LAY SI MISTERIUS

216 12 1
                                    

"Eh? Eh? Eh? EEHHH...."

Baru saja menginjakkan kaki di tempat penuh kenangan sepanjang hidupnya, ia dikejutkan sesuatu yang berbeda, ada yang hilang dan telah rata menyatu dengan tanah.

"Loh, loh, loh. Rumah gue mana? Apa dimakan cacing Alaska?"

Aruna memutar kesana-kemari seperti orang bodoh kesasar di labirin. Ia ingat betul denah rumahnya, masih hapal di mana letak pintu-pintu, ruang tamu, kamar tidur, kamar mandi, dapur dan letak perabot rumahnya.

"BUUUUUKKKK!!!"

BUG! BUG! BUG!

"BUK! BURUAN BUKA PINTUNYA! JANGAN NONTON GOSIP TERUS! MANDIIN TUH MONYETNYA WAK TUKIMIN!"

Seluruh tenaganya dikerahkan serta di lampiaskan ke pintu tetangga tak berdosa. Ia tak akan berhenti mengetuk pintu tersebut secara membabi buta sebelum si pemilik rumah menampakkan wujudnya. Tak peduli mau pintunya rusak, jebol, jatuh atau apalah itu.

"Berisik banget lo anaknya Irwansyah! Kagak tau aja lo kegiatan gue jam segini!" Ibu Tukiyem, tetangga sekaligus teman gosip sore Aruna.

Setiap sore merupakan hal paling dinanti keduanya mempersiapkan bahan cerita terpopuler ditemani pisang goreng dan es kosong. Gaya bicara ala anak gaul ibu ini adalah hasil didikan Aruna sendiri.

Ibu Tukiyem dan suaminya, Tukimin, adalah pemilik warung makan tempat ibu Aruna bekerja sehari-hari. Pasangan suami istri fenomenal ini juga sangat sayang pada Aruna, menganggapnya seperti anak sendiri.

Dulu mereka sempat memiliki anak, namun Tuhan lebih sayang pada anak mereka hingga bayi yang baru saja dilahirkan ke dunia diambil kembali ke pelukan sang Pencipta. Dan sampai detik ini pula, Tuhan belum memberikan mereka kepercayaan. Tapi cinta diantara keduanya tidak pernah berkurang sedikitpun.

"Nama bapak gue Irwan loh buk, bukan Irwansyah. Suka-suka ibuk aja ganti nama orang," dan sudah berulang kali Aruna menegaskannya sampai mulutnya berbuih.

"Ya gimane? Abisnya nama bapak lo sama kayak Shah Rukh Khan mantan gue." ibu Tukiyem mempersilakan Aruna duduk di kursi terasnya.

"Ya Allah... Jauh loh buk perbedaannya. Irwan, Shah Rukh Khan. Tuh, beda jauh kan?"

"Sama aja itu. Dulu waktu gue masih muda, beuh! Shah Rukh Khan tergila-gila ama gue. Sekarang aja dia masih sering chat gue ngajak balikan. Kagak mau gue. Jual mahal dikit lah," ibu Tukiyem memperhatikan ekspresi Aruna nampaknya tak senang mendengarkan ceritanya. "Btw, lo ngapa bisa di mari? Nyasar lo?"

"Rumah gue ke mana buk? Kenapa rumah gue dah rata sama tanah? Perbuatan siapa itu? Ibuk pasti tau kan?" tanya Aruna penuh sensasi drama.

"Mana gue tau rumah lo di mana. Kan elo yang tinggal sama si dosen cakep. Ngapa tanya ke gue?"

"Allahu Akbar.... Ibuk! Maksudnya rumah ibu bapak gue yang keberadaannya pas di sebelah rumah ibuk, hilang ke mana?" Aruna menjelaskannya sambil berdiri. Gedeg juga sih, cuman takut dosanya bertambah.

Ibu Tukiyem sudah mengerti maksud dari pertanyaan gadis ini sontak mengangguk. "Oh itu. Bilang dong dari tadi."

Suara gertakan gigi gadis itu menjadi pelampiasan teraman daripada marah-marah ke orang tua.

"Kalau soal itu gue kagak tau gimane lebih jelasnye. Gue cuman pernah liat rumah lo dibongkar sama orang banyak waktu kemarin siang. Entah siape tuh. Gue kagak kenal."

Jawaban tetangga kesayangannya ini sungguh membuat otaknya bekerja semakin keras demi memecahkan teka-teki perbuatan orang tak bertanggung jawab.

"Aruna, lo tunggu sini dulu, yak. Gue mau ke belakang buatin lo minum. Bentar yak?"

LOVE YOU PAK DOSEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang