2. Tristan Al-Zhafi

832 218 74
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم.

Assalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarakatuh

Gimana kabarnya semua?

Contoh hal-hal positif dalam cerita ini dan jangan ditiru bila ada hal yang buruknya, jadikan cerita ini sebagai pembelajaran yaa🙏

Baca cerita ini saat kalian senggang ya, jangan sampai meninggalkan kewajiban seperti shalat dan membaca Al-Qur'an.

Please vote nya, jangan pembaca gelap!!

Semoga kalian suka ya sama cerita ini, Aamiin♡

◇◇◇

"Selamat kembali di rumah, sayang!" ucap Shella seraya tersenyum pada putranya itu.

Terpampang sebuah rumah mewah nan megah bernuansa Eropa yang bercat putih berpadu gold dan silver, rumah berlantai 4 yang begitu memanjakan mata. Tristan menatap teduh rumah yang kini tepat didepan nya, rumah yang menjadi tempat tinggalnya sejak bayi, tempat yang mengenalkannya tentang keindahan dunia berupa kemegahan di dalamnya dan kemewahan isinya. Rumah yang juga menjadikan nya salah satu orang yang paling beruntung di dunia karena memiliki orangtua yang begitu mengasihinya dengan baik, dan memiliki seorang gadis kecil menggemaskan yang tak lain adalah Clara Hafizah, adik perempuannya.

"Tristan, kenapa diam?" Hadi menepuk bahu Tristan guna menyadarkan anak sulungnya itu dari lamunannya.

Tristan tersentak, "Oh iya, maaf ayah."

"Ayo kita masuk," kata Hadi mengajak istri dan putranya untuk melanjutkan langkah mereka.

Hadi menekan bel rumahnya, lalu terbuka pintu tersebut yang menampilkan seorang perempuan yang bisa dibilang tidak muda lagi.

"Tuan, nyonya sudah pulang?" ujar perempuan berumur 50 tahun itu, "Alhamdulillah aden Tristan sudah pulang!"

"Assalamu'alaikum bi," Tristan menyalami tangan Bi Idah, salah satu asisten rumah tangga yang sudah bekerja sejak lama, bahkan sebelum Tristan lahir.

"Masya Allah, aden makin kasep!" heboh Bi Idah melihat Tristan, karena terakhir Bi Idah melihat Tristan itu 5 tahun lalu, begitupun Clara.

Tristan tersenyum manis, "Aamiin, Jazakillah khairan bi."

"Iya den," Bi Idah mengangguk angguk sembari tersenyum bahagia tuan muda telah kembali pulang.

"Bibi ngerti sama jawaban Tristan?" celetuk Shella yang melihat Bi Idah mengangguk seperti paham.

Bi Idah menggeleng sambil menyengir, "Nggak, nyonya. Emang artinya apa den?"

Shella terkekeh pelan, "Astaga bi, kirain paham."

Sedangkan Tristan dan Hadi hanya geleng-geleng melihat kelakuan art nya itu.

"Jazakillah Khairan itu ungkapan terimakasih dalam bahasa Arab, yang artinya 'Semoga Allah membalas kebaikan bibi," jelas Tristan.

"Oh gitu, berarti itu ucapan terimakasih yang mengandung doa ya den?"

"Iya bi, Sekarang ayo kita masuk ke dalam. Pegel kita nih bi diluar terus, Kasihan Tristan pasti capek baru pulang." Bukannya Tristan yang menjawab tapi malah Shella.

Bi Idah menepuk keningnya, "Oh iya, bibi sampe lupa ajak masuk saking seneng nya liat den Tristan udah pulang. Ayo silahkan tuan, nyonya, aden masuk, bibi udah siapin makanan yang enak-enak."

Mereka masuk ke dalam rumah, para pelayan menyambut kedatangan Tristan. Mulai dari para asisten rumah tangga, para tukang kebun, dan para sopir berbasis memberi salam untuk tuan muda yang baru saja kembali dari Kairo itu.

Menggenggam Dalam TahajudTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang