12. SW Ashar

973 60 6
                                    

Bismillahirrahmanirrahim....

Halo, assalamualaikum!

Apa kabar?

Hari ini enggak ada meme😔🙏🏻

Jangan lupa vote, yaww!

Minta tandain juga kalau ada typoo, love u

Happy Reading ❤️

Hari Ahad kali ini, aku di rumah bersama Ayah dan dua bocilku. Bundaku sedang menghadiri pesta pernikahan di kompleks sebelah bersama ibu-ibu lainnya. Warung kami pun tutup, yang membuatku harus berada di rumah saja.

"Ayah nambah orang yang jualan cilok lagi?" Tanyaku pada Ayah yang terlihat baru selesai dengan pekerjaannya.

Ayahku menganggukkan kepalanya.

"Dulu aku sampai bosan makan cilok ayah." Kataku sambil tertawa, mengingat masa-masa kala sebelum ayahku menjadi PNS, beliau memiliki kerja sampingan sebagai penjual cilok.

"Enggak usah di bahas, kak." Balas Ayahku yang membuatku mengerucutkan bibirku. Ayahku memang paling anti membahas masa lalu.

"Oh iya, Ayah mau tanya, boleh?" Ucap ayah yang membuatku mengangguk pelan, duh jantungku sudah deg-degan, takut ayahku nanya yang berat-berat.

"Kakak sama Ashar gimana?"

Waduh, kok pertanyaan Ayahku seperti ini, sih? Jadi makin deg-degan diriku ini!

"Enggak gimana-gimana, Yah. Emangnya gimana?" Aku bertanya balik, bingung sih beliau tiba-tiba tanya gitu.

"Cuma tanya." Jawab Ayahku. "Masih suka?" Lanjut beliau.

"Apanya?" Timpalku bingung.

"Kakak masih suka sama Ashar?" Ayah akhirnya memperjelas pertanyaannya yang membuatku tersenyum malu-malu sembari mengangguk singkat.

"Tapi udah enggak seanu dulu kok, yah. Sekarang udah gitu." Terangku pada Ayah.

Kening ayahku terlihat berkerut usai aku memberikan jawaban barusan. "Maksudnya?"

"Pokoknya gitu, yah. Kan awalnya aku kayak anuan banget, kepedean lah, centil juga kayaknya, terus kayak bucin banget sama Ashar. Tapi sekarang udah aku kurangin, kok." Jelasku sambil menyengir malu-malu.

Ayahku terlihat menganggukkan kepalanya, kemudian tangannya mengusap rambutku lembut. "Udah gede anak ayah." Duh, jadi mellow pas ayahku ngomong gitu.

Aku melengkungkan bibirku ke bawah. "Jangan ngomong gitu, Yah. Sedih, nih." Kataku sembari memeluk ayahku.

Ayahku hanya tertawa kecil sebagai balasan.

"Ayah, masa kata kak Ratu nanti kalau udah SD enggak mau sekelas lagi sama aku!" Raja yang tadinya asyik bermain dengan Ratu tiba-tiba datang dan ikut bergabung memeluk kami.

"Ya iyalah, kamu kan sering nangis! Aku enggak mau di repotin kamu lagi! Belum lagi temen-temen selalu bilang, Ratu adik kamu nangis, sebel!" Ratu juga ikut memeluk kami, tentunya sembari membela dirinya. Karena terlalu sesak, aku melepaskan diri membiarkan kedua adikku memeluk ayahku.

"Tapi kan kalau SD aku udah enggak bakal sering nangis lagi, aku bakal kuat kok." Timpal Raja.

"Enggak mau! Ayah, nanti kalau SD aku sama Raja enggak usah satu kelas, yaa? Raja suka nangis dan ngadu ke aku. Raja Cemen." Pinta Ratu ke ayahku.

Ashar (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang