8. Syarat Untuk Maven

493 131 45
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم.

Assalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarakatuh

Gimana kabarnya semua?

Contoh hal-hal positif dalam cerita ini dan jangan ditiru bila ada hal yang buruknya, jadikan cerita ini sebagai pembelajaran yaa🙏

Baca cerita ini saat kalian senggang, jangan sampai meninggalkan kewajiban seperti shalat dan membaca Al-Qur'an.

Tinggalin jejak yaa dengan cara vote dan komen, jangan jadi pembaca gelap nanti gak berkah!

Semoga kalian suka ya sama chapter ini, Aamiin♡

Mentari terpancar terik, sinarnya menyusup melalui jendela kamar gadis yang sudah terlihat rapi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mentari terpancar terik, sinarnya menyusup melalui jendela kamar gadis yang sudah terlihat rapi. Pagi-pagi sekali Clara telah bangun, tak seperti biasanya karena gadis itu tidak bisa tidur nyenyak. Ia terus kepikiran tentang Tristan yang ingin melamarnya. Clara bingung sekali bagaimana cara menjelaskan hal tersebut pada Maven, pacarnya.

Clara sedang duduk dan menyisir rambutnya di depan kaca rias. Hari ini gadis semester enam itu ada kelas pagi begitupun Maven, jadi ia berencana untuk mengatakan keresahan nya di kampus nanti. Clara sudah siap rambut terurainya, tapi ada satu hal berbeda padanya. Saat ini Clara memakai tunik modern ala korea juga celana levis hitam. Pakaiannya hari ini lebih tertutup dari biasanya, karena dia mengingat nasihat Tristan seminggu lalu.

"Morning cute girl," sapa Shella saat melihat putrinya menuju meja makan.

"Morning bun," balas Clara dengan wajah yang tampak kurang ceria.

"Kamu udah cantik banget, ada kelas pagi, ya? tebak Shella

Clara mengangguk. "Emang biasanya Cla gak cantik?"

"Cantik dong, selalu cantik, paling cantik. Kan anaknya bunda!" jawab Shella antusias. "Makanya Tristan klepek-klepek sama kamu."

"Bun, please. Cla gak mau sama bang Titan. Cla dari dulu anggap bang Titan itu abang kandung Cla, gak mungkin dong kalo kita menikah. Apa kata orang nanti!"

"Justru karena Tristan sudah seperti abang kandung kamu, pasti dia akan jaga kamu dengan baik. Kamu gak usah peduliin kata orang, karena mau sebaik apapun kita pasti ada aja orang yang gak suka," jelas Shella. "Kalo gitu, ayo sarapan dulu, sayang."

"Aku sarapan di kampus aja, bun," ucap Clara. "Takut telat."

"Ya udah, ini bunda udah siapin bekel buat kamu. Harus dimakan ya, awas aja kalo gak dimakan, dosa loh!"

"Emang bunda yang masak?"

"Jelas dong!"

"Tumben banget," gumam Clara.

"Jelas bukan lah, ini bi Idah yang masak hehehe. Tapi kan bunda yang siapin buat kamu, supaya kamu gak lewatin sarapan terus."

"Kalo ngelewatin sarapan tinggal mundur aja."

Menggenggam Dalam TahajudTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang