15 | Transesterification

53 14 1
                                    

BIODIESEL diproduksi dengan mereaksikan trigliserida menjadi metil ester, menggunakan reaksi basa yang disebut sebagai transesterifikasi.

Tulisan itu memutar otak Wafir, tepat ketika membaca kalimat terakhir sebagai kesimpulan. Kurang lebih, ia sudah mengerti proses produksi biodiesel di pabrik tersebut. Tepat sebelum matahari berada di puncak tertinggi, ia sudah bisa beristirahat tenang.

Jadi, Heaven Corporation mendapat bahan baku mentah dari Distrik Timur, lalu diproses untuk bisnis food and beverage di pabrik paling depan. Setelah itu, senyawa sisa seperti lemak diteruskan untuk produksi minyak goreng dan produk oleokimia, salah satunya biodiesel. Dari produk selain biodiesel, terdapat gliserin yang dapat dimanfaatkan untuk produk personal care seperti sabun dan produk kecantikan. Begitulah Pak Romo bisa menjadi orang terkaya di Surga sebab ia bisa memonopoli hampir semua industri yang tersisa.

Wafir melemaskan sandaran untuk meregangkan otot. Meski hanya duduk untuk membaca selama lebih dari dua jam, ia lelah. Otaknya diperas untuk menghapal dan memahami, hingga ia sadar bahwa Hasbie sudah tidak berada di ruang baca.

Ruangan persegi ini berukuran tiga kali empat meter. Meja dan komputer disediakan, beserta lampu baca yang menempel di dinding. Tumpukan buku setinggi satu setengah meter diletakkan di sisi kiri Wafir. Ia membawa semua dokumen yang bisa ia baca, termasuk surat kontrak dari vendor yang tebalnya bisa sampai 15 centimeter. Pendingin udara semakin dingin dengan temperatur menunjukkan angka 19, angka yang Wafir takuti seperti jumlah Penjaga Neraka. Ia pun menaikkan temperatur ke 20 derajat Celcius, lalu berkuranglah aroma pinus yang digunakan sebagai pewangi ruangan.

Wafir mencoba melongok ke luar jendela untuk mencari Hasbie. Beruntunglah ia berada di lantai dua sehingga bisa mengecek lantai dasar dalam sekejap. Bahkan, tak lebih dari lima hitungan, ia sudah menemui pria berambut panjang klimis yang tak lain adalah Hasbie.

Hasbie berada di halaman pabrik, membiarkan dirinya dijadikan bahan tontonan pegawai yang berbisik-bisik dan menertawai dari depa maupun belakang. Namun, ia tidak peduli seakan ia tiada menahu. Itulah hal terbesar yang membuat Wafir heran, sekaligus kagum kepada Hasbie. Andai, Wafir bisa mandiri dan sekuat Hasbie, tentu ia tidak diinjak-injak oleh siapa pun.

Hasbie sedang bermain basket sendirian.

Bola orange berloreng hitam memantul-mantul dari lapangan hijau tosca, yang bisa berbaur dengan biru langit. Dengan lincah, ia meliuk-liukkan bola di antara kaki, lengan, dan sela-sela jari. Tanpa memandang sekilas pun, bola seukuran kepala itu bisa dikendalikan penuh taat. Melihat kemampuan Hasbie dalam mengendalikan permainan tangan, tentu dia bisa menjadi atlet yang hebat. Namun, sekarang sudah percuma.

Kiamat sudah menghapus pekerjaan remeh seperti atlet, penghibur, dan artis. Bumi hanya mempunya 10% daratan. Kalau dipikir, Pak Romo benar-benar sangat beruntung sebab memiliki perusahaan di dalam Surga, yang tak mungkin terhancurkan. Ia bisa percaya diri menjalankan bisnis, sementara pesaingnya tenggelam dalam rasa takut atas penenggelaman bumi dan serangan Penjaga Neraka. Namun—!

Listrik pabrik tiba-tiba padam.

Bunyi nyaring mesin pabrik, nyala lampu, dan hawa dingin mesin pendingin tiba-tiba menghilang. Wafir melonjak kaget dan spontan melongok ke luar jendela lagi. Ia menyaksikan seluruh pegawai lari tunggang langgang untuk menuju plant. Mereka berusaha menyemprotkan steam dan melakukan flushing ke pipa beraliran viskositas tinggi seperti minyak dan gliserin, mereka bisa membeku di temperatur ruang. Sementara itu, pegawai bagian maintenance langsung menuju ke panel listrik untuk memperbaiki kerusakan di jaringan kabel. Tak berselang lama, listrik menyala kembali. Seharusnya, semua sudah selesai, tetapi sayangnya tidak. Perlu proses hingga empat jam untuk menjalankan pabrik seperti semula.

The Servant and The Nineteen Wardens of HellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang