"Tadi siang gue telat masuk kampus gara-gara bantu tetangga nyari kutu di kepala monyet. Gue lari sekencang mungkin biar nggak keduluan sama Pak Lay. Nah pas dikit lagi belok ke kelas, entah dorongan setan mana tiba-tiba Pak Lay ada di depan gue dan..." Aruna memberi jeda pada ceritanya supaya temenannya makin penasaran.
"DAN APA NYET!" teriak teman-temannya pada kompakan.
"Dan gue nggak sengaja cium dia! Gue malu banget guys. Mana banyak saksi mata pas gue gituan sama si jablay."
Gituan?
Tunggu, tunggu. Tolong jangan pada ambigu. Tetap positif thinking.
Aruna menjambak rambutnya frustasi terkait kabar terkini tentangnya. "Sumpah deh, gue bener-bener nggak sengaja cium dia. Itu semua diluar nurul, nggak abis fikri, endingnya membagongkan. Semenjak kejadian itu, gue jadi buronan kampus. Gue capek ditanya-tanya mulu. Semua anak kampus jadi reporter dadakan."
Bagas begitu khusyuk mendengarkan penjelasan Aruna sampai ia tidak sadar benang celananya sudah panjang akibat tangan ajaibnya.
"Jadi sebenarnya lo enggak ciuman dong sama gege?" tanya Cakra.
"Enggak la, Cak. Kan udah dibilang gue nggak sengaja cium dia. Tapi media kampus malah membesar-besarkan cerita."
"Btw, yang lo cium itu bagian mana?" tanya Bagas. Tangannya masih sibuk menarik benang celananya.
Aruna terdiam di tempat. Gimana ya, bingung aja gitu antara mau jujur atau bohong aja. Karena yang diciumnya itu bagian terpenting dalam sejarah hidup seseorang.
"Engg... Itu---emmm..."
"Astajim... Lama bener nih anak tinggal jawab doang! Cepetan atuh!" Karina mulai protes dikarenakan sahabatnya ini agak ngelag.
"Jujur aja sama kita, neng. Selow aja, kita bisa simpan rahasia kok. Gue jamin dah," ujar Cakra meyakinkan.
Apanya yang patut dirahasiakan? Semuanya sudah terjadi dan semua orang sudah tau. Jadi bukan rahasia lagi namanya. Mau tidak mau, maka terpaksalah akhirnya untuk mengungkap kejujuran.
"Di setengah bibirnya," cicit Aruna sepelan mungkin, namun masih bisa terdengar.
"MWO?"
"WHAT!"
"Enak tuh pasti."
Karina dan Cakra menatap sengit Bagas akibat reaksi tololnya. Kenapa sih manusia setengah waras sepertinya dijadikan sebagai ketua kelas?
"Neng Aruna. Gue pernah denger cerita dari sepupunya sepupu temen sepupu gue, katanya kalau bibir antara pria dan wanita bertemu alias bersatu, maka si wanita bisa hamil!"
"Oh iya, gue juga pernah baca artikel tentang itu. Tapi di mana? Gue lupa nama situsnya," sambung Bagas semakin menakut-nakuti Aruna.
cerita si caplang agak susah dipercaya dan dari ilmuan mana ia belajar?
Tapi saking polos dan lugunya Aruna, ia percaya percaya saja. Kan kasian anak orang, jadi kepikiran tuh pasti.
"Serius lo, Cak? Kok gue jadi takut, ya. Gue harus gimana dong? Gue enggak mau hamil, enggak mau, enggak mau. Tolongin napa. Kau lah... Sahabat terbaik aku," segala bujuk rayu agar caplang mau memberi solusi padanya.
"Heh! Heh! Ini anak gadis kok belum pulang, hah? Udah jam berapa nih! Cepetan pulang! Bantu ibunya nyapu di rumah, siram tanaman, cuci piring, cuci baju. Masih gadis kok malasnya minta ampun. Dasar anak gadis sekarang, enggak tau kewajiban! Pulang pulang!"
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE YOU PAK DOSEN
Short StoryKebayang nggak sih kalau lo jadi istri DOSEN KILLER sejagat kampus? Dosen tampan rupawan dengan sejuta pesona, muka blasteran surga, plus tajir melintir. TAPI, kalau di kelas itu jurus andalannya adalah lempar spidol ke muka orang. Dan parahnya lagi...