02. Waduh

1.4K 82 21
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Hai, hai 👋🏻

Selamat hari lebaran idul Adha! Maaf lahir batin🤍

💐 Apa kabar hari ini?

💐 Apa makanan yang enggak kalian suka? Coba kasih alasan singkatnya.

Semoga kalian sukaa sama part ini. Betah-betah kalian!😻

Doain aku bisa up tiap hari di lapak ini, yaa!

Happy Reading ❤️

Sepulangnya aku dari masjid, aku langsung ke rumah. Seperti biasa, aku hanya melaksanakan sholat magrib di masjid, untuk sholat yang lainnya aku tunaikan di rumah.

"Bunda!" Aku menyalami tangan bundaku, begitupun dengan Ratu.

"Kakak mau makan sekarang atau nanti aja bareng Ayah sama Raja?" Tanya bunda padaku dan Ratu, Raja memang anak bungsu di keluarga kami.

"Tunggu yang lain aja, Nda. Kakak mau ke kamar dulu." Jawabku yang di balas anggukan oleh bunda. Beliau kemudian mengajak Ratu ke kamarnya. Melihat itu, akupun lantas menuju ke kamarku sendiri.

Setelah masuk ke dalam kamar, aku segera melepaskan mukenaku dan membaringkan diri ke kasur seraya bermain ponsel, menscroll aplikasi edit yang benar-benar viral saat ini, apalagi kalau bukan capcut?

Aku tersenyum senang saat merasa menemukan satu template yang pas untuk foto yang tadi sore aku ambil. Setelah mengekspor videonya, aku tanpa pikir panjang langsung mengunggahnya di Story WhatsAppku.

Seperti kebanyakan orang, setelah mengunggah status, aku juga pasti akan menontonnya banyak kali sampai bosan. Mataku membulat saat nama Ashar muncul sebagai penonton status WhatsAppku.

Aku tidak bisa menahan senyum. "Gila?" Gumamku sambil menenggelamkan wajahku di bantal.

Sesimpel ini kebahagiaanku ternyata. Lagi, aku tersenyum menatap nama Ashar yang ku berikan emoticon es batu. Setelah puas, aku berhenti melihatnya. Namun, mataku kembali membulat saat melihat Ashar membuat status WhatsApp juga.

Aku menahan tanganku untuk tidak langsung memencetnya walaupun sudah kepalang penasaran. Gengsi dong, takut juga sih aku di katakan antusias banget sama status WhatsAppnya. Ya, walaupun kenyataannya memang gitu.

Setelah tulisan 'baru saja' berubah menjadi '1 menit yang lalu' segera aku memencetnya, menonton Story WhatsAppnya sampai habis.

Isinya ceramah tentang perempuan yang lebih baik tidak memposting wajahnya di sosial media. Keningku berkerut usai video tersebut selesai.

"Kok kesannya dia nyindir gue, ya?" Monologku.

"Ah, masa', sih? Paling dia cuma posting aja. Biasanya juga gitu, kan? Sering posting ceramah." Balas batinku yang lain, mencoba menghilangkan rasa pedeku yang di sindir oleh Ashar.

"Tapi kalau buat gue ... ih! Kok gue jadi baper, sih? Harusnya marah dong, kan di sindir!" Ungkapku yang mulai peran batin.

Kemudian aku kembali mengambil ponselku, senyumku kembali mengembang saat melihat Ashar kembali membuat Story, aku menontonnya. Isinya video ceramah lagi, kali ini tentang larangan berpacaran.

Aku tersenyum kikuk. "Tuh, kan, buat buat gue. Doi random post video ceramah aja." Paparku.

"Tapi tadi kenapa Ashar kayak pas banget gue post Selfi terus dia posting kayak gitu, ya?" Aku lagi-lagi perang batin.

Ashar (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang