3. Di Luar Rencana

779 210 84
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم.

Assalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarakatuh

Gimana kabarnya semua?

Contoh hal-hal positif dalam cerita ini dan jangan ditiru bila ada hal yang buruknya, jadikan cerita ini sebagai pembelajaran ya🙏

Baca cerita ini saat kalian senggang ya, jangan sampai meninggalkan kewajiban seperti shalat dan membaca Al-Qur'an.

Sebelum lanjut baca, jangan lupa vote dulu yaa. Jangan jadi pembaca gelap, nanti gak berkah!

Semoga kalian suka ya sama cerita ini, Aamiin♡

Semoga kalian suka ya sama cerita ini, Aamiin♡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

◇◇◇

Keheningan malam dan udara sejuk dapat terasa dalam diri Tristan, mungkin karena semua anggota keluarga sedang pada kegiatannya masing-masing. Seperti Hadi yang sedang fokus bekerja diruang kerjanya. Hadi adalah seorang direktur utama 'Stephour Company', salah satu perusahaan terbesar di Jakarta. Perusahaan yang bergerak di bidang teknologi informasi. Perusahaan turun menurun dari keluarga Hadi. Sedangkan Shella sedang berada dalam kamarnya, karena tadi Tristan meminta sang bunda untuk beristirahat. Shella juga merupakan wanita karir, Shella seorang desainer yang mempunyai beberapa cabang butik di Indonesia. Kemahiran Shella dalam merancang busana dan Shella yang masih ingin terus mengembangkan butiknya itu tidak dapat Hadi larang. Karena Shella memang sedikit keras kepala dan memiliki pendirian yang teguh, persis seperti Clara.

Tristan berjalan memasuki lift yang ada di rumahnya itu untuk menuju lantai kamar Clara. Setelah menekan tombol, Tristan termenung, ia melupakan sesuatu. Kenapa tadi saya bilang akan menghampiri Clara? Seharusnya itu tidak boleh terjadi. Batin Tristan.

Tristan larut dalam pikirannya sendiri tanpa ia sadari, pintu lift sudah terbuka dan ia telah sampai di lantai 3, lantai dimana kamar Clara berada. Tristan melangkah perlahan, kini suatu kamar dengan gantungan kayu bertuliskan 'Kamar Clara yang Cute' tepat berada di depan matanya. Tangan kanan Tristan yang semula berada dalam saku celananya itu pun ia keluarkan untuk menyentuh ukiran tulisan tersebut. Hingga suatu memori terlintas dalam ingatan nya.

FLASHBACK ON

"Abang, Clara mau beli itu!" tunjuk seorang gadis kecil dengan rambutnya yang di kuncir dua.

"Gak boleh, Cla. Nanti kamu bisa batuk kalo beli itu." Anak laki-laki bertubuh tinggi yang menggunakan jaket hitam itu melarang. Ia adalah Tristan.

"Ih, kok bang Titan pelit sih! Clara kan udah lama gak mam permen kapas." Clara menarik-narik ujung jaket yang dikenakan Tristan.

Tristan berjongkok, guna menyamakan tinggi badannya dengan Clara. Karena saat ia berdiri, tinggi Clara hanya Seperutnya. "Clara, adek abang yang cute. Terakhir kamu mam itu kamu jadi batuk-batuk sampe demam. Emang kamu mau sakit lagi?"

Menggenggam Dalam TahajudTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang