Semenjak acara aqiqah sewaktu Aruna masih bayi, keluarga Lay kembali ke negara asalnya, China. Keluarga besar di sana mengabarkan bahwa ayah dari Fengying mengalami kecelakaan dan koma di rumah sakit.
Saat sudah berada di sana pula, sang ibu memerintahkan Fengying untuk meneruskan usaha milik keluarga di bagian toko emas dan berlian. Fengying agak kecewa karena harus meninggalkan usaha toko elektronik di Indonesia yang sudah sangat lama ia jalankan dengan hasil keringatnya sendiri. Namun rasa berbakti-nya pada ayah dan ibu membuatnya tidak punya pilihan lain.
Lay juga merasa kecewa harus berpisah jauh dari orang-orang tersayang, jauh dipandang mata. Sekarang semuanya tinggal kenangan mengusik jiwa.
Lay sudah bersumpah dan bertekad agar lebih rajin belajar demi mencapai segala impiannya. Ia belajar mengenai kesehatan dan obat-obatan dari pamannya yang merupakan seorang dokter sekaligus pemilik usaha toko obat ternama di China, hingga akhirnya Lay mempunyai julukan sebagai magister kesehatan.
"Saudara Lay Zhang. Saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan anak saya yang bernama Aruna Salsabila binti Irwan Mahendra dengan mas kawin berupa uang sebesar 5 miliar rupiah dan seperangkat alat sholat dibayar tunai."
"Saya terima nikah dan kawinnya Aruna Salsabila binti Irwan Mahendra dengan mas kawin tersebut dibayar tunai."
Lay merasa lega bisa mengucapkan kata sakral sekali seumur hidup dengan satu tarikan nafas.
"Saksi? Bagaimana?"
"Sah."
"Sah."
"Alhamdulillah..." pak penghulu berdoa setelah kalimat sah terlontar dari kedua saksi. Arsyi pun ikut bergetar saat anak adam mengucapkan ijab qabul, sementara setan menangis mendengar kata sah.
Kini status mereka telah berubah. Masa lajangnya telah berakhir. Mereka telah menyempurnakan agama menjadi pasangan suami istri.
Jangan harapkan ada acara cium kening setelah sah menjadi suami dan istri. Karena setelah status mereka berganti, Lay tersenyum bahagia sementara Aruna menangis tanpa sebab.
Gadis berpakaian kebaya putih elegan pemberian Lay sendiri, dibaluti dandanan sederhana dan natural di sampingnya terus menangis di hari bahagianya.
Lay jadi merasa bersalah. Mungkin karena dirinya lah gadis ini menangis. Lay hanya mengelus kepala Aruna sebagai tanda restu dari seorang suami.
Ya, Lay belum berani menyentuh gadis ini lebih jauh sebelum mendapat ijin, walaupun itu adalah istrinya sendiri.
Kedua mempelai memasuki bagian terpenting dari acara pernikahan yaitu berfoto bersama keluarga. Walaupun acaranya sederhana, dihadiri keluarga terdekat dan para tetangga. Acara pernikahan mereka memang terlalu mendadak. Tapi tak apa, justru inilah yang Lay inginkan. Menikahi gadis belahan jiwanya.
"Papa, obat yang saya pesan sudah dibawa?" Lay membawa papanya keluar sebentar. Sebelum papanya ke Indonesia, ia berpesan kepada papanya agar membawakan teh herbal, koyo terapi, minuman kesehatan dan beberapa obat-obatan dari toko pamannya sebanyak 10 dus.
"Sudah, obatnya ada di mobil papa."
"Baguslah. Terima kasih papa."
Fengying mengangguk kepada putranya. "Kamu pesan obat sebanyak itu untuk apa? Penyakit kamu kambuh lagi?"
Lay tersenyum agar papanya yakin bukan ia lah yang sedang memerlukan orang mahal itu.
"Tidak, papa. Saya baik-baik saja.""Putraku, jaga kesehatanmu dengan baik. Jangan sampai terulang lagi untuk kesekian kalinya. Papa benar-benar khawatir dan papa takut kehilangan kamu. Mama sudah menceritakannya kan? Waktu itu papa hampir gila saat kamu tidak sadar beberapa hari. Tolong. Papa mohon jaga dirimu baik-baik anakku."
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE YOU PAK DOSEN
Short StoryKebayang nggak sih kalau lo jadi istri DOSEN KILLER sejagat kampus? Dosen tampan rupawan dengan sejuta pesona, muka blasteran surga, plus tajir melintir. TAPI, kalau di kelas itu jurus andalannya adalah lempar spidol ke muka orang. Dan parahnya lagi...