15. Berharap Keajaiban

61.8K 6.6K 3.8K
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

Ramein komen setiap paragraf🙌

Seorang perempuan turun bersama teman-temannya dari bus yang sudah terparkir rapi di terminal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang perempuan turun bersama teman-temannya dari bus yang sudah terparkir rapi di terminal. Setelah turun, mereka berpisah dan si perempuan berjalan menuju ke arah pintu keluar. Namun saat menoleh, tiba-tiba tampak sosok sang ayah berjalan seperti sedang mencari-cari.

"Ayah...," teriak kegirangan Zana saat melihat Ayah Athar.

Ayah Athar yang mendengar itu lantas menoleh. Ternyata anak gadisnya. Laki-laki paruh baya itu tersenyum.

Zana bergegas untuk menghampiri sang Ayah. Sesampainya di hadapannya, Zana pun mencium punggung tangan sang Ayah yang masih rapi dengan balutan seragam PDH-nya.

"Hei, Sayang. Sudah pulang hm?"

Zana mengangguk. "Iya, baru aja turun dari bis. Ayah sudah lama di sini?"
Ayah Athar menggeleng. "Nggak lama kok," jawabnya.

"Alhamdulillah. Zana nggak enak kalau Ayah ternyata nunggu lama. Mana handphone Zana mati jadi nggak bisa hubungi Ayah deh," ujar Zana.

"Ayah juga dari tadi sebelum berangkat nggak buka hp, Nak. Handphone-nya masih mode mati."

"Apa Bunda nelpon ya? Aduh, Ayah lupa lagi. Ayo ke mobil takut Bunda telpon. Bisa kena omel Ayah sebentar lagi," imbuhnya.

Zana terkekeh. "Ayah kebiasaan lupa nyalain handphone. Yaudah yuk."

Zana merangkul lengan ayahnya dan berjalan beriringan. Ia yang lelah setelah seharian menjadi relawan akhirnya sedikit terobati saat sang ayah datang menjemput.

"Memangnya Ayah dari jam berapa di sini?" tanya Zana mendongakkan kepalanya. Entah kenapa, ia penasaran saja.

"Hm...jam tiga," jawab Ayah Athar dengan santainya.

Mendengar itu, Zana kaget dan refleks membelalakkan matanya. Tak lupa ia mengintip arloji yang melingkar di tangan kirinya.

"Ha? Jam tiga? Jadi Ayah di sini sudah dari satu jam yang lalu? Tapi kenapa Ayah bilang nggak lama?"

"Nggak papa, Nak. Lagipula cuma satu jam."

"Ayah, nggak papa gimana? Zana minta maaf jadi bikin Ayah menunggu lama. Ini salah Za—"

"Lebih baik Ayah yang menunggu kamu satu jam, dua jam, atau bahkan berjam-jam sebelumnya daripada kamu yang menunggu Ayah. Ayah nggak mau putri kesayangan Ayah ini menunggu lama," potong Ayah Athar tersenyum menatap putri kesayangannya itu.

"Kamu pasti capek setelah seharian ini. Masa Ayah nggak bergegas untuk cepat sampai ke sini supaya kamu nggak menunggu, hm?"

Zana mengangguk, matanya berkaca-kaca lalu berhambur memeluk Ayah Athar.

Lentera Takdir (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang