20 | South District

40 14 3
                                    

RIKA membelah gang-gang sempit dalam pelarian.

Naungan gelap dinding kayu yang berlalu lalang sekelebat, membentengi jalur pelarian. Tiap detik seakan memanjang layaknya sehari. Wangi kebahagiaann yang bercampur rempah pedesaan Distrik Selatan, kini berganti bau hangus samar-samar dan kepanikan. Kekacauan memuncak dalam hitungan jari sejak Rika meneriakkan nama yang paling ditakuti: PENJAGA NERAKA.

Baru semenit dia memantik kericuhan, hatinya kalut memikirkan berapa banyak nyawa yang sudah mati. Musuh yang dihadapi kali ini Penjaga Neraka, setara dengan seorang Imam. Makhluk sekuat itu, bagaimana bisa berada di dalam Surga? Begitu pikir Rika. Ia menggenggam busur di tangan erat. Meski keringat bisa meluncurkan jatuh alat panah hitam sepanjang satu meter dari genggaman, ia akan mencengkeram lebih kuat. Sekuat para Penjaga Neraka tega memorak-porandakan seisi kota.

Jalanan gelap dan becek yang menguarkan bau asam got, dipilih Rika tanpa pikir panjang. Dia menduga Penjaga Neraka jelas mengincarnya. Sejak pengangkatan sang suami menjadi Imam, Rika seolah menjadi sasaran empuk untuk dinobatkan sebagai sandera. Atau tumbal balas dendam. Tujuan pelariannya saat ini adalah satu: Wafir.

Rika akan berlari sampai Distrik Pusat walaupun harus mematahkan kaki.

Teriakan dan lolongan minta tolong masih berkumandang. Derap langkah panik dan kasak-kusuk untuk menyelamatkan diri tidak putus dari telinga. Distrik Selatan benar-benar di ambang kehancuran!

Ledakan mulai berdentum dan kepulan debu membumbung tinggi. Goncangan menggetarkan tanah, seakan jantung sanggup melompat keluar saking kerasnya. Tawa keras milik Penjaga Neraka mengakak ke seluruh penjuru angkasa. Warna biru langit di kala duha terselimuti rona kelabu gelap, membiaskan sinar mentari menjadi sepia. Jika salah langkah, siapa pun bisa tersandung oleh puing-puing yang beterbangan atau tersengat oleh kabel-kabel rumah yang putus.

Rika terus bersembunyi di antara rumah-rumah cokelat berlantai satu. Jika ia menampakkan diri, tentu nyawanya akan melayang lebih cepat daripada kedipan mata.

Penjaga Neraka memiliki kekuatan fisik yang mahadahsyat kuat, terlepas dari kemampuan supernatural. Otot dan indera mereka mampu menandingi manusia normal hingga sepuluh bahkan sejuta kali lipat lebih besar. Siapa pun tidak akan gila untuk menghadapinya di depan mata. Namun—!

Ledakan melesat dari rumah di samping kiri Rika.

Pandangan gelap, diselimuti kepulan debu yang menusuk mata. Rika terbatuk berkali-kali. Badannya gemetar sebab dia yakin kondisinya saat ini berada di ambang kematian. Posisinya akan diketahui oleh Penjaga Neraka. Bahunya nyeri tersambar dinding kayu yang melesat. Darah keluar dari dahi sebelah kiri setelah terantuk pondasi. Hanya denyut sakit yang dapat dirasakan, tanpa menahu warna merah kini menodai mukenah putihnya. Ia berpikir harus kembali bangkit meski hanya mampu berjalan gontai. Rika masih belum menemukan Wafir atau seorang Imam. Dia tidak boleh berhenti!

Sesosok pria tiba-tiba melesat ke arah Rika, lalu berdiri angkuh seraya mencekiknya. Itu Khamar. Dia menyeringai lebar sembari menyorotkan tatapan haus layaknya orang mabuk.

"Mau ke mana kamu, Sayang? Kenapa kau kabur dari kewajiban melayani suami sendiri?" gertak Khamar, mencekik erat Rika yang meronta-ronta. "Ah, kau sudah mengetahui aku bukan Wafir. Hebat! Bagaimana kau bisa melepaskan sihir kami?"

Rika meludahinya. "Le-lepaskan aku! Sama sekali aku tidak rela melayanimu! Bunuh aku daripada kau mendaratkan tangan kotormu kepadaku!"

"Hah, bagaimana dengan keduanya? Kau kugerayangi sebelum kubunuh atau sebaliknya?"

Khamar mengangkat tangan yang lain untuk menyentuh Rika. Mukenah sudah disobek dalam sekali sentak, menyakiti kepala Rika dan sempat mengerang keras. Dengan percaya diri, ia menantang Tuhan Rika. Dalam pikirannya, siapa yang akan menolong Rika sekarang. Mana pertolongan-Nya. Namun—!

The Servant and The Nineteen Wardens of HellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang