Romansa - Spiritual - Abdi Negara
Arshaka Farzan Ghaziullah El-Zein adalah seorang Perwira Polisi berpangkat Ipda. Terlepas dari profesinya, Farzan juga merupakan laki-laki yang memiliki pemahaman agama baik dan hafidz quran.
Suatu kejadian membuat...
"Kamu adalah definisi takdir terindah yang membuatku percaya bahwa takdir-Nya adalah yang terbaik walaupun harus melalui beribu kesabaran dan keikhlasan."
—Arshaka Farzan Ghaziullah El-Zein—
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sejak pulang dari klinik kemarin, Aliza tampak murung. Selama di perjalanan, perempuan itu terus menunduk. Jika Farzan mengajaknya bicara, dia hanya membalas singkat. Aliza juga terus menatap layar ponselnya.
Hingga malam harinya, Farzan harus berpamitan untuk berangkat ke kantor. Besok misinya harus dimulai, jadi malam ini ia dan timnya harus menyusun strategi.
"Sayang, are you okay?" Farzan duduk di samping Aliza. "Mas lihat sejak keluar dari klinik, kamu mulai murung. Kamu nggak bahagia anak kita kembar? Atau ada masalah lain?" Farzan memastikan.
Aliza menggeleng. "Bukan itu, Mas," jawabnya. "Aku bahagia, bahagia sekali saat tahu anak kita kembar. Tapi di satu sisi aku takut.."
"Takut apa, hm? Cerita sama Mas, jangan pendam semuanya sendiri."
Aliza mengangguk, kemudian ia bersandar di dada bidang suaminya. "Sebenarnya kemarin di klinik aku melihat perempuan muda yang baru melahirkan, kira-kira dia seusiaku. Dia kelihatan bingung saat anaknya menangis, tapi tiba-tiba ada perempuan paruh baya yang menghampiri. Ternyata perempuan paruh baya itu ibunya. Si ibu muda ini langsung tenang karena ibunya datang membantu menenangkan bayinya," Aliza bercerita panjang lebar. "Dari sana aku paham, bahkan saat sudah menjadi ibu, seorang perempuan masih butuh ibu," sambungnya.
"Aku gimana nanti, Mas? Apa aku bisa mengurus bayi kembarku tanpa ibu? Aku..Aku rindu Ibu.." Air mata di pelupuk matanya sudah tidak bisa dibendung. Aliza menangis, semakin lama tangisnya semakin menjadi.
Farzan memeluk perempuannya. Ia tak bicara sepatah katapun, hanya diam sambil mengusap-usap punggungnya. Setelah tangisan Aliza mereda, Farzan merenggangkan pelukannya, lalu menatap perempuannya lekat-lekat.
"Kamu mau cari ibu, hm?" tanyanya.
Aliza terdiam sebelum akhirnya ia mengangguk.
"Mas pernah janji mau membantu kamu mencari Ibu. Setelah ini, kita cari ibu sama-sama ya?" Farzan tersenyum.
Aliza menatap Farzan. "Serius, Mas?"
Farzan mengangguk. "Serius, Sayang," jawabnya.
"Sekarang yuk, Mas!" ajak Aliza excited. Siapa yang tak mau cepat-cepat bertemu dengan ibu yang sudah dirindukan sejak lama. Sampai-sampai Aliza lupa waktu, ini bahkan sudah malam