14 | Heaven Corporation

57 14 3
                                    

DISTRIK BARAT membuat Wafir merinding.

Pagi ini, Wafir langsung meluncur ke distrik terkaya dan termaju yang ada di Surga. Ia tak bisa tenang selama dua jam belakangan sebab ia harus menjaga sikap di dalam limusin hitam mewah, yang dikendarai oleh Hasbie. Wafir hanya berdua dengan putra Imam Romo, tetapi ia tak paham alasan Hasbie membawa mobil yang bisa diisi oleh 20 orang. Sekarang, kursi-kursi hitam yang empuk dan mengilap kosong, hanya kursi pengemudi yang diduduki Hasbie dan Wafir di samping kiri yang terisi.

Aroma pinus pegunungan menguar dari dasbor, sama wanginya antara bau pewangi mobil dan badan Hasbie. Jika dibandingkan dengan Wafir yang hanya memakai kaos hijau kebesaran, pemberian Ray yang berbadan raksasa, tentu tak pantas Wafir berada di dalam limusin bersama putra pemilik Distrik Barat. Memang, Wafir baru saja melunasi utang yang harganya bisa mencekik ubun-ubun, tetapi Wafir tidak memiliki uang untuk makan, membeli pakaian, dan membayar sewa tempat tinggal. Ia hanya menunggu kebaikan Tuhan dan inilah yang dikirim: Hasbie.

Hasbie berusia 25 tahun. Ia pemuda pendiam dan tegas. Ia jarang berbicara. Rahangnya besar dan agak maju ke depan, sangat dingin apalagi dengan wajah perseginya. Kulitnya coklat dan sedikit tidak rata di bagian pipi. Di keningnya tertempel noda hitam bekas sujud. Rambut hitamnya lurus sebahu dan selalu tertata rapi serta klimis. Kali ini, ia memakai kaos hitam dengan gambar abstrak layaknya kaos distro. Celana chinos karamel menempel gagah di kakinya. Tangan berurat mencengkeram setir mobil dengan lihai. Dia sepertinya mahir dalam permainan senjata tangan seperti tombak. Bagaimana bisa orang seperti Hasbie bisa Wafir kalahkan?

"By the way, gue gak papa ngisep vape, kan?" sambut Hasbie bernada gaul, berbeda dari suara formal yang digunakan selama menjemput Wafir.

"Silakan, Mas." Bagaimana bisa dia berubah secepat ini?

Hasbie pun mengeluarkan sebatang vape berwarna emas mengilap dari dasbor. Ukurannya seperti korek api, hanya saja lebih panjang. Ketika Hasbie mengisap dan mengembuskan asap, bau pinus memenuhi mobil. Ternyata aroma wangi itu berasal dari vape yang disimpan di dasbor.

"Kenapa kaku banget?" Hasbie menyenggol lengan Wafir menggoda. "Lu pasti kaget ya kenapa gue bisa selamat dari kejadian di Kota Batu kemarin?"

Sebenarnya, aku kaget karena kamu yang tiba-tiba bernada seperti orang gaul dari perkotaan, tapi tidak apa-apa, aku akan mendengar cerita tentang keberuntunganmu. Wafir mengangguk ragu.

"Papa nggak ngizinin gue buat ikut ke Kota Batu. Pabrik lagi ada trouble," jawab Hasbie, memutar setir untuk berbelok ke kanan, masuk ke dalam gerbang pabrik besar setinggi dua meter. "Padahal sebenernya gue pengen ke Kota Batu, tapi perintah orang tua jauh lebih berharga. Seperti kata orang alim, 'Rido Tuhan ada pada rido orang tua."

Percakapan terhenti ketika limusin melalui pos satpam. Dua pria garang berseragam coklat memberikan hormat kepada Hasbie. Mereka membukakan gerbang seraya memberikan senyuman ramah. Setelah itu, keduanya mengangguk untuk memberikan salam penutup. Dilihat dari perlakuan dua satpam tadi, keluarga Romo benar-benar disegani di Distrik Barat, bahkan seluruh Surga.

Bahkan, ketika Wafir telah memasuki kawasan Heaven Corporation, ia tak bisa menahan mulut untuk tidak menganga dan memuji. Jalanan berpaving selebar delapan ruas dengan dua jalur, membentang jauh lurus ke depan. Truk-truk setinggi dua kali limusin berjajar untuk mengantre. Di kiri-kanan menjulang tinggi beberapa pabrik yang didatangi ratusan pekerja berseragam terusan biru langit. Tangki-tangki belasan meter yang berwarna seragam dan sangat tinggi juga menjulang dari belakang pabrik.

Hasbie menghentikan limusin di pabrik yang paling belakang, letaknya dekat dengan bibir pantai. Pabrik itu besar dengan kolom distilasi dan uap panas mengepul dari cerobong. Kondisi pabrik tersebut masih baru dengan cat yang mengilap dan kuat menempel. Tempat parkir bahkan masih menampung kurang dari seratus motor dan mobil. Pegawai dari pabrik ini sepertinya masih sedikit. Karena itu, Pak Romo menjadikan pabrik ini sebagai kantor utama pada masa sekarang sebab ingin dikembangkan.

The Servant and The Nineteen Wardens of HellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang