KENA AMUKAN DOSEN LAY

300 12 4
                                    

"Selamat siang," sapa dosen Lay seperti biasa ketika memasuki kelas. Seperti biasa pula, dosen Lay selalu terlihat rapi, wangi, berwibawa dan tampan rupawan. Pokoknya dosen satu ini tidak pernah keliatan jelek.

"Siang, pak," balas murid-muridnya.

Aruna duduk di kursi paling depan dikarenakan suasana hatinya sedang sangat baik. Posisinya tepat di depan sang dosen, jadi kali ini posisi pojokan ia lupakan dahulu.

"Kumpulkan makalah kalian sekarang."

MAMPUS!

Dan terjadi lagi....

Lagi dan lagi Aruna merutuki kebodohannya terkait masa depan, menyeretnya kembali ke lingkaran kesesatan bersama dosennya. Ia kembali terjebak dan berurusan dengan dosen yang haus akan mangsa.

Satu-persatu teman-temannya maju ke depan menyerahkan tugas mereka kecuali Aruna yang membatu di tempat duduknya.

Dosen Lay menghitung jumlah makalah anak didiknya yang hasilnya ganjil.

TOK!!!

"Awwww! Shhhh sakit." Aruna mengeluh sakit di bagian dahinya akibat lemparan maut sang dosen sebagai hadiah dari kesalahannya.

"Mana makalah kamu?" tanya dosen Lay memasang aura dingin andalannya.

"JAWAB!" dosen Lay begitu murka pada murid lalai akan tugasnya sebagai mahasiswa. Ia bahkan memukul kuat mejanya hingga suasana di dalam kelas menjadi sangat mencekam.

"Saya lupa, pak." Aruna menundukkan kepalanya tak berani menatap wajah sangar dosennya bila sudah murka.

"Lupa? Lupa kamu bilang? KENAPA BISA SAMPAI LUPA?" dosen Lay membentak Aruna secara habis-habisan hingga semua nyali gadis itu langsung mencair.

"Maaf, pak," hanya itu kalimat terakhir dari Aruna hingga kejadian berikutnya, bibirnya mulai bergetar menandakan akan menangis.

"Enteng sekali kamu bilang begitu. Kamu pikir setelah kamu minta maaf, tugas kamu bisa langsung selesai? Begitu?" Aruna tetap bertahan pada posisinya. Tetap menunduk.

"Ngapain aja kamu di rumah? Main HP? Nonton? Tidur? Males-malesan? Iya?" dosen Lay bertanya secara bertubi-tubi tanpa titik koma.

"Kamu niat lulus atau tidak? Mau jadi apa kamu ngerjain tugas aja malas, ngapain kuliah? Jadi gelandangan aja sana!"

"Tidak perlu terus menunduk. Saya tidak akan iba walaupun kamu nangis darah sekalipun," kata-kata pedas dosen Lay benar-benar menusuk hati dan pastinya bakal terngiang-ngiang di kepala.

"Pak, tolong maafin saya. Saya janji, besok tugasnya akan saya selesaikan." Aruna sangat memohon pada dosennya agar diberi kesempatan.

"Berdiri kamu," titah dosen Lay.

Aruna menuruti perintah dosennya, ia sudah sangat pasrah apapun yang akan dosen itu lakukan padanya, ia akan menerimanya dengan lapang dada.

"Aruna Salsabila. Silakan berdiri di depan papan tulis sampai jam pelajaran saya selesai. Bawa alat tulis kamu sekalian," dosen Lay menunjuk ke depan menggunakan spidolnya di mana tempat terpantas Aruna berdiri. "Besok, saya mau makalah kamu harus diselesaikan dan mulai hari ini, tugas tambahan kamu adalah membersihkan ruangan saya setiap masuk kampus. Mengerti?"

"Mengerti, pak," jawab Aruna pasrah. Lay di rumah dan di kampus benar-benar berbeda. Banyak Khodamnya kali, yak?

"Jangan ulangi lagi kesalahan kamu," selanjutnya dosen Lay mulai menjelaskan materi terpenting mengenai arti sesungguhnya dari pelajaran sastra Indonesia.

LOVE YOU PAK DOSEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang