Setelah berhasil keluar apartemen, Aruna jadi ragu mau kabur melalui lift. Tau sendiri kan ia sangat takut naik mesin ini.
Tapi karena berbekal modal nekat, ya mau nggak mau harus dijalani. Tidak ada cara lain. Ini satu-satunya cara kabur dari Lay.
Ia mengikuti orang-orang masuk ke lift, lalu berdiri di paling pojok. Favoritnya emang kalau di pojokan.
Begitu lift turun, matanya terpejam kuat merasakan darahnya luruh ke bawah. Ia meremas bajunya tak peduli kalau akhirnya bakalan kusut.
Aruna merasa pusing setelah keluar dari lift. Namun ia cukup puas sebab berhasil melawan rasa takutnya demi nekat kabur dan menjauh sejauh mungkin dari sini. Ia terus berlari menuju pintu keluar sampai menabrak beberapa orang.
Sedikit lagi. Teruslah berlari. Tinggal melewati post satpam, maka misinya akan selesai. Jalan raya tanda kebebasan mulai menyapa.
"Eh, eh, mbak! Mbak!" empat orang berbadan besar berpakaian satpam menghentikan aksinya.
"Selamat malam. Maaf kalau kami mengganggu anda. Boleh kami lihat identitas tanda kepemilikan apartemen?"
"Haduhh pak! Saya ini lagi buru-buru loh, kenapa malah diajak ngobrol?" Aruna sudah ngos-ngosan bahkan penampilannya seperti gelandangan. Rambut terurai berantakan kayak kuntilanak.
"Maaf mbak, kami hanya ingin melihat kartu Identitas saja."
"Saya bukan penyusup loh, pak. Saya cuma mau keluar sebentar. Itu aja."
"Mohon maaf mbak, kami hanya menjalankan tugas saja. Walaupun mbak mau keluar sebentar, tetap wajib menunjukkan kartunya."
"Astaga... Udah tua pun bikin ribet aja. Ganggu orang tau nggak!" Aruna meraba-raba kantongnya mencari kartu pemberian Lay tadi kepadanya.
"Kalau ada yang sulit, kenapa harus yang mudah, mbak?"
Aruna menatap bengis keempat satpam sok bijak ini. "Diem lo! Sok gaul!"
Mampus!
Sial!
Sialan!
Aruna melupakan bukti terakhir sebelum bisa kabur. Bodoh sekali. Bagaimana mungkin ia melupakan kartu itu? Padahal tadi masih di tangannya.
Tinggal beberapa langkah jalan raya penuh kebebasan sudah di depan mata, namun berkat kecerobohannya malah meninggalkan satu-satunya benda paling penting dan paling ampuh untuk kabur.
Pantas saja Lay memberinya sebuah kode-kode, ternyata penjagaan di apartemen elit ini sangat ketat hingga tidak sembarang orang bisa keluar masuk dengan mudah.
Bodoh! Bodoh! Tolol banget!
Aruna terus mengumpat pada dirinya sendiri. Ia pantas mendapat penghargaan terhormat kategori orang paling tolol akibat nekat kabur. Sebentar lagi nominasinya akan di filmkan di channel tv ikan terbang kebanggaan nusantara.
Aruna berusaha tenang, jangan keliatan tegang supaya tidak dicurigai. "Aduh pak, kartu saya kayaknya ketinggalan deh di jaket."
"Kalau begitu silakan kembali dan ambil kartu anda kalau memang ada keperluan di luar."
"Saya mohon sama bapak-bapak sekalian yang baik hati, mukanya mirip mimi peri. Tolong ijinin saya keluar bentar aja. Saya janji kok cuma bentar. Cius, suwer tekewer kewer," Aruna masih mencoba memberi keyakinan sembari membentuk jarinya menjadi huruf V.
"Mohon maaf sekali mbak, kami tidak bisa membiarkan mbak ini keluar sembarangan tanpa menunjukkan kartu."
"Tapi ini lagi darurat lo, pak. Ini antara hidup dan mati saya. Hiks... Saya kehilangan yang paling berharga dalam hidup hampa tak karuan saya. Bapak-bapak ini sungguh tega membiarkan saya larut dalam kesedihan dikarenakan kehilangan. Huaaa..." baru kali ia membuka kartunya di hadapan orang asing. Padahal nggak pernah ikut casting jadi pemain sinetron, tapi aktingnya melebihi aktor, aktris terkenal.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE YOU PAK DOSEN
Short StoryKebayang nggak sih kalau lo jadi istri DOSEN KILLER sejagat kampus? Dosen tampan rupawan dengan sejuta pesona, muka blasteran surga, plus tajir melintir. TAPI, kalau di kelas itu jurus andalannya adalah lempar spidol ke muka orang. Dan parahnya lagi...