TERLALU SAYANG

223 6 0
                                    

Pagi ini Aruna memulai dramanya kembali. Waktu yang seharusnya ia sisihkan untuk menuntut ilmu di perguruan tinggi malah ia sisakan untuk bermalas-malasan.

Emang bener-bener bandel tuh anak.

Lay pun mau bertindak jadi serba salah. Mikir berkali-kali lah pokoknya. Nanti ditegur salah, ujung-ujungnya malah ngambek tak karuan. Tapi nggak ditegur makin menjadi, takutnya bandelnya kebablasan.

Pagi-pagi buta Lay bangunin disuruh sholat, mandi, sarapan, barulah berangkat ke kampus. Niatnya emang gitu, tapi kenyataannya lain. Yang disuruh apa, yang dikerjain apa.

Istri bocilnya malah curhat ke benda mati yang tak bisa memberikan respon apapun. Tapi bodohnya kok bisa ya, betah curhat sama boneka. Nggak ada habisnya curhatannya.

Akhirnya digendong paksa sama Lay ke kamar mandi, terus Lay tungguin di depan pintu sampai istrinya benar-benar bersih mandinya. Baju istrinya pun sudah disediakan secara cuma-cuma olehnya, setelah itu digendong lagi ke bawah biar sarapan bareng.

"Bapake?" Aruna melirik Lay hati-hati takut melanjutkan ucapannya. "Aku bawa boneka ku ya, ke kampus? Yayaya?"

"Enggak!" satu jawaban tegas Lay tak membuat Aruna menciut.

"Hmmm... Bapake, boleh lah. Kali ini... aja. Aku janji cuma sekali ini doang. Boleh lah..."

"No!"

Aruna beranjak dari duduknya mendekati pria keras kepala yang menurutnya tidak mengerti arti kebahagiaan dirinya sesungguhnya.

Ia beranikan diri memegang lengan dan pergelangan tangan Lay, kemudian di goyang-goyangkan. "Aruna janji nggak akan minta apa-apa lagi abis ini. Aruna janji bakal rajin belajar. Aruna nggak akan minta yang aneh-aneh lagi. Ya, pak, ya?"

Lay merenung menatap jari jemari Aruna memegang kuat anggota tubuhnya. "Kamu pikir kampus itu tempat bermain? Apa tujuan kamu membawa mainan ke tempat kamu menuntut ilmu?"

Kemudian Lay berdiri tegak memasukkan kedua tangannya ke kantong celana. "Kalau saya ikuti kemauan kamu membawa boneka itu, palingan di kelas nanti kamu ngomong-ngomong nggak jelas seperti orang gila."

"Ih, kok bapak gitu sih sama aku? Masa aku disamain sama orang gila! Bapak kira aku cewek apaan!" Aruna nyaris membentak Lay tanpa disadari.

"Lalu dinamakan apa? Memangnya kamu pernah lihat orang di kelas ngobrol sambil curhat ke boneka?" Lay sedikit menundukkan pandangannya mengamati sang istri yang buang muka ke arah lain. "Pernah tidak?"

"Saya tidak mau nantinya kamu dianggap aneh oleh teman sekelas mu dan diejek banyak orang. Tidak semua orang bisa memandang wajar atas perilaku kamu. Ingat, lidah tak bertulang manusia bisa merusak mental kamu, bahkan bisa membunuh secara perlahan."

Aruna justru mendorong Lay setelah diberi nasehat. "Aku benci bapak! Bapak egois! Nggak ngerti keinginan aku!"

"Dan saya tidak mau istri yang saya cintai ditindas orang lain! Saya sudah bersumpah akan terus melindungi kamu, membahagiakan kamu dengan cara saya. Tolong, jangan cari keributan." Lay berusaha sabar dan tetap tenang. Bahkan ia meminta tolong secara halus agar tak ada keributan dalam rumah tangga mereka.

"Kalo bapak nggak bolehin bawa boneka, aku mogok makan selama sebulan nih!"

Apa? Mogok makan selama sebulan?

Impossible.

Mana mungkin dirinya mampu tak menerima asupan makanan selama itu. Nggak makan beberapa jam aja udah kayak orang kesurupan.

Lay meraih pinggang langsing istrinya agar semakin merapat padanya. Perlahan ia selipkan rambut panjang itu ke belakang, lalu membisikkan kalimat ancaman. "Mau dicium?"

LOVE YOU PAK DOSEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang