16. Utang

812 47 1
                                    

Bismillahirrahmanirrahim...

Assalamualaikum, halo semuanya!

Maaf banget baru bisa up lagii, banyak kesibukan di rl, huhu🥲

Happy Reading

"Isya sekarang cantik banget, sudah besar anak Ibu." Kata seorang perempuan dengan rambut sanggulnya.

Aku terdiam, bingung ingin merespon apa dengan kalimat yang baru saja terlontar dari mulut ibuku, ibu kandungku.

"Sayang, sini duduk." Ucapan bundaku membuatku tersadar kemudian tersenyum tipis, aku segera menghampiri mereka yang ada di sana.

Aku duduk di samping Ayahku, berusaha mengontrol perasaan sesak kala melihat wajah ibuku.

"Isya sekarang umur berapa?" Ibuku bertanya tanpa rasa canggung sepertiku, padahal ini adalah pertemuan pertama kami setelah berpisah.

"Masa ibu lupa." Jawabku yang justru mendapat tepukan kecil dari bunda.

Sementara itu, ibuku tertawa. "Kan kita udah lama enggak ketemu, Isya. Wajar dong ibu lupa. Lagipula kan sekarang anak ibu udah ada tiga juga, makin lupa deh ibu. Belum lagi perkerjaan ibu yang banyak." Terang ibu.

Aku membalasnya dengan tersenyum saja. Lalu ibuku ikut tersenyum, kemudian ucapan selanjutnya yang terlontar dari mulut beliau justru membuatku benar-benar terkejut.

"Isya kan anak ibu. Isya ada tabungan enggak? Ibu sebenarnya lagi ada masalah di perusahaan. Iya, kan, mas?" Ibuku terlihat bertanya pada pria di sampingnya. Mungkin, suaminya?

"Kenapa memangnya, Bu?" Tanyaku, sebab info yang kuterima dari ibuku belum lengkap. Aku juga berusaha sekuat tenaga untuk bersikap biasa-biasa saja seperti halnya ibuku.

"Tadi ibu kan bilang kalau ada masalah perusahaan. Ibu mau pinjem uang kamu, Sya. Masa enggak paham, sih?"

Waduh? Aku benar-benar kaget dengan tujuan ibuku yang begitu banget. Aku kira ke sini pengen ngajakin aku tinggal di rumah beliau yang bagus itu, seperti yang sering ibuku posting di sosmed. Kan, siapa tau ibuku sudah dapat hidayah dan pengen ngurus aku, ya walaupun aku enggak mau, sih, tinggal bareng beliau.

Atau paling tidak, beliau sekedar mengucapkan kata maaf sebab sudah meninggalkanku di usia yang masih 10 tahun. Eh, ternyata mau pinjam duit. Tapi pertanyaannya sekarang, aku duit darimana coba?

"Isya enggak ada uang, Bu." Aku menjawab ucapan ibuku.

"Masa enggak ada? Rumah kalian bagus kok, masa kamu enggak ngasih uang anak kamu, sih, Sam?" Ibuku kini menyerang ayahku.

Tebakkanku, ibuku mungkin saja tadi berniat meminjam uang pada ayah dan bundaku. Namun, tidak diberikan pinjaman sehingga beralih padaku yang sangat kebetulan datang di saat itu.

Ayahku tidak menjawab ucapan ibuku. Di abaikan, ibuku kembali menatap ke arahku. "10 juta aja, Sya. Masa kamu enggak punya? Ibu datang baik-baik loh, mau pinjam duit supaya perusahaan papa dan ibu kamu baik-baik aja."

"Aku cuma punya ayah. Enggak punya papa." Sanggahku, mengalihkan tatapanku dari ibuku.

Ya Allah ... Aku dan ibuku baru bertemu lagi loh, kenapa yang di bahas justru utang? Apakah beliau benar-benar tidak tau bagaimana sulitnya aku menerima dan memaafkan beliau selaku ibuku? Aku lantas menarik nafas dalam-dalam.

"Suami ibu papa kamu, Isya!" Sentak ibuku yang tidak ku balas lagi. "Ibu udah capek-capek lahirin kamu, ibu taruhin nyawa buat kamu. Timbang pinjemin ibu uang loh, Sya. Ibu juga kan niatnya baik, pinjem duit. Bukan main minta aja kayak kamu waktu kecil dulu." Papar ibuku.

Ashar (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang