19. Memulai Hidup Bersama

635 100 1
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

"Tidak ada yang bisa memisahkan cinta Allah pada setiap hamba-Nya, seperti tidak ada yang bisa memisahkan pasir dan lautan."

-Tristan Al-Zhafi

♡♡♡♡

Mentari semakin menyongsong terang, rangkaian bunga cantik yang terpasang di beberapa bagian Masjid Istiqlal sudah di lepas karena kini acara akad nikah yang sakral telah selesai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mentari semakin menyongsong terang, rangkaian bunga cantik yang terpasang di beberapa bagian Masjid Istiqlal sudah di lepas karena kini acara akad nikah yang sakral telah selesai.

Syukurlah semua berjalan lancar dan hikmat, Tristan dan Clara yang kini berstatus pengantin baru telah berada di kediaman Shella.

Pintu toilet terbuka membuat Clara spontan menoleh ke depan toilet, Tristan keluar dari toilet dengan rambut basah sehingga tetesan air dari rambutnya jatuh. Melihat hal itu, Clara terkesima. Ia sungguh takjub dengan Tristan yang kini menggunakan kaos putih, karena ia belum pernah melihat pria itu berpakaian santai seperti sekarang.

"Clara, kamu belum siap-siap mandi?" Suara Tristan membuyarkan lamunannya.

"Hah?" Entah mengapa Clara hanya bisa merespon seperti itu, ia merasa sulit untuk berinteraksi dengan suami sendiri. Ya, Tristan abang angkatnya sekarang menjadi suaminya.

Hidup memang tentang plot twist, pikir Clara.

"Aku sudah siapkan air hangat untuk kamu mandi," ujar Tristan sembari mendekati dan menatap lekat Clara.

Clara yang sedang duduk di pinggir ranjang reflek bangun.

"Kenapa?" sahut Clara dengan rasa gugup yang melanda saat ia berbicara langsung dengan Tristan.

"Kenapa apanya, Clara? Kamu pasti capek kan? Jadi, aku siapin air hangat agar kamu bisa langsung mandi." Tristan mengerutkan keningnya, ia heran dengan Clara yang tampak agak kikuk.

Clara merasa tergelitik mendengar Tristan yang menyebut dirinya sendiri 'aku', sejujurnya Clara tidak terbiasa dengan perubahan bahasa Tristan yang terdengar hangat. Namun, Clara berusaha menetralkan perasaan canggungnya.

"Ma- Maksud Cla kenapa abang gak keringin rambut dulu setelah mandi?" tutur Clara dengan sedikit terbata-bata.

"Aku takut kamu kelamaan nunggu," balas Tristan sembari mengambil hair dryer di dalam lacinya.

"Gapapa kok. Kalo rambut dibiarin basah nanti jadi flu," kata Clara dengan wajah menunduk dan menautkan jari-jemari tangannya.

Tristan menyunggingkan senyumnya, lalu menyodorkan hair dryer yang sedang ia pegang. "Kalo gitu, tolong kamu bantu keringin rambut aku."

Menggenggam Dalam TahajudTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang