Bismillahirrahmanirrahim...
Assalamualaikum halo semuanya!
Apaa kabar?
Lama banget, banget, banget, banget nih aku enggak update!
Tapi tenang aja, ya, insya Allah mulai hari ini aku akan rutin up Ashar tiap hari lagi kok, soalnya SEMESTER GANJIL ALHAMDULILLAH AKHIRNYA SELESAI 😋🫶🏼🫶🏼
Btw, selamat hari Kamis untukmu manis😉🤍
Tandai kalau ada yg typo, guys!!
Happy Reading ❤️
Seperti rencana kami kemarin, hari ini akhirnya aku dan Ashar tiba di rumah kami. Rumah sederhana dengan halaman depan belakang yang cukup luas. Setelah masuk di dalam kamar utama. Aku dan Ashar saling tatap.
“Harus beres-beres.” Kataku pada Ashar seraya tersenyum yang jatuhnya menyengir.
Ashar mengusap puncak kepalaku kemudian merangkul pundakku.“Kita mulai dari kamar ini dulu. Susun baju, sapu, bersihin debu dan mau ngepel juga?” Tanyanya seraya membawaku duduk di sofa kamar kami.
“Kayaknya kalau nyapu dan ngepel sekali satu rumah aja. Di kamar ini kita bagi tugas. Aku nyusun baju ke lemari, kamu pasang sprei, gimana?” Jawabku memberikan saran.
“Boleh, ayo.” Selanjutnya Ashar menggenggam tanganku dan mengajakku menuju depan lemari. Setelah kuambilkan sprei suamiku itu lantas memberikan kecupan singkat pada keningku lalu segera melakukan tugasnya. Begitu pun dengan diriku yang mulai memindahkan pakaian kami ke dalam lemari.
Setelah pekerjaan ini selesai, aku dan Ashar kembali membagi tugas—aku menyapu dan suamiku mengepel—pembagian tugas tersebut terus berlanjut sampai rumah baru kami ini benar-benar bersih.
“Mau di pijit enggak?” Ashar bertanya saat kami duduk di sofa kamar kami. Aku yang sudah tidak secanggung dulu—berkat Ashar yang benar-benar berusaha menghilangkan kecanggungan tersebut—memilih untuk menyandarkan diri di pundak suamiku.
Aku menganggukkan kepalaku
sebagai jawaban dari pertanyaan Ashar tadi.“Kalau gitu, kamu balik badan, gih, biar aku pijitin.” Ujar Ashar yang segera aku kerjakan, selanjutnya suamiku itu lantas memberikan pijatan pada pundak dan punggungku.
Oh Allah, aku benar-benar bersyukur menikah dengan Ashar, lelaki yang tak hanya paham agama, tapi juga menerapkan ilmunya tersebut.
Ashar padahal tadi juga lelah, ikut membantu perkerjaan rumah.Namun, suamiku masih sempat-sempatnya menawarkan pijatan untukku. Aku beruntung memilikinya.
“Udah, makasih.” Aku membalikkan badan dan langsung memeluk Ashar dengan erat, menuangkan rasa terima kasih yang banyak padanya.
“Loh, kenapa udah?” Walaupun Ashar terdengar heran dengan aku yang tiba-tiba meminta menyudahi kegiatan memijatnya, ia tetap membalas pelukanku seraya mengusap-usap punggungku.
Aku melepaskan pelukan kami.“Gantian pijetinnya. Kamu juga pasti capek.” Ungkapku sembari menatapnya sedikit sendu.
“Waduh, tau juga istriku ini.” Ashar mencubit pelan hidungku, membuat aku yang semula agak mellow karena kebaikannya lantas jadi ceria kembali karena tingkahnya.
“Ayo, katanya tadi pijetin?” Aku mengerjap kala Ashar yang ternyata sudah ada di kasur dengan posisi tengkurap, menungguku untuk memijatnya.
Aku tertawa kecil lalu menghampirinya dan lantas memberikan pijatan untuk suamiku yang kelelahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ashar (End)
Teen FictionCinta Isya pada Ashar sepertinya bertepuk sebelah tangan. Meskipun begitu, Isya tetap saja menyukai Ashar. Sebab, Ashar adalah tipe lelaki idamannya. Lantas, apakah cinta Isya akan terbalaskan atau justru sebaliknya? *** Religi-romantis #9 in agama...