DEMI KAMU

227 11 4
                                    

Sudah hampir setengah jam mobil Lay mengitari jalanan di malam hari diiringi riuhnya angin pertanda akan datangnya Rahmat Tuhan meneteskan air tanda Kekuasaanya akan jatuh ke bumi.

Seharusnya sekarang ini mereka tidak terjebak bersama cuaca yang kurang mendukung. Tapi, betapa bucinnya Lay pada istrinya inilah sebab ia melewatkan jam-jam penting pelajaran. Badai pun akan dilaluinya demi cinta suci tetap terjaga, tersemat di dalam jiwa.

"Bapake, masih lama lagi kah dapat bonekanya? Aku nggak sabar mau peluk boneka." Aruna mulai merengek manja.

Suatu hal langka. Kapan lagi istri pembangkang ini manja pada Lay dan itu artinya, ia mulai membuka hatinya kan?

"Sabar ya, saya lagi usaha cari toko boneka yang masih buka." Lay membalas rengekan manja itu dengan tutur bahasa super lembutnya.

Seandainya suara manja itu setiap hari mengitari telinga Lay, ia pastikan dirinya akan tersenyum lebar semanis gula ke semua orang untuk pertama kalinya. Ia ingin membagi betapa manisnya rasa cinta yang terbalas.

"Kenapa disaat seperti ini banyak sekali toko yang tutup? Kenapa harus disaat sekarang, saat saya membutuhkannya?" gumam Lay frustasi menghadapi kenyataan.

Saat Lay tidak butuh, hampir setiap jalan memamerkan berbagai macam boneka yang mereka jual. Tapi saat Lay butuh, justru semuanya seakan kompak menutup toko mereka bersama-sama.

Sebelah tangan Lay menyugar rambutnya ke belakang, merematnya agak kuat bagaikan orang kehilangan semangat.

"Ke mana lagi harus saya cari?" Lay melirik istrinya sudah bersandar pasrah membuat Lay begitu tidak tega membiarkan kekecewaan itu semakin berlarut.

Lay meraih tangan kanan istrinya menyatukan jari-jari mereka, menyalurkan semangatnya melalui tindakan kecilnya. Ia menyapu punggung tangan halus itu mengunakan jempolnya, kemudian dikecupnya berkali-kali.

Sungguh bahagia sekali rasanya. Aruna tidak menolak tindakannya. Ini sebuah pertanda baik.

Mata sigap Lay akhirnya menemukan titik pencerahan. Di depan sana ada toko boneka dihiasi lampu-lampu terang, beberapa boneka pun ada yang menggantung ditutupi plastik putih dan ada yang sengaja di dudukkan sebagai penarik perhatian pelanggan.

"Syukurlah," ucap Lay senang.

Ketika mobil Lay berhenti sempurna di depan toko tersebut, sontak membuat Aruna kegirangan. "Yeaayyy! Beli boneka!"

Sifat kekanakan yang terpendam dalam diri Aruna seketika keluar. Ia melompat ketika turun dari mobil dan berlari masuk ke dalam toko, disusul Lay di belakang ikut merasakan kesenangannya.

"Waaahhhh! Banyak banget bonekanya! Iiiihhhh! Gemes-gemes banget semuanya!" Aruna berucap begitu antusias disambut deretan boneka berbagai karakter.

Lay meletakkan tangan kekarnya di atas kepala sang istri tercinta. "Ayo dipilih bonekanya. Saya tunggu di sini."

Aruna berbalik menatap bola mata Lay dan tangan kekar itu masih berada di puncak kepalanya. "Aku boleh ambil bonekanya lebih dari satu?"

Pertanyaan polos itu membuat Lay terkekeh geli, kemudian mencubit hidung istrinya gemas. "Boleh dong. Ambillah sesuai keinginan kamu. Biar ada temen boboknya."

"Yessss!!!" Aruna kembali berlari ke dunianya meninggalkan Lay yang masih menerbitkan senyumnya.

Senyumnya masih terpatri seraya melihat-lihat sekeliling hingga tak sengaja matanya bertemu dengan mata genit mbak kasir. Wanita itu tersenyum malu ke arah Lay, lalu membuang pandangannya ke arah lain, kemudian melirik Lay lagi.

LOVE YOU PAK DOSEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang