikah."
"Ah iya, maaf saya lupa," sahut Rey. "Sana kamu samperin, mungkin dia ada perlu sama kamu. Kasihan kan kata suster dia nunggu kamu dari tadi, saya ke cafe duluan yo!" Tristan mengangguk.
Alasan Asiyah datang menemui Tristan di rumah sakit adalah untuk membahas perihal perjodohan mereka tadi pagi. Asiyah mengatakan bahwa ia menyukai Tristan. Gadis itu merupakan seseorang yang tidak dapat memendam perasaan, jadi ia memutuskan untuk menyatakan perasaannya pada dokter spesialis anak itu. Meski begitu, Asiyah tidak berharap apapun pada Tristan, karena Asiyah merasa sepertinya Tristan sosok pria yang menjaga cintanya dengan baik. Dan benar saya, secara terang-terangan Tristan mengatakan bahwa ia tak bisa membalas perasaan Asiyah. Pria lulusan Mesir itu tetap teguh pada pendirian nya. Namun, Asiyah sedikit penasaran mengapa Tristan bisa sebegitu mencintai Clara yang notabene nya adalah adik angkat pria itu.
"Maaf sebelumnya, apa alasan Gus Tristan ingin melamar Clara?" tanya Asiyah hati-hati. "Apa gus beneran mencintai Clara atau karena gus ingin menebus kebaikan keluarga Clara?"
Tristan menghela nafasnya, sedari tadi pandangan menatap lantai. Tidak sekalipun melirik Asiyah didepannya. "Astagfirullah, Allah melarang kita untuk suudzon. Saya ingin melamar Clara karena saya memang benar-benar mencintainya karena Allah. Saya memang berhutang budi dengan keluarga Clara, tapi saya tidak mungkin ingin mempermainkan pernikahan. Sejak kecil, hanya Clara satu-satunya perempuan yang mampu membuat saya tersenyum."
KAMU SEDANG MEMBACA
Menggenggam Dalam Tahajud
EspiritualApa kalian pernah mendengar cerita tentang seorang abang yang melamar adik perempuannya? Mustahil bukan? Tapi hal tersebut terjadi pada Clara Hafizah. Tristan Al-Zhafi, dialah orangnya. Demi bisa menjaga dan menuntun adiknya ke jalan yang lebih bai...