01. Ashar

6.6K 151 16
                                    

Bismillahirrahmanirrahim....

Hai! Kalian asal mana aja, nih?

Dapat/tau cerita ini dari mana?

Tandai kalau ada yang typo, yaa!🤍

Happy Reading ❤️

Aku memandang aneh ke arah Ashar yang terlihat berdiri di depan warung bundaku. Iya, cowok tersebut hanya berdiri dan diam. Pas kutanya dia ingin beli apa, Ashar hanya berdehem canggung tanpa menjawab.

"Lo mau beli apa?" Aku kembali bertanya pada Ashar.

Lagi, cowok tersebut berdehem sebagai jawaban. "Ada pembalut?"

Mataku membulat saat mendengar pertanyaan dengan nada pelan itu. Aku menghela napasku. Kok ya timbang beli pembalut aja doi malu. "Ada, buat kak Ima atau buat Umi Lo?" Tanyaku yang memang sudah mengenal dekat keluarga laki-laki yang diam-diam ku kagumi itu.

Bagaimana tidak kenal, orang rumah kita saja hadap-hadapan. Bisa dibilang, kita ini tetangga lima langkah.

"Buat kak Ima." Jawab Ashar yang membuatku menganggukkan kepalaku paham.

Lantas, aku mengambilkan satu bungkus pembalut yang sering di beli oleh Kak Ima. Setelah itu, memberikan pada Ashar yang langsung di bayar oleh pria itu.

"Terima kasih. Assalamualaikum." Cowok tersebut pamit dengan senyuman tipisnya.

Dih, tuh cowok enggak tau apa? Kalau doi senyum kayak gitu bikin jantung anak orang degup-degup enggak jelas?

"Astaghfirullah!" Aku refleks beristighfar kala Ashar kembali ditengah-tengah diriku yang sedang menenangkan jantung.

"Kenapa lagi Lo?" Tanyaku.

"Umi nyuruh gue buat ajakin Ratu, Kak Ima mau minta tolong buat di injak-injak betisnya. Kak Ima lagi datang bulan." Jelas Ashar yang membuatku menganggukkan kepala.

"Bentar gue panggilin anaknya dulu, gue titip warung." Ucapku kemudian masuk ke dalam rumah, menghampiri adikku yang sedang bermain dengan kembarannya.

"Dek, Kak Ima minta tolong buat injak-injak betisnya lagi." Ujarku pada Ratu.

Gadis berusia lima tahun tersebut menoleh padaku sambil tersenyum senang, ia segera menghampiriku. "Ayo!" Ratu terdengar antusias. Biasalah, adikku ini bahagia kalau di minta tolong injak-injak betisnya Kak Ima, sebab dia akan mendapatkan uang.

"Ayo!" Ujarku lalu menggandeng tangan Ratu, tidak lupa pamit pada Raja-kembaran Ratu-dan bundaku.

Setelah mendapat izin, aku membawa Ratu ke Ashar. "Ini, jagain yang bener adek gue!" Ucapku pada Ashar yang di balas anggukan kepala oleh cowok itu.

"Iya, Assalamualaikum." Ashar mengucapkan salam.

"Waalaikumsalam." Jawabku sembari menatap Ashar yang menggandeng tangan adikku menuju rumahnya. Bener-bener, ya tuh cowok. Kagak ada basa-basinya sama aku!

Aku menghela napasku. "Sabar, cinta bertepuk sebelah tangan memang gini." Gumamku merasa kasihan dengan diri sendiri.

***

"Bunda, Ayah! Kakak pamit dulu ya! Maaf enggak sempat sarapan, hari ini kakak piket! Assalamualaikum!" Aku mencium tangan kedua orang tuaku lalu segera keluar dari rumah, tanpa menunggu mereka membalas salamku. Aku mengambil sepeda kemudian menjalankannya dengan sedikit ngebut.

"Isya! Barengan!" Di tengah-tengah perjalananku, teriakan itu terdengar. Dapat kutebak dari suaranya, itu adalah Sunday, teman sekolah sekaligus tetangga ku.

Ashar (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang