PELUIT KERETA mengerang di antara jajaran hutan dan pedesaan.
Terik matahari beranjak tenggelam dan membiaskan rona jingga di ufuk barat. Gradasi biru kehitaman memoles bergantian di angkasa, memancing kicau sedih burung malam untuk keluar dari pohon-pohon pinus. Membelah hamparan hijau yang jarang dijamah, rel kereta meliuk-liuk menguarkan aroma solar dan batu bara.
Di dalamnya kosong. Hanya ada empat orang penumpang. Keempatnya saling menatap di antara lorong gerbong pertama. Tiga orang pria berdiri dan seorang wanita duduk menyilangkan kaki. Mereka saling menatap tajam seperti menyorotkan pedang dari mata. Mereka saling mengenal, tetapi aura di antara mereka layaknya sedang berlomba. Sebab mereka berempat sama. Tato Penjaga Neraka mengular di leher mereka.
Wanita yang duduk menyilang kaki, tak asing bagi sebagian orang di Distrik Barat. Dia wanita yang memperkenalkan diri sebagai sales. Wanita berambut panjang bergelombang dengan ombre pirang dan hitam menjulur. Rok pendek dan blus putih masih menempel di tubuh indahnya, termasuk hak tinggi hitam yang mencuri perhatian telinga ketika dihentakkan. Seraya menyilangkan lengan di depan dada, tato angka 7 mengintip dari pergelangan.
"Aku, Sihir, akan mulai membicarakan rencana berikutnya!" buka wanita itu, yang ternyata bernama Sihir. Ia menatap satu per satu pria yang berdiri angkuh di hadapannya.
"Khamar." Wanita itu menghadap ke pria teler, bertumpu di sandaran dengan postur bengkok, tak bertenaga. Di tempurung tangannya terukir tato angka 6.
"Riba." Wanita itu memanggil pria percaya diri yang berdiri dengan memasang kuda-kuda. Di tempurung tangannya terukir tato angka 5.
"Jacob." Wanita itu menunduk ke pria terakhir yang menyorotkan tatapan dingin, amat datar. Di tempurung tangannya terukir tato angka 4.
Mereka akan membahas rencana untuk menghancurkan Surga, tempat Muhammad bersarang. Orang-orang mengenalnya dengan sebutan Malik I.
"Sihir, kau sudah merencanakan kegagalan. Kami sudah menunggumu lama di sini. Dari pagi, hingga senja. Dan mana hasilnya? Distrik Barat masih berdiri kokoh, tidak terbumihanguskan seperti rencana kita," ucap Jacob datar, matanya menyorot tajam, tetapi suaranya dingin.
"Kau tidak akan mempercayai apa yang sudah kutemukan!" balas Sihir. "Surga punya Penjaga Neraka yang berada di pihak mereka! Kalian melihat kan lapisan kristal yang tiba-tiba menyelimuti saat ledakan terjadi? Itu kekuatannya!"
Jacob mengernyit dan tidak mengeluarkan sebuah komentar.
"Penjaga Neraka di pihak mereka, eh?" Riba menyahut sambil tersenyum lebar. "Aku kira Surga hanya punya Muhammad sebagai Penjaga Neraka di pihak mereka. Dia melindungi Surga dengan lapisan ruang yang tidak bisa ditembus oleh Fasadun, baik dari luar maupun belakang."
Sihir tertawa pelan. "Tapi, dia tidak lebih pintar daripada kita. Tuan Iblis bisa menciptakan Penjaga Neraka dari dalam Surga. Meskipun kita tidak bisa keluar dari Surga, setidaknya kita bisa menghancurkan Surga dari dalam."
"Siapa Penjaga Neraka di pihak Surga?" tanya Jacob mengakhiri tawa.
"Namanya Wafir. Dia tak lain hanya anak-anak berusia 20 tahun. Dia adalah orang Utara dan hendak diangkat menjadi seorang Imam," jawab Sihir.
Jacob manggut-manggut, memperhitungkan rencana untuk mengalahkan Wafir.
"Kita modifikasi rencana kita," tutur Jacob. "Kita sekarang tak akan menarget dendam kepada Muhammad. Kita akan menjemput Penjaga Neraka bernama Wafir itu. Kita mungkin tidak akan langsung membalaskan dendam Tuan Iblis untuk menghancurkan Surga, kampung halaman Muhammad. Namun, kita bisa mengantarkan Wafir kepada Tuan Iblis. Dia orang Utara, dia pasti bisa keluar-masuk Surga meskipun darah Tuan Iblis mengalir di dalam tubuhnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Servant and The Nineteen Wardens of Hell
Fantasy[Reading List WattpadfantasiID Januari 2024] Diculik sebagai tumbal, Wafir---bocah naif yang selamat dari tenggelamnya separuh daratan bumi---harus membebaskan diri dari perbudakan untuk selamat dari kejaran 19 Penjaga Neraka. *** Di masa depan, kau...