21. Tamu Spesial

935 60 2
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum semuanya!

Apa kabar?

Selamat malam Sabtu 🌷🥨🤍

Btw, buat yg masih sekolah, kalau Sabtu, kalian tim libur atau tetep masuk sekolah?

Aku tim tetep masuk sekolah 🥲

Seperti biasa, terima kasih banyak untuk yang masih setia menunggu Ashar, love u pokoknya 🤍💍

Tandai kalau ada yg typo yaaa!

Happy Reading

Siapa sangka, aku yang dulu masih kecil kini sudah menjadi guru untuk anak kecil pula. Rasanya benar-benar seindah itu. Allah sebaik itu mempermudah semua urusanku.

Mengajar di taman kanak-kanak pastinya harus selalu sabar dan ceria. Itung-itung belajar jadi ibu kelak. Tapi, aku benar-benar enjoy menjalani kehidupan sebagai guru TK.

"Umi, kalau apelnya boleh warna ungu, enggak?" Tanya salah satu siswaku padaku.

Aku tersenyum pada anak perempuan yang bertanya tadi. "Kenapa enggak warna merah atau hijau, sayang?" Tanyaku balik.

"Karena aku suka warna ungu, Umi." Jawab anak tersebut yang lagi-lagi membuatku tersenyum.

"Eum, tapi kata umi, kalau apelnya di warnai pakai warna merah, jauh lebih cantik, loh." Jawabku yang membuat gadis kecil tersebut kemudian menurut.

Bukannya apa, aku tadi sudah memberikan instruksi agar mewarnai buah-buahan tersebut sesuai dengan warna aslinya. Namun, namanya juga anak kecil, pasti bertanya boleh warna ini atau itu, enggak?

Aku kemudian lanjut membantu anak muridku yang masih unyu-unyu. Saat ini, aku tengah mengajar di salah satu taman kanak-kanak yang cukup elit, dan terkerennya, jarak sekolah tersebut tidak begitu jauh dari rumahku.

Satu nikmat yang paling ku syukuri dari banyaknya nikmat yang Allah beri adalah perkerjaan ini. Pekerjaan impianku dari SMP.

Tidak lama, jarum jam menunjukkan pukul 10 lewat tiga puluh, waktunya murid-muridku pulang ke rumah. Seperti biasa, walaupun ada satpam yang menjaga, kami para guru tetap menunggu sampai semua murid pulang di jemput oleh keluarganya.

Setelah itu, aku pamit pada guru-guru lain yang ku panggil Umi. Mereka semua bisa di bilang seumuran ayah dan bundaku. Aku termuda di sini.

Perjalanan pulang ke rumah terasa begitu cepat, karena memang jaraknya tidak jauh. Lantas aku menyalami bundaku yang sedang menjaga warung. Setelah berbincang sebentar, aku masuk ke dalam kamarku.

Membersihkan tubuh, setelahnya aku merebahkan diri di kasur seraya bermain ponsel, menunggu azan Dzuhur berkumandang.

"Suara Ashar enggak, sih?" Gumamku kala Azan Dzuhur mulai terdengar. Aku tersenyum tipis mendengar azan yang berkumandang tersebut.

Yah, aku masih saja menyukai Ashar hingga kini. Sebenarnya, bisa-bisa saja sih aku mengirimkan CV ta'aruf pada Ashar, mengajak cowok tersebut untuk berta'aruf dengan ayah Sunday sebagai perantara.

Namun, aku merasa sedikit belum siap untuk memulai hubungan pernikahan. Mungkin sekitar, 90 persen kesiapanku.

Mungkin lagi, bulan depan aku sudah siap seratus tahun untuk menikah, barulah aku mengirimkan CV ta'aruf untuk Ashar. Dan semoga saja di terima.

Ashar (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang