بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
FLASHBACK ON
Clara mengendarai mobilnya menuju kost-an Maven. Ya, perempuan itu terpaksa mengantar Maven pulang, sebab Clara tak mungkin membiarkan Maven pulang sendirian berjalan kaki dengan kondisi mabuk seperti ini.
Sikap kemanusiaannya sangat tinggi. Clara yakin semata-mata hanya karena itu.
Di dalam mobil, Maven terus saja menyebut nama Clara dan meracau tak jelas.
Setelah sampai di kost-an Maven, Clara berniat langsung pergi. Namun, Maven menahan pergelangan tangannya.
Senyum tipis Maven terukir. Namun, Clara masih bisa melihat jelas kesedihan terpancar dari sorot mata pria di depannya.
"Aku capek, Ra. Aku gak punya energi untuk kenal dengan orang baru. Aku capek kalo harus kembali cerita tentang aku yang suka menggambar dan suka musik. Aku yang masih sulit kendaliin emosi, aku yang punya banyak mimpi tapi bebanku pun gak kalah banyak."
Clara menghela nafasnya. "Ven, aku tau kamu pasti sekarang ngerasa berantakan banget. Tapi, aku minta sama kamu jangan buat susah diri kamu sendiri kayak saat ini. Masa depan kamu bisa hancur."
"Sekarang aku udah jadi istri orang. Jadi, tolong ikhlasin aku ya? Jangan menyalahkan siapapun atas keadaan yang terjadi, karena semua ini takdir Allah. Kembali ke jalan Allah, Ven. Susun kembali rencana untuk masa depan kamu. Pasti nanti akan datang jodoh untuk kamu. Yang lebih baik dari aku."
FLASHBACK OFF
"Jadi, setelah itu kamu langsung pulang, kan?" tanya Tristan memastikan.
Dengan cepat Clara mengangguk. "Iya, Cla langsung pulang."
Lega. Itulah yang Tristan rasakan. Namun, di lain sisi, Tristan merasa bersalah karena memisahkan Clara dan Maven.
Tristan baru menyadari, ternyata cinta Maven juga sangat pada Clara. Hingga membuat hidup pria itu berantakan.
Clara heran ketika melihat Tristan termenung. "Abang mikirin apa?"
"Clara, maaf."
"Maaf untuk apa?"
Bukan menjawab, Tristan malah memegangi kedua sisi kepalanya.
"Kalau untuk salah paham tadi, Cla ngerti kok. Abang gak perlu minta maaf, karena wajar Abang marah," seloroh Clara.
Tristan kembali menatap Clara lekat. "Saya minta maaf karena sudah memisahkan kamu dengan Maven."
Clara tersentak mendengarnya. Mengapa tiba-tiba Tristan bicara seperti itu?
"Kamu masih mencintainya, kan? Makanya kamu membantu dan mengkhawatirkan dia sebegitunya," sambung Tristan membuat Clara melebarkan pupil matanya.
"Maksud Abang apa? Cla..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Menggenggam Dalam Tahajud
SpiritualApa kalian pernah mendengar cerita tentang seorang abang yang melamar adik perempuannya? Mustahil bukan? Tapi hal tersebut terjadi pada Clara Hafizah. Tristan Al-Zhafi, dialah orangnya. Demi bisa menjaga dan menuntun adiknya ke jalan yang lebih bai...