14. Answer

973 64 5
                                    

Bismillahirrahmanirrahim....

Halo assalamualaikum semuanya!

Apa kabar, nih?

Btw, udah vote di part sebelumnya dan di part ini belum? 🤩

Meme?👇🏻😭

Terima kasih sudah baca sampai sini, yaaaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terima kasih sudah baca sampai sini, yaaaa. POKOKNYA HARUS STAY SAMPAI ENDING😍🔥

Seperti biasa, kalau ada yg typo tandain yaa💅💗

Happy Reading ❤️

"Duh, malem ini gue harus punya jawaban lagi. Masalahnya, istikharah gue aja belum ada jawabannya. Kak Kahfi buru-buru amat sih ngasih waktunya." Ujarku sembari memeluk gulingku. Kebetulan, hari ini aku tidak ada jadwal kuliah, jadi bisa bermalas-malasan.

Namun, meskipun begitu, aku lelah dengan pikiranku. Aku sama sekali belum tau ingin menerima lamaran Kak Kahfi atau justru menolaknya.

"Astaghfirullah!" Gumamku kemudian bangkit dari tempat tidurku. Segera aku menghampiri bundaku yang berada di kamarnya, beliau sedang datang bulan sehingga yang jaga warung adalah Ayah dan kedua adikku.

"Bundaaa!" Ujarku dengan nada manja kala bundaku sudah mengizinkan diri ini untuk masuk ke kamar orang tuaku.

"Kenapa, kak?" Tanya Bundaku yang terlihat sudah lumayan membaik daripada dua jam yang lalu.

"Menurut bunda, aku terima lamaran Kak Kahfi atau enggak usah?" Aku langsung bertanya pada intinya.

Bundaku justru mengerutkan keningnya. "Terserah kakak dong, kan kakak yang nantinya jalanin." Jawaban dari beliau membuatku mengerucutkan bibir.

"Kasih saran, Ndaaa! Aku ngerasa belum ada jawaban dari istikharah aku, atau mungkin aku yang enggak sadar sama jawabannya yang Allah kasih." Curhatku pada bunda.

Bundaku terlihat menghela napasnya. "Simpel sebenarnya, kak. Kakak sekarang udah siap nikah enggak? Siap jalani kehidupan berumah tangga enggak? Kalau udah siap sama semua terkait pernikahan, kakak tanya sama diri kakak sendiri. Kakak siap enggak kalau nanti Kahfi yang nemenin kakak seumur hidup?" Terang bunda yang membuatku terdiam dan berpikir panjang, menelaah penjelasan dari bundaku.

Apa aku siap menikah? Jawabannya sudah pasti belum, aku ingin fokus pada kuliahku terlebih dahulu.

Lalu apa aku siap menjalani kehidupan berumah tangga? Gambarannya seperti yang di lakukan ayah bundaku. Ya Allah, aku belum siaaap! Mencuci pakainku saja rasanya sudah malas sekali, apalagi nanti jika harus bertambah mencuci pakaian suamiku pula.

Kemudian, kalau menikah pasti ada aja konfliknya, kan? Aku belum siaaap!

Walaupun menikah adalah Sunnah, tapi ini ibadah terpanjang, kan? Jika aku belum siap begini, berarti sama saja dengan aku mencoba mempermainkan pernikahan, kan?

Ashar (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang