Semenjak tinggal lama di Indonesia, dikelilingi tetangga beragama muslim, belajar mengenai para tetangga rajin sholat ke mesjid, puasa selama satu bulan lamanya kemudian disambut saling bermaaf-maafan di hari idul fitri, membuat orang tua Fengying akhirnya memutuskan untuk memeluk agama Islam atau mualaf.
Setiap puasa tiba, orang tua Fengying rutin membagikan sembako kepada para tetangga sebagai tanda rasa syukur terhadap bisnis yang semakin maju. Saat lebaran menyambut, para tetangga selalu membawakan makanan khas hari raya ke kediaman keluarga Zhang. Itu sebabnya mereka yakin keputusan menjadi seorang mualaf adalah pilihan hati, ataupun memang takdir dari sang Ilahi.
Dengan izin orang tua dan keyakinan hati terdalam, Xia juga memutuskan ikut memeluk agama Islam setelah beberapa hari dilamar oleh Fengying.
Ratnasari dan Xia sudah seperti kakak beradik dan menjadi tempat curhat terbaik.
Sepuluh tahun lebih usia pernikahan merupakan suatu cobaan luar biasa bagi Ratna. Selama itu pula ia bersabar dan menanti hadirnya buah hati. Fengying dan Xia ikut membantu Ratna konsultasi ataupun mengonsumsi ramuan China paling mujarab bagi pejuang garis dua.
Akhirnya usaha dan doa mereka tak sia-sia. Tuhan mengabulkan doa seorang wanita yang sangat menginginkan menjadi seorang ibu. Aruna Salsabila adalah jawaban Tuhan atas doa kedua orang tuanya.
"Foto ini..." Lay terpaku pada satu objek penuh kenangan beberapa tahun lalu.
Bibirnya tersenyum bahagia mengingat masa dulu. "Mereka masih menyimpannya dengan baik."
Tangannya mengusap pelan foto di dinding bercat putih. "Adik manis."
Foto tersebut ada saksi bisu kenangan indah tak lekang oleh waktu. Foto itu menunjukkan seorang anak lelaki remaja sedang tersenyum manis sembari menggendong bayi berjenis kelamin perempuan.
Jika diingat kembali, sewaktu Lay berumur 13 tahun, dirinya ogah-ogahan menuruti permintaan orang tuanya menghadiri acara aqiqah. Bukan bermaksud membangkang, tapi ia sudah memiliki jadwal akan bermain sepeda bersama teman-temannya.
Lelah membujuk rayu Lay, orang tuanya membawa paksa dirinya naik ke mobil agar ikut menghadiri acara tersebut. Lay benar-benar kesal akibat paksaan orang tuanya yang tidak membiarkannya bermain saja.
Sesampainya di tempat tujuan pun Lay masih menunjukkan wajah murung dan menatap horor semua orang di tempat itu. Bukannya merasa takut, orang-orang justru mencubit pipinya. Karena kulitnya yang putih, bekas cubitan tersebut meninggalkan bekas merah di pipinya. Sungguh menyebalkan.
Lay pergi menjauh dari dari kumpulan orang menyebalkan itu. Ia menerobos masuk ke dalam rumah sang pemilik acara, lalu secara tiba-tiba ia mendengar suara bayi menangis dari dalam kamar pintu berwarna pink. Ia membuka pintu secara perlahan, kemudian takjub dengan isi kamar bernuansa serba warna pink.
Di ayunan warna pink itu merupakan sumber suara yang mampu menghipnotis nya tadi. Ayunan itu terus bergerak menandakan si bayi semakin memberontak. Tidak ada orang dewasa yang menemani bayi malang tersebut. Kenapa bayi ini dibiarkan sendirian? Apa mereka tidak sayang pada bayi ini?
Suara tangisan bayi itu semakin kencang membuat Lay semakin yakin untuk mendekat. Saat wajahnya muncul di hadapan si bayi, secara ajaib tangisan itu mulai mereda.
Mata bulat bayi mungil itu terus memandangi wajah Lay sampai mulutnya terbuka. Sepertinya bayi ini mengagumi sosok asing di matanya.
Lay juga terpukau melihat bayi mungil yang sangat cantik, memakai baju warna pink, juga hiasan bando pink di kepalanya.
"Halo adik manis," sapa Lay seakan bayi ini sudah mengerti apa yang diucapkannya.
"Adik jangan nangis, ya. Ada abang di sini. Abang akan temani kamu. Oke, cantik?"
Bayi ini mulai tertawa lucu memamerkan gusinya yang belum tumbuh gigi. Tangannya bergerak ingin menggapai wajah lelaki remaja tersebut.
"Kenapa? Adik mau main sama abang? Nanti ya, tunggu kamu besar nanti abang ajarin ilmu fisika, kimia, matematika, pengetahuan alam, ekonomi, teori, sastra, bisnis, sama---" ucapannya terhenti karena bayi ini tertawa cukup kuat dan nyaring di telinga.
"Kamu lucu banget sih. Jadi pengen abang bawa pulang. Kamu mau pulang sama abang? Mau jalan-jalan sama abang? Atau mau jadi milik abang selamanya?"
Di pertanyaan terakhir, bayi ini memekikkan suaranya sekuat yang ia bisa. Bayi ini telah menemukan teman baru. Atau bisa jadi teman sejati.
"Eh, adik manis seneng banget, ya? Adik beneran mau sama abang? Iya?" bayi ini menjawab pertanyaan Lay dengan celotehan lucu dan yang pastinya, Lay tidak tau apa artinya.
"Abang akan lebih rajin belajarnya supaya jadi orang pintar. Abang pengen punya gelar banyak, disegani orang, punya banyak uang, trus punya rumah besar." Lay mengelus kepala si bayi dengan sayang. Bayi ini manis sekali. Tidak bosan matanya memandang.
"Adik tunggu abang, ya? Abang janji bakal rajin belajar dan berusaha keras supaya jadi orang kaya. Terus abang bakal nunggu kamu besar, abis itu abang cari kamu sampai ketemu, terus abang lamar jadi istri abang. Adik mau kan nikah sama abang nanti?" celoteh lucu dari bayi ini adalah jawabannya. Tidak apa-apa. Lay akan tetap menepati janjinya suatu hari nanti.
"Mmmuuaahh." Lay mencium kening bayi mungil yang sudah berhasil membuatnya jatuh hati.
"Suatu hari nanti, di belakang nama adik akan ada bersatu dengan nama abang." Lay mengusap kedua pipi si bayi dengan kedua tangannya. Pipinya lembut sekali. Lay jadi ingin menggigit pipi kenyal itu, tapi ia takut jika si bayi akan menangis akibat ulahnya.
"Kamu pasti sangat cantik kalau sudah besar nanti."
Gombal sama anak gadis ❌
Gombal sama anak bayi ✔Ceklek!
"Loh?" Irwan terkejut mengetahui anak dari sahabatnya sedang berada di kamar putrinya. "Fengying cilik, ternyata kamu di sini toh. Papa kamu dari tadi nyariin ke mana-mana."
"Tadi adik bayinya nangis, mungkin dia kesepian makanya aku temani adik." Lay masih setia mengelus pipi lembut si bayi.
"Oh gitu." Irwan mengangguk mengerti. "Tadi adik bayinya masih bobok pules makanya sengaja ditinggal. Makasih banyak ya, udah temani Aruna."
"Namanya Aruna?"
"Iya. Nama lengkapnya Aruna Salsabila."
"Namanya sangat cantik. Sama seperti orangnya."
Irwan menggendong putrinya sambil mengajak Lay keluar mengikuti sesi acara. Bahkan Lay ikut menggunting rambut si bayi atas ijin dari Irwan.
"Om, aku boleh gendong adik manis?" tanya Lay. Sedari tadi ia sangat ingin tau bagaimana rasanya menggendong bayi. Kelihatannya lebih menyenangkan daripada dicubit ibu-ibu lipstik merah merona.
"Boleh dong. Apa sih yang enggak buat Fengying cilik?" Irwan menyuruh Lay duduk tenang supaya tidak terlihat kaku saat menggendong putrinya.
Sekarang, saat ini, detik ini, bayi cantik itu sudah berada dalam gendongannya. Benar-benar cantik. Bibirnya menciumi wajah si bayi. Bahagia sekali rasanya.
"Lay. Liat sini, nak," sang ayah memberi interupsi kepada putranya agar menghadap ke kamera.
Lay langsung memberikan senyum lebar ke kamera dan jadilah foto itu tercipta sampai detik ini.
Flashback off
*
*
*
*"Saya terima nikah dan kawinnya Aruna Salsabila binti Irwan Mahendra dengan mas kawin tersebut dibayar tunai."
Tolong bantu share ceritanya ya yeorobun 🤗😍 biar makin banyak pembacanya. Yok bisa yok saling membantu ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE YOU PAK DOSEN
Short StoryKebayang nggak sih kalau lo jadi istri DOSEN KILLER sejagat kampus? Dosen tampan rupawan dengan sejuta pesona, muka blasteran surga, plus tajir melintir. TAPI, kalau di kelas itu jurus andalannya adalah lempar spidol ke muka orang. Dan parahnya lagi...