LIMA BELAS MENIT sebelum Pak Ibrahim dan Pak Goldy merangsak masuk ke dalam pertarungan Yatim dan Pak Romo.
Mereka terjatuh di ruangan dengan batu-batuan tinggi yang mampu menembus awan, seperti yang ada di dataran tiongkok. Mereka tak pernah tahu bagaimana tempat seperti ini bisa berada di dalam Neraka. Jarak antar bebatuan bisa sampai seratus meter. Hawanya dingin menusuk dan langit kelabu seperti mendung mengisi penuh ruangan.
Pak Ibrahim menyuruh Pak Goldy untuk segera menguatkan kuda-kuda dan mengangkat tombak. Ia tahu persis bahwa keadaan yang sedang dihadapi bukanlah hal yang menguntungkan. Mereka di kandang musuh, apalagi berada di medan pertempuran seperti ini sangat menyusahkan.
Dari kejauhan, gelegar guntur bersahutan dan kilatan semakin mendekat ke tempat Pak Ibrahim dan Pak Goldy. Mereka sudah bisa menebak siapa yang datang ke arah mereka. Pasti Penjaga Neraka yang berpakaian preman dengan kekuatan petir. Dan ternyata dugaan keduanya. Turun dari langit, pria preman itu berdiri di batu tinggi di seberang keduanya.
"Aku cukup beruntung tidak mendapatkan Wafir sebagai lawanku," sambut Thief percaya diri. "Dia telah menghabisi kelima Penjaga Neraka tingkat bawah seorang diri. Jika pada saat aku menghalaunya kemarin bersama Yatim, aku tidak akan berani."
"Beruntunglah kalau begitu, Anak Muda. Kami hanyalah Imam lemah yang tidak ada apa-apanya dengan Wafir," bujuk Pak Ibrahim, memantik keterkejutan Pak Goldy atas kerendahhatian Imam terkuat itu.
Thief tertawa. "Tidak ada bedanya. Itu tidak menjadikan aku akan mengampuni kalian berdua!"
Pak Ibrahim kali ini tidak menjawab. Ia tidak mau salah mengeluarkan perkataan. Masalahnya, ia bisa mendeteksi pria di depannya tidak seangkuh Yatim. Dia jauh lebih pintar berstrategi. Apalagi, kekuatan petirnya sangat mengerikan.
"Siapa nama kalian berdua? Aku Thief, dulu sebelum menjadi Penjaga Neraka, aku bermain sepak bola untuk Maroko." Thief memilih duduk di bebatuan untuk mengajak mengobrol kedua musuhnya. "Tidak perlu takut kepadaku. Meski kita adalah musuh, tetapi kita adalah lelaki. Kita biasa menyelesaikan semuanya dengan secangkir kopi atau sebatang rokok."
"Saya Ibrahim dan pria di belakang saya bernama Goldy."
"Ibrahim dan Goldy, nama yang berbeda jauh. Tapi, sepertinya aku bisa membaca kalian berdua. Ibrahim adalah pria yang kuat, sedangkan Goldy adalah yang lemah."
Mereka berdua tidak mau menjawab lebih jauh. Tidak ada bayangan mengenai alasan Thief ingin berbasa-basi dengannya. Namun, pria preman itu sepertinya benar-benar suka bercengkerama. Bahkan, dia melanjutkan ceritanya:
"Aku ini bukan pria pintar. Hidupku selalu di jalanan. Bola adalah sahabatku. Meski begitu, aku ini tetap pintar berstrategi sebab orang pintar hanyalah makhluk manja yang minta disuapi. Untuk bertahan hidup, aku tidak hanya harus kuat, tetapi juga cerdik untuk menyembunyikan identitas agar tidak tertangkap sebagai penipu. Aku tidak naif dengan mengakui dosaku."
Pak Ibrahim dan Pak Goldy masih enggan menjawab. Meskipun mereka telah mendapat cerita dari musuh, bukan berarti mereka berkewajiban untuk membalas budi dengan menceritakan kisah mereka. Mereka kini hanya menunggu tentang rencana yang akan diambil selanjutnya.
"Tidak ada jalan keluar dari sini selain dengan membunuhku, dan kemungkinan kalian berdua berhasil melakukannya adalah sangat kecil. Seperti seorang anak TK mengalahkan Christiano Ronaldo dalam bermain sepak bola. Bahkan, anak TK sendiri belum tentu bisa menendang bola." Thief tertawa dan memilih meremehkan musuhnya. Namun—
Suara minta tolong dari Pak Romo terdengar jelas di gendang telinga, sangat kesakitan seperti mengerang dalam keputusasaan. Teriakan minta tolongnya dari bawah, tepat di balik awan-awan yang membatasi mereka dari ketinggian.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Servant and The Nineteen Wardens of Hell
Fantasy[Reading List WattpadfantasiID Januari 2024] Diculik sebagai tumbal, Wafir---bocah naif yang selamat dari tenggelamnya separuh daratan bumi---harus membebaskan diri dari perbudakan untuk selamat dari kejaran 19 Penjaga Neraka. *** Di masa depan, kau...