40. Pergi

1.2K 46 0
                                    

Hay guys
Welcome to novel Annam Al Abbiyan
Semoga kalian suka sama cerita ini

Sudah genap satu hari Aisya dan gus Anam belum sadarkan diri tangis pilu selalu mengiringi semua orang yang melihat kondisi pasangan itu, bayi kecil Aisya dan gus Anam berbeda dengan bayi lainnya yang biasanya menangis tapi tidak dengan bayi mungi...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah genap satu hari Aisya dan gus Anam belum sadarkan diri tangis pilu selalu mengiringi semua orang yang melihat kondisi pasangan itu, bayi kecil Aisya dan gus Anam berbeda dengan bayi lainnya yang biasanya menangis tapi tidak dengan bayi mungil ini ia menangis hanya saat baru dilahirkan dia diam seolah olah tau keadaan orang tuanya yang masih terbaring lemah dengan bantuan alat penunjang kehidupan itu.

Bima dan Zahira membawa bayi mungil itu untuk menemui abinya yaitu Anam yang masih terkurai lemas dibrankar rumah sakit "Assalamualaikum" salam keduanya ketika memasuki ruangan sunyi itu disana ada abi, umi, Rama ustadz Fathur serta Amira yang setia menanti gus Anam siuman.

"Waalaikumsalam" mereka bertiga menoleh kepada Zahira dan Bima. Mereka menatap sendu kepada bayi mungil yang tengah digendong oleh Bima "Cucuku" ujar umi yang senyum sendu.

Umi mengambil bayi itu dari gendongan Bima "Kamu mirip seperti abimu nak, mirip sekali" ujarnya lalu tanpa aba aba meloloskan butiran bening dari pelupuk matanya.

Rama yang selaku sahabat dia juga merasa hancur dia merenungi kebodohannya walaupun Fathur sudah menasehatinya agar tidak menyalahkan dirinya sendiri karena dia tetap diam saat mengetahui kondisi sahabatnya itu karena Fathur tau alasanya.

Rama beranjak berdiri lalu mendekat brangkar yang ditiduri sahabatnya itu "Nam lu gak ada niatan buat bangun apa?, anak lu udah lahir kenapa lu masih aja tidur lu gak mau ketemu sama anak dan istri lu?, anak lu lucu mirip kayak lu pasti kalau lu liat lu pasti seneng banget" ujarnya sambil menatap wajah sahabatnya yang pucat pasi Rama tersenyum kecut melihat kondisi sahabatnya yang bisa dibilang begitu berharga dalam hidupnya dan sudah ia anggap seperti saudara kandung.

Semua orang menatap Rama sedih karena Rama yang dulu mereka lihat tidak pernah menunjukkan sisi rapuhnya seperti ini walaupun kehilangan kedua orang tauanya karena kecelakaan tunggal dan hanya Rama lah yang selamat dia diasuh oleh nenek dan kakeknya, Rama selalu terlihat baik baik saja walau nyatanya itu bohong dia hanya pura pura baik baik saja didepan semua orang kecuali kepada kedua sahabatnya gus Anam dan ustadz Fathur.

Fathur berjalan mengampiri sahabatnya itu lalu memeluknya erat tak lama pundak kedua laki laki itu bergetar hebat mereka terisak bersama semuanya terdiam termasuk Amira ia tidak menyangak kisah sahabatanya tertulis seperti ini setragis ini.

"Menangislah sepuas kalian semua itu yang aku rasakan ketika aku kehilangan kedua orang tuaku kalian juga harus merasakan kesedihan yang aku rasakan" batin perempuan itu ia berpakaian serba hitam "Aisya dan cintaku kalian akan berpisah untuk selamanya, kalian harus berpisah" ujarnya sambil menyeringai lalu berjalan pergi dari koridor rumah sakit itu.

Annam Al Abbiyan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang