44 | Comrade

24 8 1
                                    

GUNCANGAN HEBAT tiba-tiba merambat keluar Neraka ketika keenam Penjaga Neraka tingkat atas telah dikalahkan semua.

Di tengah pertempuran antara 600 tentara melawan 6.900 Penghuni Neraka, tanah seketika terbelah oleh gempa bumi yang dahsyat. Guncangan itu merambat hingga ke Distrik Utara, sampai penduduk Surga menyangka pulau yang ditempati akan tenggelam ke dalam laut.

Para tentara yang bertarung lantas sadar, sedang terjadi sesuatu yang tidak wajar di dalam Surga. Karena itu, Muhammad memutuskan untuk masuk ke Neraka. Awalnya, Khrisna ingin ikut, tetapi tidak diizinkan oleh sang kakek. Ia harus tetap di Distrik Utara untuk menjaga rakyatnya.

Sementara itu, teman-teman Wafir yang merupakan Jundun terkuat mulai khawatir dengan keadaan. Mereka bertarung dekat dengan gerbang Neraka, tetapi tidak berani memasukinya hingga gempa barusan melanda. Mereka pun memberanikan diri untuk menolong sahabat mereka. Namun, mereka dikejutkan dengan empat musuh yang terakhir keluar dari Neraka.

Itu keempat Penjaga Neraka tingkat bawah yang dulu belum sempat mereka kalahkan: Sihir, Khamar, Riba, dan Jacob.

Mereka meluncur keluar, hampir membuat keempat besar teman Wafir ketakutan, tetapi Ray sebagai ketua menguatkan. Mereka berempat akan cukup kuat untuk mengalahkan para Penjaga Neraka, apalagi setelah melalui pengembangan selama 28 hari. Namun, Penjaga Neraka mampu membaca hal tersebut.

Tiba-tiba saja, mereka menyerang masing-masing empat besar dan membawanya berpencar untuk dihabisi secara terpisah. Sihir membawa Rika, Khamar membawa Diyah, Riba membawa Hasbie, dan Jacob membawa Ray. Keadaan pun berubah tidak sesuai perkiraan. Mampukah semua orang menaklukkan Penjaga Neraka seorang diri?

***

DIYAH diterbangkan Khamar ke sisi tanjung yang memagari laut dari kejauhan.

Kala itu malam benar-benar gelap. Teriakan dan lolongan para tentara yang terus menembakkan senjata dan menebaskan pedang memenuhi suara langit malam. Diyah yang tiada menahu apa-apa langsung mendapat lemparan seorang Penjaga Neraka ke ujung pantai. Beruntung, ia masih sadar, lalu menghempaskan dirinya setelah menendang batang leher Khamar sangat keras.

Diyah yang saat itu sudah mendapatkan seragam mantel hitam Jundun, langsung bersiap mengeluarkan senjata. Ia diberikan senjata jarak menengah berupa rantai yang ada pemberat tajam di kedua ujung. Selain itu, karena dia andal untuk serangan kaki, dia juga mempersiapkan sepatu boot yang alasnya seberat besi. Dengan kerudung hijau army instan dan kacamata yang dihubungkan dengan ikatan kepala, ia siap berperang meskipun ia harus menghadapi Penjaga Neraka seperti sekarang.

"Mengapa kau masih hidup?" tantang Diyah sebelum menghadapi Khamar yang berdiri teler. Ia ingat bahwa Wafir sudah membunuhnya di Distrik Timur dengan bazoka.

"Siapa yang kau maksud? Aku memang selalu mabuk di setiap detik hidupku, tetapi otakku jauh lebih cerdas dan mampu mengingat semua orang. Aku tidak pernah bertemu wanita sepertimu!"

"Jangan membual!"

"Oh, sepertinya aku lupa memberitahu saudara kembarku. Kami mengisi satu posisi yang sama sebagai Penjaga Neraka nomor 6. Kekuatan kami ada hubungannya dengan telinga-hidung-tenggorokan. Kalian membunuhnya, ya? Ya sudah sih, aku tidak mempermasalahkannya. Dia memang lemah."

"Pantas dia bisa berada di balik pelindung Surga sebab kau masih mengejar Wafir di dalam Surga."

"Tidak jadi masalah. Sudah selesai pertanyaanmu? Karena setelah ini, kau akan mati."

Diyah langsung menyiapkan kuda-kuda. Dia tahu musuh yang dihadapinya sekarang adalah Penjaga Neraka. Dia berusaha waspada dan menjaga jarak dengannya sejauh mungkin. Karena itu, ia memanfaatkan senjata yang diberikan oleh Pak Romo kepadanya. Sebut saja rantai. Diyah pun memutarnya seperti laso. Ia benar-benar menjaga jarak dengan Khamar.

The Servant and The Nineteen Wardens of HellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang