بسم الله الرحمن الرحيم
"Aku selalu berdoa agar mata ini tidak pernah dibuat tertarik pada perempuan selain kamu dan aku juga berdoa agar saat mata ini tak sengaja memandang perempuan lain, tetap kamu yang paling cantik dimataku."
—Arshaka Farzan Ghaziullah El-Zein—
Deburan ombak mengalun begitu merdu. Kicauan burung-burung yang berterbangan juga ikut meramaikan suasana pagi yang sejuk ini. Pantai masih menjadi tempat healing ternyaman bagi setiap penikmatnya. Termasuk dua orang pasangan yang sedang berjalan di tepi pantai menikmati pagi bersama deburan ombak dan kicauan burung sebagai backsound alaminya.
"Mas, akunya jangan ditinggal. Jangan lari kenceng-kenceng!" teriak Aliza berusaha mengejar langkah suaminya yang berlari di tepian pantai.
"Sayang lari juga, kejar Mas sini!" balas Farzan sambil berlari mundur.
Tadi katanya jangan banyak gerak takut menganggu perlombaan. Eh sekarang suruh lari-lari. Kerjain ah, salah siapa nyuruh istrinya lari-lari, sudah tau nggak ada tenaga, belum sarapan, batin Aliza.
"Aduh..aduh, perutku sakit," Aliza memulai aktingnya, merintih sambil memegangi perutnya.
Awalnya Farzan masih tidak sadar. Alhasil Aliza harus lebih memperdalam aktingnya. "Aduuuh, Mas. Perutku sakit," rintihnya semakin menunduk hingga terduduk di pasir.
Farzan yang awalnya asyik sendiri, kini mulai menyadari kondisi istrinya. Akhirnya laki-laki itu berlari menghampiri istrinya. "Sayang, kamu kenapa? Perutnya sakit?" Aliza mengangguk, membuat Farzan semakin panik.
"Astaghfirullah, kalau gitu kita ke hotel terus Mas—"
"Bercanda...bercanda..." potong Aliza sambil geleng-geleng kepala tak kuasa menahan tawa.
Farzan terdiam sambil menganga. "Sayang, nggak lucu ah. Mas sudah khawatir loh," ujarnya sambil berdiri dan hendak melangkah meninggalkan Aliza.
"Maaas, maaf. Jangan marah," ujar Aliza sambil meloncat naik ke punggung Farzan. Untungnya Farzan sigap sehingga langsung memposisikan tangannya menumpu tubuh perempuannya sehingga nyaman di gendongan belakang.
"Mas, maaf ya. Habisnya aku kesel Mas nyuruh aku lari-lari. Aku capek, nggak ada energi, belum makan," ujar Aliza lagi sambil menguyel-nguyel telinga suaminya.
Farzan menolehkan kepalanya hingga bisa melihat wajah sang istri. "Yaudah, lain kali jangan diulangi ya. Mas khawatir loh, Sayang. Mas takut kamu sakit karena tadi malam Mas menyerang—"
"Husst, jangan diterusin!" Aliza refleks membekap lisan suaminya.
Farzan terkekeh, ia meraih tangan istrinya dan menciumnya lembut sebelum dilepas. "Hari ini mau makan apa? Ikan bakar atau makanan khas Labuan Bajo, ada sambal ikan teri dan sup ikan kuah asam. Mau yang mana, hm?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lentera Takdir (TERBIT)
EspiritualRomansa - Spiritual - Abdi Negara Arshaka Farzan Ghaziullah El-Zein adalah seorang Perwira Polisi berpangkat Ipda. Terlepas dari profesinya, Farzan juga merupakan laki-laki yang memiliki pemahaman agama baik dan hafidz quran. Suatu kejadian membuat...